Monday, April 15, 2013

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS ICT


MAKALAH

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS ICT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Orientasi Baru Dalam Pembelajaran

Dosen : Prof. Dr. H. Ilzamuddin Makmur. MA.



oleh
ADIS RAHMAT SUKADIS
NIM. 2321120276



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) atau  Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat sejalan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, termasuk jaringan komputer. Berbagai teknologi dan aplikasi pendukung juga telah dikembangkan sebagai upaya untuk mendukung dan mempermudah aktivitas kehidupan manusia dan organisasi, termasuk kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan ICT tersebut, para dosen dan guru dituntut untuk menguasai teknologi (ICT) agar dapat mengembangkan materi-materi pembelajaran berbasis ICT dan memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memberikan kemudahan dan kesempatan yang lebih luas kepada pebelajar dalam belajar.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Harus diakui, proses pembelajaran yang didesain oleh guru saat ini masih mengebiri potensi siswa didik, yang menyebabkan proses pembelajaran pun tak jarang berlangsung monoton dan membosankan. Yang lebih memprihatinkan, masih muncul opini di kalangan sebagian besar guru bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila suasana kelas berlangsung diam alias bisu dan siswa patuh dengan komando. ICT bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran apabila para guru yang berdiri di garda depan dalam dunia pendidikan kita tidak “gaptek.” Minimal, mereka bisa mengoperasikannya sehingga siswa didik bisa “menikmati” media pembelajaran dengan segenap emosi dan pikirannya. Sebuah kesia-siaan apabila sekolah “dimanja” dengan berbagai piranti teknologi mutakhir, tetapi mereka tak sanggup memanfaatkannya secara maksimal. Sebagai “agen perubahan dan peradaban” dunia pendidikan tampaknya memang harus sudah mulai mengakrabi ICT.
Untuk menciptakan atmosfer baru dalam dunia pembelajaran di sekolah, harus ada upaya serius untuk memberdayakan guru agar mereka tidak “gaptek” lagi dalam memanfaatkan ICT untuk kepentingan pembelajaran. Jika tidak ada upaya serius dan intensif, disadari atau tidak, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran hanya akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka.

1.2         RUMUSAN MASALAH
Tulisan dalam makalah ini sejatinya merupakan bagian kecil dari upaya memberikan alternative pemahaman dalam bentuk kajian yang mengupas media pembelajaran. Maka dalam makalah ini pembahasan tidak akan terlalu jauh dari topik-topik yang meliputi:
1)    Apakah pengertian, ragam, dan fungsi media pembejalaran?
2)    Bagaimanakah penggunaan internet sebagai media pengajaran?
3)    Bagaimanakah model pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis ITC?

1.3         Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan
1.3.1     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1)    Pengertian, ragam, dan fungsi media pembejalaran.
2)    Penggunaan internet sebagai media pengajaran.
3)    Model pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis ITC.

1.3.2     Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat dipetik dari tujuan di atas, yaitu:
1.    Memberi gambaran tentang media pembelajaran berbasis ICT, dengan demikian diharapkan para guru/dosen dapat mengimplementasikan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang berbasis ICT.
2.    Agar guru dapat memberikan layanan pembelajaran yang berbasis teknologi, sehingga dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian, Ragam, dan Fungsi Media Pembejalaran
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya tujuan pembelajaran di sekolah. Kata media berasal dari bahasa Latin medius  yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau, ‘pengantar’ (Arsyad, 2005: 3). Selain itu menurut Association of Education and Communication Technology (AECT) (I Wayan Santyasa, 2007:3) media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Selanjutnya I Wayan Santyasa (2007:3) menambahkan bahwa proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yakni guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut dapat diambil kejelasan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Sahid (tt:2) dari segi kemunculannya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni sumber belajar yang sengaja dirancang atau dibuat secara khusus untuk pembelajaran (learning resources by design) dan sumber belajar yang tidak dirancang atau dibuat secara khusus untuk pembelajaran namun dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran (learning resources by utilization). Contoh sumber belajar jenis pertama antara lain: buku, ensilkopedi, kamus, materi-materi pembelajaran dalam bentuk multimedia (film, video, animasi, slide software pembelajaran berbantuan komputer), dan situs-situs e-learning. Contoh sumber belajar jenis kedua antara lain: alam sekitar, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kehidupan manusia,  situs-situs Web.

2.2         Internet sebagai Media Pengajaran
Pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada pada sisi kualitas. Peningkatan kuantitas peserta didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator terhadap kemungkinan tersebut.
Titik sentral pengajaran adalah hubungan antara pengajar dan peserta didik. Pada metode pengajaran konvensional, hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat erat, yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang butuh sentuhan perasaan (empati) dari pengajar dalam mentransfer pengetahuan. Oleh karena itu, kualitas pengajaran konfensional dikenal sangat baik dan mampu menghasilkan manusia yang bukan hanya pandai, melainkan juga terdidik.
Teknologi internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Menurut Purnomo (2008:4) komunikasi melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara massa, dikenal one to many communition (misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real time audio visual seperti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi teleconference. Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik yang khas, yaitu: (1) sebagai media interpersonal dan massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun ansinkron (tunda). Karakteristik ini memungkinkan peserta didik melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional.
2.2.1     Web Portal Belajar dan Distance Learning
Menurut Purnomo (2008:4) tahap awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi, peningkatan kualitas pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas. Model Web Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik, peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok lain diluar institusi sekolah. Model ini meningkatkatkan kualitas pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet.
Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model Web Portal Belajar maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh ruang dan waktu. Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron. Pembelajaran jarak jauh (distance learning) melalui internet harus tetap melibatkan empati para pengajar sehingga terjadi hubungan erat antara pengajar dan peserta didik. Tanpa empati, pengajaran dalam arti sesungguhnya tidak terjadi dan yang berlangsung hanyalah proses transfer informasi. Untuk itu, Purnomo (2008:5) mengemukakan bahwa institusi yang mengadakan distance learning harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
1)    Pusat kegiatan peserta didik. Sebagai community web distance learning maka ia harus bisa menjadi sarana bagi pusat kegiatan peserta didik, diantaranya menambah kemampuan, membaca materi, mencari informasi, dan sebagainya. Untuk itu, institusi perlu merancang sebaik mungkin web yang disajikan sehingga bisa menampung semua kebutuhan peserta didik. Institusi juga harus membuka diri kepada para peserta didik sehingga penjaringan ide bagi pengembangan aplikasi yang ada bisa berjalan lebih cepat.
2)    Interaksi dalam grup. Para peserta didik harus  bisa saling berinteraksi satu sama lain walaupun tidak berada pada satu tempat/ruangan yang sama. Mereka bisa saling berdiskusi tentang materi yang diberikan oleh para pengajar. Pengajar bisa hadir dalam diskusi ini dengan memberikan ulasan awal sebelum diskusi dimulai. Oleh karena itu, instusi yang benar-benar terjun dalam pola distance learning harus pula mempersiapkan aplikasi yang bisa menjalin interaksi antara semua komponen yang terlibat dalam pengajaran.
3)    Sistem administrasi peserta didik. Unsur ini tidak boleh diabaikan, karena dalam distance learning peserta didik tidak hadir secara fisik pada institusi yang ada maka format administrasi yang perlu dibangun akan lebih komplek bila dibandingkan pola pengajaran konvensial. Perlu dikembangkan juga aplikasi yang memungkinkan peserta didik untuk mengetahui statusnya (prestasi), jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) yang telah ditempuh, mata kuliah yang akan diambil pada semester selanjutnya, cara pembayaran biaya pengajaran, dan sebagainya. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh institusi pengajaran adalah jaminan keamanan terhadap data pribadi para peserta didik. Kerahasiaan data ini mutlak dan institusai tidak berhak menjualnya kepada pihak lain. Institusi pengajaran perlu melengkapi diri dengan aplikasi pengamanan jaringan internet (seperti firewall, enkripsi data dan sebagainya). Aplikasi keamanan jaringan akan mengurangi peluang kebocoran data peserta didik yang beresiko tinggi apabila berhadapan dengan pihak-pihak tak bertanggung jawab.
4)    Evaluasi materi. Evaluasi sangat perlu dilakukan agar peserta didik maupun institusi pengajaran bisa mengetahui sejauh mana efektifitas pengajaran yang dilakukan. Evaluasi ini juga membantu peserta didik dalam mengetahui tingkat pemahaman materi yang disajikan.
5)    Perpustakaan digital. Dalam distance learning, perpustakaan digital merupakan hal yang wajib. Tanpa adanya perpustakaan digital maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mencari literarut yang dibutuhkan dalam proses pengajaran. Ketidakhadiran perpustakaan digital akan sangat menurunkan kualitas pengajaran yang ada, karena peserta didik tidak mampu hadir secara fisik untuk memperoleh sumber informasi pengajaran yang dimiliki perpustakaan digital hendaknya tidak hanya berupa buku, tetapi juga literasi berbentuk video, dan image.
6)    Materi online pendukung lainnya. Selain perpustakaan digital yang menyajikan sumber ilmu yang dimiliki oleh institusi pengajaran, peserta didik juga harus diberi link ke sumber informasi lannya. Situs-situs pendukung yang sekiranya mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang ada perlu disajikan dalam aplikasi distance learning, peserta didik juga harus diberikan kesempatan untuk bisa mengisikan link pada aplikasi distance learning sehingga peserta didik lain bisa memperoleh manfaat yang lebih progresif. Dengan keterlibatan peserta didik, diharapkan tumbuh loyalitas untuk saling berbagi informasi sehingga bisa membantu peserta didik lain dalam memperoleh manfaat dari distance learning ini.

2.2.2     Aplikasi Internet untuk e-Learning
Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenernya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Menurut Purnomo (2008:6) ketika memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning + Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, diantaranya adalah:
1.    Learning Management System (LMS). LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang belajar, dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.
2.    Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara lokal pada masing-masing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena faktor bandwith yang dibutuhkan CBT untuk memproses large video.
3.    Virtual Laboratory. ViLAB adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memeroleh pengalaman praktis secara maya/virtual. ViLAB umumnya dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun saat ini sudah banyak aplikasi online.

2.2.3     Aplikasi Pendukung
Aplikasi pendukung dalam pemelajaran yang berbasis ICT/TIK menurut Purnomo (2008:6) antara lain sebagai berikut:
a.    Digital Library; menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses resource-resource elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas. Pengguna tidak lagi tertarik terhadap operasional secara fisik jam perpustakaan dan tidak dapat berkunjung keperpustakaan secara fisik untuk mengakses resource-resourcenya. Disinilah Digital Library sebagai alat untuk memfasilitasi dan memecahkan atas keterbatasan-keterbatasan tersebut.
b.    Video on Demand; menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses resource-resource digital berupa video dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas. Video ini biasanya berupa video pembelajaran, yang dapat diakses sesuai kebutuhan, dan didistribusikan secara streaming melalui jaringan komputer.
c.    Wikipedia; menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk berkolaborasi menyusun ensiklopedia. Dengan wikipedia pengguna dapat membangun naskah secara kolaboratif, hingga dapat menjadi ensiklopedia di Internet.
d.    Blog; menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk membuat tulisan, baik formal maupun informal, seperti buku harian. Blog adalah catatan seseorang yang dibuat untuk konsumsi publik. Dengan blog ini kita bisa sharing ilmu pengetahuan.


2.3         Model Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Berbasis ITC
2.3.1     Aspek Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran
Menurut Eha Yaniarti (2011) keterampilan berbahasa merupakan aspek kemampuan berbahasa yang menjadi sasaran tumpu para pebelajar bahasa. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan para pengajar terus berupaya meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran bahasa melalui pencapaian kompetensi berbahasa, yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Bahkan, dalam KTSP untuk SMP dan SMA (MA) dinyatakan bahwa standar kompetensi lulusan adalah sebagai berikut:
a)    Mendengarkan: Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita, laporan, saran, berberita, pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan pembacaan karya sastra berbentuk puisi, cerita rakyat, drama, cerpen, dan novel
b)    Berbicara: Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan berkenalan, diskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian, serta mengomentari pembacaan puisi dan pementasan drama
c)    Membaca: Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis teks nonsastra berbentuk grafik, tabel, artikel, tajuk rencana, teks pidato, serta teks sastra berbentuk puisi, hikayat, novel, biografi, puisi kontemporer, karya sastra berbagai angkatan dan sastra Melayu klasik.
d)    Menulis: Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, drama, kritik, dan esei.

Dengan mencermati SKL tersebut kita dapat berkreasi menggunakan berbagai model pembelajaran sehingga semua butir SKL terpenuhi pada akhir jenjang pendidikan SMA. Butir-butir SKL tersebut mengarah pada penggunaan bahasa. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa di sekolah diarahkan untuk keterampilan berbahasa. Pembelajarannya bersifat integratif karena setiap aspek keterampilan berbahasa dikemas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
2.3.2     Pemanfaatan ITC/TIK dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa para pengajar bahasa perlu melakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran. Berikut ini pemakalah sajikan beberapa topik dari aspek keterampilan berbahasa yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan ITC/TIK dalam model pembelajarannya.
1.            Model Pembelajaran Keterampilan Membaca Berbasis ITC/TIK
Sebagaimana yang tersaji pada bagian topik untuk setiap aspek keterampilan berbahasa, model pembelajaran keterampilan membaca dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat teknologi berupa Web Portal Belajar, baik yang bersifat interaktif maupun yang tidak. Tatarancang untuk model pembelajarannya tidak berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Yang membedakannya terletak pada kegiatan belajar-mengajar. Untuk memberikan gambaran mengenai model pembelajaran keterampilan berbahasa di bawah ini pemakalah sajikan sebuah model pembelajaran keterampilan Membaca berbasis internet.
A.   Topik : Membaca Kritis untuk Menulis
B.   Tujuan : Setelah pembelajaran selesai siswa diharapkan mampu membuat tulisan berdasarkan hasil membaca kritis yang diunduh dari internet.
C.   Kegiatan Pembelajaran :
Ø  Pertemuan 1: Pengantar pembelajaran secara offline untuk menindaklanjuti tugas Membaca.
Ø  Pertemuan 2: Secara online siswa mengunduh berbagai informasi sesuai dengan topik yang dipilihnya dengan produk akhir berupa ringkasan setiap informasi yang diunduh.
Ø  Pertemuan 3: Secara offline siswa melaporkan hasil kegiatan membaca kritis melalui internet. Dalam pertemuan ini setiap siswa mengurutkan informasi secara logis. Setelah itu, dilakukan diskusi untuk menyempurnakan gagasan.
Ø  Pertemuan 4: Secara online siswa mengunduh informasi tambahan untuk menyempurnakan gagasan.
Ø  Pertemuan 5: Secara offline siswa mengembangkan tulisan berdasarkan informasi yang diunduh dari internet.

D.   Organisasi Materi: 1) Topik tugas akhir; 2) Informasi yang sesuai dengan topik tugas akhir membaca kritis; 3) Kerangka tulisan sesuai dengan topik.
E.   Metode Pembelajaran: 1) Penelusuran situs dan 2) Diskusi.
F.    Sumber dan Media Pembelajaran: Internet dengan berbagai situsnya
G.   Unsur Penilaian: 1) Keruntutan gagasan; 2) Ketepatan pengambilan informasi; 3) Kelengkapan informasi Model pembelajaran keterampilan membaca tersebut tidak hanya untuk produk akhir berupa tulisan, tetapi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan informasi yang diunduh dari internet. Melalui kegiatan seperti itu diharapkan tulisan atau pembicaraan lebih berkualitas.
2.            Model Pembelajaran Keterampila Menulis Berbasis ITC/TIK
Selain keterampilan membaca, Web Portal Belajar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis. Langkah-langkah pembelajarannya dilaksanakan sebagai berikut.
1)    Siswa ditugasi untuk menjelajahi internet dari berbagai situs yang tersedia sebanyak mungkin untuk mencari, menemukan, dan mengunduh artikel berita dan materi pelajaran yang sesuai dengan topik dan tugas yang diberikan.
2)    Siswa membuat draf tulisan awal pada pertemuan offline lalu mengirimkannya ke milis sehingga semua anggota milis dapat membaca tulisan masing-masing.
3)    Untuk setiap tugas, siswa diminta memberikan komentar terhadap tulisan empat siswa lain.
4)    Siswa diminta memperbaiki tulisan awal dan membahas tulisan yang telah direvisi pada pertemuan offline.
5)    Siswa mengirimkan esai ke milis Writing IV dan memberikan komentar terhadap komentar yang mereka terima dari siswa lain.
6)    siswa mendiskusikan komentar pada pertemuan offline.
7)    siswa diminta untuk membuat tulisan akhir.
Dengan mengikuti beberapa tahapan tersebut, para siswa mengalami secara langsung pembelajaran kolaboratif, penilaian oleh mitra sebaya, dan pemanfaatan internet. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan pajangan pluralisme gagasan dan sudut pandang sehingga nilai-nilai toleransi dan keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan.
3.            Model Pembelajaran Keterampilan Menyimak Berbasis ITC/TIK
Menurut Hartoyo (Suwartini dkk, 2011) bahwa dalam pembelajaran bahasa, menyimak merupakan pembelajaran yang dapat mempergunakan ITC/TIK. Adapun unsur-unsur dalam pembelajaran menyimak diantaranya: menyimak dari radio, menyimak dikte, menyimak pembacaan teks nonfiksi, menyimak pembacaan surat, menyimak pidato, menyimak tontonan drama dan menyimak pembecaan karangan fiksi seperti: pusi, musikalisasi puisi, cerpen, dongeng, pantun, dan sebagainya. Peran TIK/ITC dalam pembelajaran bahasa, kususnya keterampilan menyimak dapat diaplikasikan dengan cara:
1.    Dengan alat bantu LCD siswa diberikan visualisasi contoh musikalisasi puisi untuk disimak oleh siswa. Dengan cara seperti itu siswa akan lebih mengenal secara langsung tampilan musikalisasi puisi dibanding dengan model.
2.    Dengan alat bantu tape recorder siswa diperdengarkan contoh dongeng, lalu siswa diberi tugas untuk mencatat/menulis bahkan mengungkapkan unsur-unsur yang terdapat dalam dongeng tersebut.
3.    Dengan alat LCD siswa diperlihatkan contoh pidato yang baik dan benar. Siswa dapat menyimak dan memperhatikan hal tersebut, misalnya cara pidato, unsur-unsur pidato. Dengan cara demikian siswa diberi tugas mencatat bahkan mengungkapkan lagi apa yang didapat dari contoh pidato tersebut.
4.            Model Pembelajaran keterampilan Berbicara Berbasis ITC/TIK
Dengan berkembangnya ITC/TIK, para pengirim dan penerima pesan dapat berkomunikasi dan berinteraksi melalui telepon, melalui internet, email, satelit, televise, video conference, dsb. Hal ini juga berlaku dalam pembelajaran bahasa. Dalam pembelajaran bahasa terjadi komunikasi antara pengajar (guru) dan siswa, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan guru dan siswa dalam satu ruangan atau tempat tertentu secara langsung. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan media TIK melalui video conference atau distance learning (pembelajaran jarak jauh), yang memungkinkan guru mengajar atau memantau siswa yang sedang belajar dengan melihat dan berkomunikasi secara langsung meskipun guru tidak bersama-sama dengan siswa diruang / tempat yang sama.
Dari contoh yang telah dipaparkan, nampak jelas bahwa dalam konteks pembelajaran bahasa, TIK memiliki peran sebagai “media” yang menjembatani dan memungkinkan terjadinya pembelajaran, dan bahkan tatap muka dan komunikasi langsung, antara siswa dan guru meskipun mereka tidak berada dalam satu ruang atau tempat yang sama.


BAB 3
SIMPULAN
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu pemanfaatan media dalam pemelajaran adalah media yang berbasis ICT. Pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia pengajaran meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta didik. Penggunaan internet dalam pemelajaran dapat berupa Web Portal Belajar dan Distance Learning. Selain itu aplikasi internet untuk e-Learning dapat menggunakan Learning Management System (LMS), Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP) dan Virtual Laboratory (ViLAB). Selain itu, aplikasi penunjangnya antara lain Digital Library, Video on Demand, Wikipedia dan Blog.
Model pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis ITC mencakup kompetensi pembelajaran menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Model pembelajaran keterampilan membaca dan menulis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat teknologi berupa Web Portal Belajar, baik yang bersifat interaktif maupun yang tidak. Salah satunya dengan memanfaatkan artikel-artikal yang ada dalam situs-situs internet. Pemelajaran Keterampilan menyimak dapat diaplikasikan dengan alat bantu LCD dan tape recorder. Pemelajaran keterampilan berbicara dapat dilakukan melalui video conference.
    
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran (Edisi 1, cetakan ke 6). Jakarta: Raja Grafindo  Persada.
Purnomo, Wahyu. 2008. Pembelajaran Berbasis ICT, Makalah (disampaikan pada “Workshop Pembelajaran Berbasis ICT” di Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan, 11-14 Agustus) dari http://wahyupur.blogspot.com. diakses tanggal 12 Desember 2012
Sahid. tt. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT, Makalah (FMIPA UNY). Dari http://sahid.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran, (Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan Pada tanggal 10 Januari di Banjar Angkan Klungkung). Dari http://edukasi.kompasiana.com, diakses tanggal 10 Desember 2012.
Suwartini, Yati., Suhaidah, Winni., Deliani, Wahyumi., & Dian, P. 2011. Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran Bahasa, Mkalah (Program Pascasarjana Universitas Prof. Dr. Uhamka) Dari http://pemanfaatan-tik-dalam-pembelajaran-bahasa.wordpress.com
Yaniarti, Eha. 2011. Prospek Penggunaan TIK Dalam Pembelajaran Bahasa, Makalah. Dari http://yaniarti01.wordpress.com/2011/03/29/81/ Diakses tanggal 12 Desember 2012.

No comments:

Post a Comment

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...