Sunday, April 28, 2013

Kajian Puisi



Analisis Struktural (dalam Ranah Sintaksis, Sematik, dan Pragmatik)
Pada Puisis “Kampung Maling (Apologi Anak Si Raja Maling)” Karya Gola Gong

Gola Gong
“KAMPUNG MALING”
(Apologi anak si raja maling)

aku anak si raja maling
makan emping sama belimbing
aku lahir di kampung maling
plesiran kencing kayak anjing
aku besar di kampung maling
kursi kupaling biar happy ending

aku jadi raja maling
tak maling tak eling tujuh keliling
aku si raja maling
tender dan kepeng berkeping-keping
akulah si raja maling
bawa klewang tanpa tedeng aling-aling

Ya, akulah si raja maling di kampung maling
nyari ratu maling mas kawinnya anting-anting!
Ciloang, Desember 2002
Gola Gong, beberapa sajaknya di muat di Suara Muhammadiyah, Mitra Desa PR, Republika, Media Indonesia, tabloid Hikmah, Adil, dan Harian Banten. Juga terkumpul di antologi Jejak Tiga (1988), Ode Kampung (1995), Antologi Puisi Indonesia (KSI-Angkasa, 1997), dan Bebegig (LiST, 1998). Naskah komedi satire "Kampung Maling" dipentaskan oleh FKB di GKB. Sekarang Humas Pustakaloka RUMAH DUNIA.
Sesuai dengan namanya, pendekatan struktural memandang karya sastra dari struktur karya itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu tang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw dalam Wiyatmi 2006:89). Pendekatan ini bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Menurut aliran fungional dalam teori gramatikal relasional Siomon Dik (dalam Kridalaksana 1988 : 83) menempatkan fungsi bahasa dan fungsi dalam bahasa dalam tiga tingkat yaitu : (i) Fungsi semantik : pelaku, sasaran, penerima dsb; (ii) Fungsi sintaksis : subjek dan objek; (iii) Fungsi pragmatik : tema dan rema. Dalam analisis strulrulal ini sajak-sajak puiasi tersebut di parafrasekan menurut bagian-bagiannya yang saling melengkapi dalam susunannya yang melingkupi fungsi sintaksis, semantik dan pragmatik.
Analisis Sintaksis
Salah satu tugas sintaksis ialah menerangkan pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis, serta konstituen-konsituen atau unsur-unsur pembentuknya (dalam Odien Rosidin dan Suherlan 2004 : 236). Sekaitan dengan itu menururt Ramlan (dalam Odien Rosidin dan Suherlan 2004 : 237) menjelaskan bahwa klausa dan kalimat dapat di analisis berdasarkan tiga dasar, yaitu : (i) berdasarrkan fungsi dan unsur-unsurnya; (ii) berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi unsurnya; dan (iii) berdasarkan makna unsur-unsurnya. Dengan demikian analisis sintaksis dalam sajak-sajak puisi ini perangkat yang di pakai berupa analisis fungsi, kategori, dan peran. Dalam analisis puisi “Kampung Mnaling” karya Gola Gong ini sajak-sajaknya difarap-prasekan, kemudian di petakan menurut fungsi, kategori, dan perannya dalam masing-masing kalimat. Struktur-struktur pembentuk dalam susunan sintaksis sajak-sajak puisi “Kampung Maling” antara lain sebagai berikut :  

Kekongkritan puisi “Kampung Maling” karya Gola Gong tampak pada pengunaan kosa kata yang memperjelas makana puisi tersebut. Kata-kata yang dirangkai dan digunakan dalam pembentukan sajak-sajak puisi tersebut merupakan kata-kata yang biasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan kata-kata dasar yang abadi dalam arti dapat dipahami sepanjang masa, tidak hilang atau menjadi kabur maknanya. Selain itu kata-kata yang digunnakan banyak mengambil dari kata-kata gaul dan kata-kata bahasa asing (Bahasa Inggris) yang umumnya remaja gunakan. Misalnya kata pelesiran(bepergian), hapy ending (akhirnya senag), tender (penawaran), kepeng (uang logam), klewang (sekilas) dan tedeng (penghalang). Terlepas dari itu unsur-unsur ketatabahasaan dipergunakan dalam pemadatan-pemadatan puisi ini untuk ekspresivitas, membuat hidup, dan liris karena kepadatan dan kesejajaran (keselarasan) bunyi dan arti meski sering mneyimpang dari tata bahasa normatif.
Strukurtr kalimat dalam puisi “Kampung Maling” merupakan struktur kalimat yang tidak menyimpang dari tatabahasaan normatif, karena struktur kalimatnya sudah mencakup sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat dengan kata lain struktur kalimatnya sudah mengandung kelengkapan fungsional. Srtruktur kalimatnya pun cenderung menggunakan kata-kata yang bermakna polos, lugas, denotatif tetapi padat dan tepat. Meskipun demikian Gola Gong tidak mengesampingkan kata-kata yang bermakna konotatif, hanya saja dalam puisi “Kampung Maling” tersebut yang paling dominan adalah penggunaan kata-kata yana bermakna denotatif.
Analisis Semantik
Semantik merupakan ilmu yang membahas tentang makna, baik makna yang terdapat dalam morfem, kata, kalimat maupun wacana (Muhajir dalam Odien dan Suherlan 2004 : 242). Sedangkan makna itu sendiri adalah hubungan antara bahasa dan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dalam kaitanya dengan sajak-sajak puisi makna teks puisi ditekankan pada struktur ritmik larik sajak dan makna bahasa kiasnya. Kata-kata yang terdapat pada akhir larik sajak yaitu bunyi “ing” yang merupakan bunyi euphony yang melambangkan keceriaan, sehingga memeroleh tekanan semantik yang lebih kuat, lepas dan berdiri sendiri dalam teks.
Aspek makna dalam puisi tersbut dapat di lihat dari struktur-struktur sajak yang di petakan menurut struktur kalimatnya dalam sajak-sajak tersebut. Pada bait pertama sajak aku anak si raja maling aku lahir di kampung maling aku besar di kampung maling  (majas metafora) menpunyai makna bahwa si aku lirih dalam hal ini pengarang merupakan anak si raja maling, lahir di kampung maling dan besar di lingkungan kampung maling. Dalam hal ini si aku lirih mempunyai kebiasaan   suka menzolimi orang lain dan mengambil barang yang bukan haknya dalam hal ini di kiaskan dengan sajak makan emping sama belimbing (majas hiperbol) , serta aku lirih merupakan orang yang suka bepergian kesana kemari tak tentu tanpa tujuan layaknya anjing yang suka berlarian kesana kemari tanpa tujuan yang jelas, yang di lakukannya hanya bisa menyusahkan orang lain yang ada di sekitarnya saja dapat terlihat dalam penggalan sajak plesiran kencing kayak anjing (termasuk majas hiperbola). Dan si aku lirih adalah tife orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mementingkaan orang yang ada di lingkungan sekitarnya, layaknya seperti para pejabat yang hanya mengejar kursi setelah tercapai ia lupa dengan janji-janjim manis  yang diucapkannya dapat terlihat dalam penggalan sajak kursi kupaling biar happy ending majas (majas personifikasi).
Pada bait kedua aku jadi raja maling tak maling tak eling tujuh keliling (majas metafora) mempunyai makna bahwa aku lirik ini menjadi seorang raja maling yang sadis yang keseharianya suka maling atau mengambil barang orang lain, yang mana bila pekerjaannya itu tidak dilakukan si aku lirih ini merasa seperti orang yang mempunyai penyakit keterbelakngan mental atau seperti orang gila. aku si raja maling tender dan kepeng berkeping-keping (majas metafora) mempunyai makna si aku lirik merupakan orang sangat berkuasa atau berpengaruh dalan hal ini aku lirih merupakan raja maling di kampung maling, karena pengaruhnya itu tawaran-tawaran berdatangan membanjiri yang menghasilkan uang yang berlimapah.  akulah si raja maling bawa klewang tanpa tedeng aling-aling (majas metafora) mempunyai makna si aku lirik ini ketika melaksanakan pekerjaannya tidak pernah ada yang menghalangi, dan ketika membawa hasil pekerjaannya dalam hal ini barang curiannya ia membawanya sekelebatan (secepat kilat) yang seolah-olah tak berbekas tanpa di ketahui oleh orang lain.
Pada bait ke tiga Ya, akulah si raja maling di kampung maling nyari ratu maling mas kawinnya anting-anting! (majas matafora) mempunyai makna bahwa si aku lirik merupakan raja maling di kampung maling yang sanagat berpengaruh, yang sedang mencari pendamping atau istri untuk dinikahinya dan di jadikan sebgai ratu maling, dengan mas kawinnya perihiasan emas (anting-anting) dan dijamin hidupnya akan bahagia dengan kemewahan yang berlimpah.
Analisis Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu makna bahasa, dalam kaitannya dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya yang sesuai dengan konteks tuturan (George dalam Kunjana Rahardi 2003 : 12). Pragmatis merupakan struktur yang memerikan kesesuaian kontekstual kepada apa yang diujarkan, dan sama sekali tidak memerikan informasi tentang isi ujaran. Analisis pragmatik dalam puisi “Kampung Maling” karya Gola Gong dalam tahapan makna tuturannya mencakup tuturan lokusi, ilokusi dan perlokusi serta aspek tema dan rema. Tema adalah bagian ujaran yang memberi informasi tentang apa yang diujarkan, sedangkan rema memeri informasi tentang apa yang di katakan rema. Dengan demikian tema merupakan tumpuan ujaran (Kridalaksana 1988:105). Analisisnya antara laian sebagai berikut :
1.      aku anak si raja maling, sajak tersebut mempunyai makna tuturan yaitu aku lirik dalam hal ini pengarang adalah anak si raja maling yang sadis dan ditakuti oleh masyarakat setempat. Atau aku lirik merupakan raja maling yang harus ditakuti oleh masyarakat sekitarnya termasuk dalam tindakan ilokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak aku anak (berperan sebagai tema), dan si raja maling (berperan sebagai rema).
2.      makan emping sama belimbing, makna tuturannya yaitu makan emping yang merupakan makanan daerah yang terbuat dari umbi-umbian disertai dengan buah belimbing termasuk dalam makanan kesukaan si aku lirik, atau bisa saja sajak itu merupakan permintaan dari si aku lirik untuk di bawakan emping dan belimbimng. Sajak tersebut jika dikaitkan dengan rasio atau logika manusia maknanya bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan manusia maka perbuatan tersebut merupakan hal yang tak mungkin dilakukan manusia bahkan bisa dipastikan suatu kelaianan yang diderita seseorang. Merupakan tuturan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak makan (berperan sebagai tema) dan sajak emping sama belimbing (berperan sebagai rema).
3.      aku lahir di kampung maling, makna tuturan sajak tersebut yaitu aku lirih dalam hal ini bisa penyair merupakan sesorang yang dilahirkan di perkampungan yang mayoritas dihuni oleh orang-orang yang berprofesi sebagai maling/pencuri/perampok, atau seseorang yang dilahirkan di perkampungan yang kampungnya dinamakan kampung maling merupakan tuturan lokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak aku lahir (berperan sebagai tema) dan sajak di kampung maling (berperan sebagai rema). 
4.      plesiran kencing kayak anjing, makna tuturannya sajak tersebut yaitu sesorang atau aku lirih yang suka bepergian, yang setiap bepergiannya suka buang air kecil layaknya seperti anjing yang kakinya di angkat sebelah, atau orang yang suka bepergian kesana kemari dengan bertingkah laku seperti anjing. Tuturan sajak tersebut termasuk dalam tuturan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak plesiran (berperan sebagai tema) dan sajak kencing kayak anjing (berperan sebagai rema).
5.      aku besar di kampung maling, makna tuturan sajak yaitu aku lirih dalam hal ini bisa penyair itu sendiri dibesarkan di kampung yang mayoritas penghuninya berprofesi sebagai maling / pencuri / perampok, bisa juga aku lirih yang dibesarkan di sebuah kampung yang dinamakan kampung maling. Termasuk dalam tuturan ilokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak aku besar (berperan sebagai tema) dan sajak di kampung maling (berperan sebagai rema).
6.      kursi kupaling biar happy ending, makna tuturan sajak yaitu aku lirih yang sedang duduk di kursi putar yang di palingkan kebelakang layaknya pejabat yang tidak memerhatikan orang yang ada disekitarnya, yang di pikirkannya adalah kesenangan dirinya sendiri. Ataui si aku lirik senganja membalikan kursinya agar ia bisa duduk dengan nyaman. Tindakan tersebut termasuk tindakan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak kursi kupaling (berperan sebagai tema) dan sajak biar happy ending (berperan sebagai rema).
7.      aku jadi raja maling, makna tuturan sajak tersebut adalah adalah aku lirik dalam hal ini pengarang menjadi sesorang yang baru saja diangkat menjadi raja maling / raja pencuri yang sadis dan ditakuti oleh masyarakat sekitarnya, atau tuturan tersebut bermaksud bahwa aku lirik adalah anak dari seorang raja atau orang yang berpengaruh di sebuah kampung yang bernama kampung maling. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan lokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak aku jadi (berperan sebagai tema) dan sajak raja maling (berperan sebagai rema).
8.      tak maling tak eling tujuh keliling, tuturan sajak tersebut mempunyai maksud bahwa si aku lirik ini mempunyai kebiasaan maling, yang mana bila sehari saja kebiasaannya tidak di kerjakan ia akan merasa sakit yang seolah-olah pekerjaanya itu sudah mendarah daging, atau bisa saja tuturan tersebut mempunyai maksud bahwa si aku lirik memberitahukan pada lawan tuturnya (dalam hal ini pembaca puisi tersebut) bahwa pembaca jangan sampai para pembaca mengikuti kebiasaan aku lirik itu, karena kalu sampai mengikutinya ia akan susah untuk meninggalkan kebiasaanya itu. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak tak maling (berperan sebagai tema) dan sajak tak eling tujuh keliling (berperan sebagai rema).
9.      aku si raja maling, tuturan sajak tersebut mempunyai maksud bahwa si aku (aku lirih) merupakan raja maling dari semua orang berpropesi sebagai maling yang sadis dan di takuti oleh masyarakat sekitarnya, atau tuturan sajak tersebut mempunyai maksud bahwa aku lirik baru saja di angkat menjadi raja maling di kampung yang bernama kampung maling. Tuturan tersebut twermasuk dalam tuturan ilokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak aku si raja (berperan sebagai tema) dan sajak maling (berperan sebagai rema).
10.  tender dan kepeng berkeping-keping, tuturan sajak tersebut mempunyai maksud bahwa si aku lirik merupakan orang yang banyak uang dan selalui di tawari pekerjaan oleh orang lain, atau tuturan sajak terasebut mempunyai makna bahwa jika banyak tawaran pekerjaan yang datang maka uang yang datangnya pun akan berkeping-keping atau berlimpah. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak tender dan kepeng (berperan sebagai tema) dan sajak berkeping-keping (berperan sebagai rema).
11.  akulah si raja maling bawa klewang tanpa tedeng aling-aling, tuturan sajak tersebut mempunyai maksud bahwa si aku lirik adalah seorang raja maling, yang beroprasi dalam pekerjaannya secepat kilat dan tidak pernah ada yang menggagalkan. Atau tuturan sajak tersebut mempunyai maksud aku lirik mempunyai keahlian sebagai maling atau pencuri yang belum pernah gagal. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak akulah si raja maling (berperan sebagai tema) dan sajak bawa klewang tanpa tedeng aling-aling (berperan sebagai rema).
12.  Ya, akulah si raja maling di kampung maling nyari ratu maling mas kawinnya anting-anting! Tuturan sajak tersebut mempunyai makna bahwa benar si aku lirik adalah seorang raja maling di kalangan orang-orang yang berprofesi sebagai maling atau pencuri yang mencari seorang istri untuk dinikahinya dengan mas kawinya adalah anting-anting. Atau tuturan sajak tersebut mempunyai maksud bahwa benar si aku lirik ini adalah orang yang disegani oleh penduduk yang berada di kampung yang bernama kampung maling dan ia sedang mencari sorang kekasih untuk dinikahinya dengan diberikan sebuah mas kawin berupa anting-anting serta kehidupan calon istrinya akan terjamin seumur hidup. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan perlokusi. Sedangkan dari sudut pragmatis ujaran sajak Ya, akulah si raja maling di kampung maling (berperan sebagai tema) dan sajak nyari ratu maling mas kawinnya anting-anting! (berperan sebagai rema).
Isotopi Puisi
Isotopi adalah wilayah makna yang terbuka yang terdapat di sepanjang teks wacana atau sastra. Isotopi adalah suatu bagian dalam pemahaman yang memungkinkan pesan apapun untuk dipahami sebagai suatu perlambangan yang utuh, karena itu, dalam isotopilah makna mencapai keutuhannya (J.V. Luxembrug 1984 : 195).
Ø  Isotopi manusia : Aku, anak, raja,
Ø  Isotopi perasaan : Eling tujuh keliling
Ø  Isotopi perbuatan : Kencing, lahir, kursi kupaling, pelesiran, maling, bawa klewang, nyari, tender
Ø  Isotopi buah-buahan : Belimbing
Ø  Isotopi hewan : Anjing
Ø  Isotopi makanan : Emping
Ø  Isotopi perhiasan : Anting-anting, mas kawin
Ø  Isotopi uang : Kepeng berkeping-keping
Ø  Isotopi penghubung : Di
Ø  Isotopi penambahan : Sama, dan
Ø  Isotopi perbandingan : Kayak

Daftar Pustaka
F.R. Herwan. 2005. “Apresiasi dan Kajian Puisi”. Serang : Gerage Budaya.
Harimurti, Kridalaksana. 1988. “Sumbangan Aliran Praha dalam Teori Linguistik”. Jakarta : Lembaga Bahasa Atmajaya.
Luxembrug, Jan Van, dkk. 1984. “Pengajaran Ilmu Sastra”. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. “Pengkajian Puisi”. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sudaryat, Yayat. 2009. “Makna dalam Wacana (Prinsif-Prinsif Semantik dan Pragmatik)”. Bandung : Yrama Widya.
Suherlan dan Odien Rosidin. 2004. “Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya (Pengantar Memahami Linguistik)”. Serang : Untirta Press.
Wiyatmi. 2006. “Pengantar Kajian Sastra”. Yogyakarta : Pustaka.

No comments:

Post a Comment

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...