MAKALAH
Dampak Pergaulan Bebas pada Remaja
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas UTS
Mata
Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen : Prof. Dr. Palmawati Tahir, MH.
![]() |
oleh
ADIS RAHMAT SUKADIS (2321120276)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang remaja memang selalu
menarik perhatian semua kalangan. Tidak hanya karena remaja merupakan sosok
unik ketika melewati fase perubahan fisik namun juga dari perubahan non fisik
yang penuh gejolak, potensi dan kedinamisan. Remaja laki‐laki dengan perubahan suara, adanya jakun, atau mulai
tumbuhnya payudara pada perempuan menunjukkan adanya perubahan fisik. Sedangkan
perubahan non fisik meliputi kelabilan emosi, perkembangan jiwa, dan
pembentukan karakter yang sering ditemui dari gejala yang ditunjukkan dalam
perilakunya. Pakar psikologi mengatakan fase ini dikenal dengan proses
pencarian jati diri dan pemahaman diri, penjajakan peranan dan kedudukannya
dalam lingkungan.
Dalam proses pencarian jati diri ini, remaja
membutuhkan kemandirian yang menurut Sutari (Sugiyanto, tt:1) meliputi: “Perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya
diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.” Ada suatu
dorongan yang kuat untuk terlepas dari ketergantungan dengan orang tua,
keinginan dihargai sebagai orang dewasa dan mempunyai hak terhadap dirinya
dalam berkeputusan serta bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.
Masa remaja adalah masa pembelajaran. Meskipun
remaja mendapatkan kesempatan mengembangkan potensi diri namun tetap memerlukan
bekal, bimbingan dan pengarahan orang tua, pendidik serta dukungan lingkungan
yang kondusif. Membekali mereka dengan pemahaman sebuah konsep hidup yang benar
sangat diperlukan dalam proses pencarian jati diri. Dengan bimbingan, membentuk
remaja merasa percaya diri karena secara kemampuan mereka belum teruji dalam
menghadapi tantangan hidup. Keterlibatan orang tua, pendidik dan lingkungannya dalam
memberikan pengarahan akan membentuk kesiapan mentalnya karena secara kejiwaan
remaja masih labil, mudah kebingungan ketika mengalami kesulitan dan kegagalan
menjalani hidupnya.
Pergaulan
bebas adalah bahaya laten yang melanda remaja. Dengan potret kehidupan
bermasyarakat yang bebas, lepas sama sekali dari kewajiban, tuntutan, perasaan
takut, dan berbagai aturan (termasuk syariat) yang ada, akan tercipta sebuah
kehidupan yang amburadul, tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya untuk
bergerak, berbicara, dan berbuat dengan leluasa. Dalam kondisi semacam ini
akhirnya hawa nafsu dituhankan, syariat agama dicampakkan, dan rasa malu nyaris
tak tersisakan. Dengan demikian, tak ubahnya kehidupan yang dijalani seperti
kehidupan binatang ternak, bahkan lebih sesat darinya.
Menurut
Ruwaifi (pergaulan bebas [artikel
online Majalah
Islam Asy Syariah Edisi 076]), mengatakan bahwa kata pergaulan berarti kehidupan
bermasyarakat. Adapun kata bebas memiliki beberapa makna, di antaranya
adalah: (i) lepas sama sekali tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya
sehingga bisa bergerak berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa; (ii)
lepas dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan sebagainya; dan (iii) tidak
terikat atau terbatas oleh aturan-aturan, dan sebagainya. Dari sini pula dapat
dijelaskan bahwa pergaulan bebas hakikatnya tidak terbatas pada apa yang
terjadi di antara para kawula muda pria dan wanita semata. Topik pergaulan
bebas mencakup semua bentuk kehidupan bermasyarakat yang bersifat bebas, lepas
sama sekali dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan berbagai aturan yang
ada.
Permasalahan pergaulan bebas sudah menjadi
masalah sosial yang sampai saat ini, belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat
yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat dianggap lagi sebagai suatu
persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut merupakan tindakan yang
melanggar norma dan merugikan generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat
memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru, hal ini
disebabkan karena pelaku dan korbannya sebagian besar adalah kaum muda
(remaja). Pergaulan bebas di kalangan
remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas.
Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam
minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan
SMP.
1.2
Rumusan Masalah
Tulisan dalam makalah ini sejatinya merupakan
bagian kecil dari upaya memberikan alternative pemahaman dalam bentuk kajian
yang mengupas seputar permasalahn pergaulan bebas remaja. Maka dalam makalah
ini pembahasan tidak akan terlalu jauh dari topik-topik yang meliputi:
1. Bagaimanakah batasan pergaulan bebas?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya pergaulan
bebas pada diri remaja?
3. Bagaimanakah dampak dari pergaulan bebas bagi remaja?
4. Hal apa saja yang sebaiknya dilakukan agar remaja tidak
terjerumus pada pergaulan bebas?
1.3
Tujuan Penulisan dan
Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Batasan pergaulan bebas.
2.
Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya
pergaulan bebas pada diri remaja.
3. Dampak dari pergaulan bebas bagi remaja.
4. Hal-hal yang sebaiknya dilakukan agar remaja tidak
terjerumus pada pergaulan bebas.
1.3.2 Manfaat Penulisan
Manfaat
yang dapat dipetik dari tujuan di atas, yaitu:
1. Memberi gambaran tentang batasan,
faktor-faktor dan dampak dari pergaulan bebas dengan demikian diharapkan dapat mencegah
semakin meluasnnya pergaulan bebas dikalangan remaja.
2. Agar para remaja dan orang
tua dapat memahami bahaya pergaulan bebas.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Batasan Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas sering diartikan/dikiaskan dengan sesuatu yang
negatif seperti free sex, penggunaan narkoba, kehidupan malam, dan lain
sebagainya. Mungkin istilah ini diadaptasi dari budaya barat dimana setiap
individu bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma
atau aturan-aturan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Berbeda dengan
budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal yang tabu sehingga sering
kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas.” Melihat berbagai fakta
yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang terjerumus ke
dalam lembah perzinahan, disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam
bergaul, faktor utama penyebab pergaulan bebas adalah kurangnya pemahaman masyarakat
saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu
didukung oleh arus modernisasi dan lemahnya keimanan kita mengakibatkan
masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu
adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana bebas yang dimaksud
adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan
bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media
massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol
oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan,
pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin
berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa. Diantara
dampak negatif dari fasilitas komunikasi di antara anggota masyarakat secara
global ke dalam negara kita adalah muncul dan berkembangnya penyakit berbahaya
antara lain HIV / AIDS (Andhy, 2010:4).
Mengenal siapa remaja dan apa problema yang
dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orang tua. Dengan bekal
pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya menataki masa-masa krisis
tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu
remaja masa kini terletak tanggung jawab moral sebagai generasi penerus,
menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan
menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional
dan fokus harapan bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk
di abad ke XXI.
2.2
Faktor yang Mempengaruhi
Timbulnya Pergaulan Bebas Pada Diri Remaja
Ada
banyak faktor remaja melakukan pergaulan bebas. Faktor tiap remaja mungkin
berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan
hidup remaja dalam hal keyakinan / agama dan ketidakstabilan emosi
remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti
pergaulan bebas dan penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti
HIV & AIDS ataupun kematian. Mencuatnya kasus asusila akibat pergaulan
bebas, diantaranya seks bebas, peredaran obat-obat terlarang, minum minuman
keras, dan sebagainya, disebabkan karena adanya beberapa faktor. Menurut De
Khalid (2012) faktor-faktor yang
menyebabkan maraknya pergaulan bebas di dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
sebagai berikut :
1.
Sikap
mental yang tidak sehat.
Sikap
mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap
pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi
mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana
ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan
kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang
tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak,
dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak,
yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka
biasa jalani sehingga pengungsi dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif,
misalnya dengan adanya pergaulan bebas.
2.
Pelampiasan
rasa kecewa.
Yaitu
ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap
orang tua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang
memberikan tekanan terus menerus (baik dari segi prestasi untuk remaja yang
sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan
masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga menjadikan
remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal
negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak
nyaman dalam lingkungan hidupnya.
3.
Kegagalan
remaja menyerap norma
Hal
ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang
sebenarnya adalah westernisasi.
Selanjutnya Sugiyanto (tt:2-4) mengatakan indikator yang
menyebabkan terjadinya prilaku pergaulan bebas yang menyimpang dilihat dari
faktor psikologis, diantaranya adalah :
1.
Muatan
materi agama yang masih minim.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya muatan
materi pengetahuan agama pada kurikulum sekolah umum hanya diberikan dua jam
saja dalam satu minggu. Materi atau ajaran agama tidak saja melulu menerangkan
masalah ubudiyah yang sifatnya wajib, atau doktrin jihad, namun lebih dari itu,
ajaran agama mengajarkan kita masalah moralitas, untuk berprilaku baik terhadap
orang tua, keluarga, bergaul dengan komunitas dan orang banyak, menghargai
sesama makhluk dan memperlakukan dengan baik lingkungan sekitarnya, terlebih
mengenai hubungannya dengan Sang Pencipta. Karena pada dasarnya seluruh agama
yang ada, tidak membenarkan umatnya melakukan pergaulan bebas tanpa batas. Oleh
karena itu penanaman nilai-nilai agama harus dilakukan sejak dini.
2.
Doktrin
hidup bebas dan serba glamour seolah menjadi ideologi anak muda.
Pada masa muda, terlebih bagi keluarga
yang berada, masa muda merupakan masa indah, yang disesalkan jika tidak
dimanfaatkan dan dilewatkan meski sedetikpun. Kebebasan merupakan ideologi
dalam berprilaku, dan apa yang dilakukannya merupakan sebuah kebenaran. Gaya
hidup mereka, disamping disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap ajaran agama,
juga kurangnya perhatian dari pihak keluarga, belum lagi serbuan yang menyerang
imajinasi remaja usia labil yang terus memberondong dari mulai ia keluar rumah
melalui gambar-gambar, pamflet, iklan‐iklan di media
cetak atau elektronik ditambah lagi dengan sajian sinetron remaja yang mereka
tonton di televisi.
3.
Problem
yang ditimbulkan dalam keluarga mendominasi dari timbulnya prilaku menyimpang
pada diri anak.
Prilaku menyimpang anak usia pelajar
tidak sepenuhnya kesalahan anak, tapi bisa saja disebabkan keharmonisan dalam
keluarga mulai menipis dan menghilang. Keributan orang tua di depan mata putra‐putrinya
sudah menjadi tontonan, layaknya mereka melihat adegan ribut dalam
sinetron/film di Indonesia. Tanpa disadari bahwa apa yang dilakukan orang tua
di depan anaknya sudah menghancurkan psikolgis sang anak.
4.
Problem
kontemporer
Faktor
pergaulan karena masuknya budaya luar yang paling mudah di zaman sekarang ini
adalah pengaruh dari kemajuan teknologi. Tontonan dan bacaan dari internet
adalah faktor yang paling mudah mempengaruhi timbulnya pergaulan bebas.
5.
Faktor
lingkungan
Lingkungan
adalah tempat individu tinggal dan melakukan aktifitas. Selain keluarga
terdapat lingkungan sekolah, teman dekat, dan lingkungan masyarakat.
Dilingkungan inilah sang anak mendapatkan pengaruh dari pergaulan bebas yang
erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan
Selain itu Sugiyanto (tt:4) menambahkan faktor-faktor penyebab
timbulnya pergaulan bebas yang mempengaruhi perilaku
seks bebas, diantaranya sebagai berikut :
1.
Industri
pornografi. Luasnya peredaran materi pornografi memberi pengaruh yang sangat
besar terhadap pembentukan pola perilaku seks remaja
2.
Pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi. Banyak informasi tentang kesehatan
reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat menimbulkan dampak pada pola
perilaku seks yang tidak sehat dan membahayakan.
3.
Pengalaman
masa anak‐anak. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa remaja yang pada masa anak‐anak mengalami
pengalaman buruk akan mudah terjebak ke dalam aktivitas seks pada usia yang
amat muda dan memiliki kencenderungan untuk memiliki pasangan seksual yang
berganti‐ganti.
4.
Pembinaan
religious. Remaja yang memiliki kehidupan religius yang baik, lebih mampu
berkata ‘tidak’ terhadap godaan seks bebas dibandingkan mereka yang tidak
memperhatikan kehidupan religius.
Menurut Dr. Boyke (Sugiyanto, tt:4) seks bebas penyebabnya
antara lain maraknya peredaran gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan
nilai‐nilai
agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang
seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler‐formal di sekolah-sekolah.
2.3
Dampak Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Indonesia
Pergaulan bebas identik
sekali dengan yang namanya "dugem" (dunia gemerlap).Yang sudah
menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini
identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung pada HIV /
AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi
sangat timpang dari segala segi.
Pergaulan bebas
ternyata tidak hanya berimbas pada anak, tapi juga pada keluarganya dan
lingkungannya. Menurut Taher (2012;4) pergaulan bebas yang mengarah pada perilaku
seksual sebelum waktu (di luar nikah) memiliki dampak negatif secara
psikologis, sosial, dan akademis bagi generasi muda yang melakukannya.
1. Secara psiklogis
remaja yang melakukan hubungan seksual di luar nikah akan merasa malu karena
kehilangan harga diri dan masa-masa remajanya. Selain itu ia juga akan merasa
kebingungan, depresi (sedih yang berkepanjangan), marah dan agresif
(berperilaku merusak).
2. Secara sosial,
hubungan seksual di luar nikah yang tidak sesuai dengan aturan agama, hukum,
dan budaya yang berlaku di masyarakat akan membuat remaja itu mendapatkan sansi
sosial dari masyarakat berupa gunjingan dan celaan. Hal ini akan berdampak pada
buruknya nama baik individu remaja itu sendiri maupunkeluarga, terutama bagi
remaja putri yang hamil di luar nikah.
3. Secara akademis,
hubungan seksual di luar nikah membawa dampak negatif pada prestasi belajar
remaja (siswa), yaitu hilangnya konsentrasi dalam belajar, dikeluarkan dari
sekolah atau putus sekolah, dan sebagainya. Selain itu resiko, kesehatan yang dialami
remaja berupa kelainan janin dan tingkat kematian yang tinggi akibat aborsi.
Masalah ini membuat masa depan siswa (remaja) menjadi teracam atau suram.
Selain dampak
negatif diatas, ada pula dampak positif dari pergaulan bebas jika remaja kita
dapat dengan baik menyikapi hal ini. Dengan adanya perkembangan teknologi
informasi, seorang remaja akan dapat dengan mudah mendapat informasi apapun
yang diinginkannya, mendapatkan teman dari belahan dunia manapun melalui
teknologi jejaring sosial, mengetahui informasi terkini, dan masih banyak lagi.
Semua itu bergantung pada masing-masing individu remajanya dalam menyikapi
segala hal baru yang diterimanya. Dan juga peran orang tua dalam membimbing dan
mengarahkan pada hal-hal yang positif.
Menurut Taher
(2012:4) permasalahan seksualitas yang umumnya dihadapi siswa (remaja) antara
lain; (1) karena dorongan seksual meningkat, dan (2) kematangan seksual
biologis remaja belum diimbangi oleh kematangan psikologis. Peningkatan
dorongan seksual tersebut dapat disebabkan perilaku individu remaja yang
keliru, seperti menonton atau membaca gambar atau tulisan porno, berpacaran
tanpa control, atau merespon positif terhadap lingkungan yang tidak menjaga
pergaulan dengan lawan jenis. Secara normatif mereka yang belum menikah tidak
diizinkan untuk melakukan hubungan seksual.
Akibat rasa ingin tahu remaja yang
sangat kuat dan keinginan untuk memenuhi dorongan seksual dapat mengalahkan
pemahaman terhadap norma, kontrol diri, dan pemikiran rasional, sehingga
muncullah perilaku coba-coba berhubungan seksual yang akhirnya ketagihan. Pakar
seks yang juga ahli atau spesialis obstetric dan ginekologi dokter
Boyke (Taher, 2012:4), mengatakan jika hubungan seks tersebut dilakukan terus
menerus sebelum usia 17 tahun akan mengakibatkan resiko kanker mulut rahim,
penyakit menular seksual seperti sifilis, Go (Gonorhoe) hingga HIV/AIDS.
2.4
Hal-hal yang Sebaiknya
Dilakukan agar Remaja Tidak Terjerumus pada Pergaulan Bebas
Dari tahun ke
tahun, remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas semakin meningkat, jika
hal ini tidak di tanggapi dengan serius, maka akan menjadi bom waktu bagi
generasi penerus bangsa Indonesia. Karena para remaja yang terjerumus kedalam
pergaulan bebas sudah biasa melakukan hubungan seks dan memakai obat-obatan
terlarang yang nantinya akan membunuh mereka sendiri. Jika seorang sudah
terbiasa dengan seks bebas dan obat-obatan terlarang, peluang terkena penyakit
HIV AIDS sangatlah besar, dasamping itu dengan memakai obat-obatan terlarang
juga akan merusak tubuh mereka sendiri dan akhirnya akan mempersingkat umur
mereka sendiri. Berikut ini beberapa tips atau saran untuk remaja dan orang
tua, agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
1.
Mengisi Waktu Kosong Dengan Kegiatan Positif ( Buat
Anak Remaja )
Bagi anda para remaja, isilah waktu
luang yang kalian miliki dengan kegiatan yang positif, seperti kegiatan karang
taruna, belajar keagamaan, kerja bakti sosial, belajar,dan lain-lain.
2.
Cara Bergaul
Dengan bergaul
atau punya banyak teman memang akan memberikan kemudahan dalam menjalani hidup,
tapi jangan sampai salah bergaul. Oleh karena itu sebelum memutuskan berteman
dengan seseorang, cari tahu dulu apakah orang yang akan menjadi teman kita,
akan membawa pengaruh atau dampak baik buat hidup kita kedepannya.
3.
Orang Tua Lebih Akrab Dengan Anak
Jika orang tua sudah bisa akrab dengan
anak layak seorang sahabat, secara tidak langsung anda akan mengetahui kegiatan
dan pergaulan anak anda sehari - hari.
Karena biasanya jika anak sudah dekat dengan orang tuanya, jika anak tersebut ada masalah atau ada hal baru pasti akan di ceritakan kepada orang tuanya.
Pada kesempatan inilah orang tua mengarahkan anak untuk menjadi anak yang baik.
Karena biasanya jika anak sudah dekat dengan orang tuanya, jika anak tersebut ada masalah atau ada hal baru pasti akan di ceritakan kepada orang tuanya.
Pada kesempatan inilah orang tua mengarahkan anak untuk menjadi anak yang baik.
4.
Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor terpenting
dalam pembentukan prilaku remaja. Lingkungan yang tidak baik, memungkinan
seorang remaja yang sedang berkembang menjadi remaja yang tidak baik, demikian
sebaliknya.
5.
Adanya kasih sayang, perhatian dari orang tua dalam
hal apapun serta pengawasan yang tidak bersifat mengekang.
Salah satu faktor terbesar yang
mengakibatkan remaja kita terjerumus ke dalam prilaku seks bebas adalah
kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Peranan agama dan
keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Sebagai
makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi
yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa
ingin tahu yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat
melakukan perilaku menyimpang. Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan antara
orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi yang efektif.
6.
Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media
komunikasi.
Sebagai orang
tua perlu memantau informasi apa saja yang diterima oleh anaknya. Dari media
jenis apa, dan memberingan pengaraha mana yang baik dan mana yang buruk.
7. Menambah
kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga.
Selain menjaga kesehatan tubuh, kesibukan di luar
sekolah seperti olahraga dapat membuat perhatian mereka tertuju ke arah kegiatan
tersebut. Sehingga, memperkecil kemungkinan bagi mereka untuk melakukan
penyimpangan prilaku seks bebas.
8. Perlu
adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku
seks bebas.
Penanganan pergaulan bebas tidak hanya
oleh diri sendiri dan orang tua. Pemerintah juga ikut andil dalam hal ini.
Sejauh ini pemerintah kita sudah bekerja keras untuk mengurangi dampak dari
pergaulan bebas yaitu seks bebas dan pemakain obat-obatan terlarang, misal
dengan memberikan hukuman berat pada pelaku seks bebas . Namun apa yang sudah
dilakukan pemerintah tidak akan berhasil jika tidak ada peran serta orang tua
dan kesadaran tiap individu remajanya.
Sejalan dengan hal tersebut De Khalid (2012)
menambahkan solusi atau cara untuk memecahkan masalah pergaulan bebas ada
beberapa hal yang harus dilakukan yakni:
1.
Kita semua mengetahui
peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat
secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai
kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering
'didengungkan' tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak
sepatutnya dilakukan. Selain solusi di atas masih banyak solusi
lainnya. Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut: Memperbaiki cara
pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam "kenyataan",
maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan
yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan
mereka akan mampu menanggapinya dengan positif .
2.
Menjaga keseimbangan
pola hidup. Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu,
emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu
dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
selain usaha dari diri masing-masing sebenarnya pergaulan bebas dapat dikurangi
apabila setiap orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif untuk
memberikan motivasi positif dan memberikan sarana & prasarana yang
dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya sehingga segalanya menjadi
bermanfaat dalam kehidupan tiap remaja.
BAB 3
SIMPULAN
Pergaulan bebas adalah
salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana "bebas" yang
dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah
pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media
massa.
Pergaulan bebas itu tidak
hanya sebatas bergaul melainkan terkadang mendorong untuk melakukan hal yang
lebih tidak di sukai oleh agama, seperti, bercumbu rayu, berciuman dan bahkan
terjebak dalam perzinahan. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat
pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim maka dampak dan
bahayanya seperti itu. Penyebab maraknya pergaulan bebas karena sikap
mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa, dan kegagalan remaja menyerap
norma.
Pergaulan bebas dapat
dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif dalam
memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga
segala sesuatu yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan.
Daftar Pustaka
De Khalid, Wildan. 2012. Pergaulan Bebas Remaja [Online]. http://id.shvoong.com/lifestyle/2277059-pergaulan-bebasremaja/#ixzz2Ax3oXumu
Pengaruh pergaulan bebas. [Online]. http://diemoew.student.umm.ac.id/2011/09/22/pengaruh-pergaulan-bebas/
Pergaulan Bebas Kalangan Remaja, WASPADA!. [Online]. http://abingpunimaduddin.student.umm.ac.id/2010/07/18/pergaulan-bebas-kalangan-remaja-waspada/
Ruwaifi. tt. Pergaulan Bebas (Majalah
Islam AsySyariah Edisi 076). [Online]. www.anneahira.com/faktor-pergaulan-bebas.htm
Sex Bebas Remaja Dan Pergaulan Bebas. [Online].http://azalea.student.umm.ac.id/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja/
Sugiyanto.tt. Bahaya Seks Bebas pada Remaja (Artikel
disajikan dalam seminar Masa Orientasi Siswa SMK N 1 Klaten). [Pdf].
Taher, J. 2012. Kebutuhan Bimbingan Moral dalam Pencegahan Pengaruh Pergaulan Bebas di
Kalangan Siswa SMA Negeri 9 Manado. [Pdf]. Jurnal Eco-Tropical Jurnal Jendela Ilmu Volume 1 Nomor: 1. Program Studi Bimbingan Konseling, FIP. Universitas Negeri Manado.
No comments:
Post a Comment