MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS ICT
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Orientasi Baru Dalam Pembelajaran
Dosen : Prof. Dr. H. Ilzamuddin Makmur. MA.
oleh
ADIS RAHMAT SUKADIS
NIM. 2321120276
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat sejalan dengan
perkembangan teknologi telekomunikasi, termasuk jaringan komputer. Berbagai
teknologi dan aplikasi pendukung juga telah dikembangkan sebagai upaya untuk
mendukung dan mempermudah aktivitas kehidupan manusia dan organisasi, termasuk
kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Dalam menyikapi perkembangan
dan kemajuan ICT tersebut, para dosen dan guru dituntut untuk menguasai teknologi
(ICT) agar dapat mengembangkan materi-materi pembelajaran berbasis ICT dan
memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memberikan
kemudahan dan kesempatan yang lebih luas kepada pebelajar dalam belajar.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Harus diakui,
proses pembelajaran yang didesain oleh guru saat ini masih mengebiri potensi
siswa didik, yang menyebabkan proses pembelajaran pun tak jarang berlangsung
monoton dan membosankan. Yang lebih memprihatinkan, masih muncul opini di
kalangan sebagian besar guru bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila
suasana kelas berlangsung diam alias bisu dan siswa patuh dengan komando. ICT
bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran apabila para
guru yang berdiri di garda depan dalam dunia pendidikan kita tidak “gaptek.”
Minimal, mereka bisa mengoperasikannya sehingga siswa didik bisa “menikmati”
media pembelajaran dengan segenap emosi dan pikirannya. Sebuah kesia-siaan
apabila sekolah “dimanja” dengan berbagai piranti teknologi mutakhir, tetapi
mereka tak sanggup memanfaatkannya secara maksimal. Sebagai “agen perubahan dan
peradaban” dunia pendidikan tampaknya memang harus sudah mulai mengakrabi ICT.
Untuk menciptakan atmosfer baru dalam dunia
pembelajaran di sekolah, harus ada upaya serius untuk memberdayakan guru agar
mereka tidak “gaptek” lagi dalam memanfaatkan ICT untuk kepentingan
pembelajaran. Jika tidak ada upaya serius dan intensif, disadari atau tidak,
pemanfaatan ICT dalam pembelajaran hanya akan terapung-apung dalam bentangan
slogan dan retorika belaka.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Tulisan dalam makalah ini sejatinya merupakan
bagian kecil dari upaya memberikan alternative pemahaman dalam bentuk kajian
yang mengupas media pembelajaran. Maka dalam makalah ini pembahasan tidak akan
terlalu jauh dari topik-topik yang meliputi:
1)
Apakah pengertian, ragam, dan fungsi media
pembejalaran?
2)
Bagaimanakah penggunaan internet sebagai
media pengajaran?
3)
Bagaimanakah model
pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis ITC?
1.3
Tujuan
Penulisan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1)
Pengertian, ragam, dan fungsi media
pembejalaran.
2)
Penggunaan internet sebagai media pengajaran.
3)
Model pembelajaran
keterampilan berbahasa berbasis ITC.
1.3.2 Manfaat
Penulisan
Manfaat
yang dapat dipetik dari tujuan di atas, yaitu:
1.
Memberi gambaran tentang media pembelajaran berbasis ICT, dengan
demikian diharapkan para guru/dosen dapat mengimplementasikan pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia yang berbasis ICT.
2.
Agar guru dapat memberikan layanan
pembelajaran yang berbasis teknologi, sehingga dapat membangkitkan motivasi
peserta didik dalam belajar.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian,
Ragam, dan Fungsi Media Pembejalaran
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya
tujuan pembelajaran di sekolah. Kata media berasal dari bahasa Latin medius
yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau, ‘pengantar’
(Arsyad, 2005: 3). Selain itu menurut Association
of Education and Communication Technology (AECT) (I Wayan Santyasa, 2007:3)
media adalah segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta
didik. Selanjutnya
I Wayan Santyasa (2007:3) menambahkan bahwa proses pembelajaran mengandung lima
komponen komunikasi, yakni guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Dari definisi
tersebut dapat diambil kejelasan bahwa media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Sahid (tt:2) dari segi kemunculannya,
sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni sumber belajar yang
sengaja dirancang atau dibuat secara khusus untuk pembelajaran (learning resources by design) dan
sumber belajar yang tidak dirancang atau dibuat secara khusus untuk
pembelajaran namun dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran (learning resources by utilization). Contoh sumber belajar jenis
pertama antara lain: buku, ensilkopedi, kamus, materi-materi pembelajaran dalam
bentuk multimedia (film, video, animasi, slide software pembelajaran berbantuan
komputer), dan situs-situs e-learning.
Contoh sumber belajar jenis kedua antara lain: alam sekitar, lingkungan fisik,
lingkungan sosial, kehidupan manusia,
situs-situs Web.
2.2
Internet
sebagai Media Pengajaran
Pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran
akan membantu dunia pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik. Akan
semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain
peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada pada sisi kualitas. Peningkatan
kuantitas peserta didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang
diperolehnya. Pengadaan teknologi internet, dapat menjadi salah satu
antisipator terhadap kemungkinan tersebut.
Titik sentral pengajaran adalah hubungan
antara pengajar dan peserta didik. Pada metode pengajaran konvensional,
hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat erat, yang erat ini
melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang butuh sentuhan perasaan (empati)
dari pengajar dalam mentransfer pengetahuan. Oleh karena itu, kualitas
pengajaran konfensional dikenal sangat baik dan mampu menghasilkan manusia yang
bukan hanya pandai, melainkan juga terdidik.
Teknologi internet mengemuka sebagai media
yang multirupa. Menurut Purnomo (2008:4) komunikasi melalui internet bisa
dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail
dan chatting) atau secara massa,
dikenal one to many communition (misalnya
mailing list). Internet juga mampu
hadir secara real time audio visual
seperti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi teleconference. Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai
media pengajaran mampu mengadakan karakteristik yang khas, yaitu: (1) sebagai
media interpersonal dan massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan
komunikasi secara sinkron maupun ansinkron (tunda). Karakteristik ini
memungkinkan peserta didik melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih
luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional.
2.2.1
Web
Portal Belajar dan Distance Learning
Menurut Purnomo (2008:4) tahap awal pemanfaatan
internet dalam pengajaran berbentuk model Web
Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang
peningkatan kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi, peningkatan kualitas
pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas. Model Web Portal Belajar menjadikan internet
sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga
menjadi sarana bagi peserta didik
untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik, peserta didik dengan
pengajar, atau peserta didik dengan kelompok lain diluar institusi sekolah.
Model ini meningkatkatkan kualitas pengajaran yang diberikan diruang kelas
karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka
dikelas maupun yang ada di internet.
Apabila pihak institusi pengajaran telah
mampu menerapkan model Web Portal Belajar
maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut
pembelajaran jarak jauh / distance
learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh ruang dan waktu. Walau
demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron.
Pembelajaran jarak jauh (distance
learning) melalui internet harus tetap melibatkan empati para pengajar
sehingga terjadi hubungan erat antara pengajar dan peserta didik. Tanpa empati,
pengajaran dalam arti sesungguhnya tidak terjadi dan yang berlangsung hanyalah
proses transfer informasi. Untuk itu, Purnomo (2008:5) mengemukakan bahwa institusi
yang mengadakan distance learning harus
memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pusat kegiatan peserta
didik. Sebagai community web distance
learning maka ia harus bisa menjadi sarana bagi pusat kegiatan peserta
didik, diantaranya menambah kemampuan, membaca materi, mencari informasi, dan
sebagainya. Untuk itu, institusi perlu merancang sebaik mungkin web yang
disajikan sehingga bisa menampung semua kebutuhan peserta didik. Institusi juga
harus membuka diri kepada para peserta didik sehingga penjaringan ide bagi
pengembangan aplikasi yang ada bisa berjalan lebih cepat.
2) Interaksi dalam grup. Para
peserta didik harus bisa saling
berinteraksi satu sama lain walaupun tidak berada pada satu tempat/ruangan yang
sama. Mereka bisa saling berdiskusi tentang materi yang diberikan oleh para
pengajar. Pengajar bisa hadir dalam diskusi ini dengan memberikan ulasan awal
sebelum diskusi dimulai. Oleh karena itu, instusi yang benar-benar terjun dalam
pola distance learning harus pula
mempersiapkan aplikasi yang bisa menjalin interaksi antara semua komponen yang
terlibat dalam pengajaran.
3) Sistem administrasi peserta
didik. Unsur ini tidak boleh diabaikan, karena dalam distance learning peserta didik tidak hadir secara fisik pada
institusi yang ada maka format administrasi yang perlu dibangun akan lebih
komplek bila dibandingkan pola pengajaran konvensial. Perlu dikembangkan juga
aplikasi yang memungkinkan peserta didik untuk mengetahui statusnya (prestasi),
jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) yang telah ditempuh, mata kuliah yang akan
diambil pada semester selanjutnya, cara pembayaran biaya pengajaran, dan
sebagainya. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh institusi pengajaran adalah
jaminan keamanan terhadap data pribadi para peserta didik. Kerahasiaan data ini
mutlak dan institusai tidak berhak menjualnya kepada pihak lain. Institusi
pengajaran perlu melengkapi diri dengan aplikasi pengamanan jaringan internet
(seperti firewall, enkripsi data dan
sebagainya). Aplikasi keamanan jaringan akan mengurangi peluang kebocoran data
peserta didik yang beresiko tinggi apabila berhadapan dengan pihak-pihak tak
bertanggung jawab.
4) Evaluasi materi. Evaluasi
sangat perlu dilakukan agar peserta didik maupun institusi pengajaran bisa
mengetahui sejauh mana efektifitas pengajaran yang dilakukan. Evaluasi ini juga
membantu peserta didik dalam mengetahui tingkat pemahaman materi yang
disajikan.
5) Perpustakaan digital. Dalam
distance learning, perpustakaan digital merupakan hal yang wajib. Tanpa adanya perpustakaan
digital maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mencari literarut
yang dibutuhkan dalam proses pengajaran. Ketidakhadiran perpustakaan digital
akan sangat menurunkan kualitas pengajaran yang ada, karena peserta didik tidak
mampu hadir secara fisik untuk memperoleh sumber informasi pengajaran yang
dimiliki perpustakaan digital hendaknya tidak hanya berupa buku, tetapi juga
literasi berbentuk video, dan image.
6) Materi online pendukung
lainnya. Selain perpustakaan digital yang menyajikan sumber ilmu yang dimiliki
oleh institusi pengajaran, peserta didik juga harus diberi link ke sumber
informasi lannya. Situs-situs pendukung yang sekiranya mampu meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang ada perlu disajikan dalam aplikasi
distance learning, peserta didik juga
harus diberikan kesempatan untuk bisa mengisikan link pada aplikasi distance learning sehingga peserta didik
lain bisa memperoleh manfaat yang lebih progresif. Dengan keterlibatan peserta
didik, diharapkan tumbuh loyalitas untuk saling berbagi informasi sehingga bisa
membantu peserta didik lain dalam memperoleh manfaat dari distance learning
ini.
2.2.2
Aplikasi
Internet untuk e-Learning
Internet menyediakan banyak kemudahan bagi
dunia pengajaran. Sebenernya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran
online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah
tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar
jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam,
mulai yang gratis (di bawah open source
project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Menurut Purnomo
(2008:6) ketika memutuskan utuk menerapkan distance
learning, yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning + Computer
Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT,
diantaranya adalah:
1. Learning Management System (LMS). LMS merupakan
kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat
lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang belajar,
dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta
didik, dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi
ini.
2. Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak
online untuk proses pembelajaran secara lokal pada masing-masing computer peserta
didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. Kebanyakan
pengguna menggunakannya secara offline karena faktor bandwith yang dibutuhkan CBT untuk memproses large video.
3. Virtual Laboratory. ViLAB adalah lingkungan dimana peserta didik
dapat memeroleh pengalaman praktis secara maya/virtual. ViLAB umumnya dipasang
secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun saat ini sudah
banyak aplikasi online.
2.2.3
Aplikasi
Pendukung
Aplikasi
pendukung dalam pemelajaran yang berbasis ICT/TIK menurut Purnomo (2008:6)
antara lain sebagai berikut:
a.
Digital Library; menawarkan kemudahan bagi
para pengguna untuk mengakses resource-resource
elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang
terbatas. Pengguna tidak lagi tertarik terhadap operasional secara fisik jam
perpustakaan dan tidak dapat berkunjung keperpustakaan secara fisik untuk
mengakses resource-resourcenya.
Disinilah Digital Library sebagai
alat untuk memfasilitasi dan memecahkan atas keterbatasan-keterbatasan
tersebut.
b.
Video on Demand; menawarkan kemudahan bagi
para pengguna untuk mengakses resource-resource
digital berupa video dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan
yang terbatas. Video ini biasanya berupa video pembelajaran, yang dapat diakses
sesuai kebutuhan, dan didistribusikan secara streaming melalui jaringan komputer.
c. Wikipedia; menawarkan
kemudahan bagi para pengguna untuk berkolaborasi menyusun ensiklopedia. Dengan
wikipedia pengguna dapat membangun naskah secara kolaboratif, hingga dapat
menjadi ensiklopedia di Internet.
d. Blog; menawarkan kemudahan
bagi para pengguna untuk membuat tulisan, baik formal maupun informal, seperti
buku harian. Blog adalah catatan seseorang yang dibuat untuk konsumsi publik.
Dengan blog ini kita bisa sharing ilmu pengetahuan.
2.3
Model Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Berbasis ITC
2.3.1 Aspek
Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran
Menurut Eha Yaniarti (2011) keterampilan berbahasa
merupakan aspek kemampuan berbahasa yang menjadi sasaran tumpu para pebelajar
bahasa. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan para pengajar terus berupaya
meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran bahasa melalui pencapaian
kompetensi berbahasa, yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Bahkan,
dalam KTSP untuk SMP dan SMA (MA) dinyatakan bahwa standar kompetensi lulusan
adalah sebagai berikut:
a) Mendengarkan: Memahami
wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita, laporan, saran, berberita,
pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan pembacaan karya sastra berbentuk
puisi, cerita rakyat, drama, cerpen, dan novel
b) Berbicara: Menggunakan
wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam
kegiatan berkenalan, diskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian, serta
mengomentari pembacaan puisi dan pementasan drama
c) Membaca: Menggunakan
berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis teks nonsastra berbentuk
grafik, tabel, artikel, tajuk rencana, teks pidato, serta teks sastra berbentuk
puisi, hikayat, novel, biografi, puisi kontemporer, karya sastra berbagai
angkatan dan sastra Melayu klasik.
d) Menulis: Menggunakan
berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato,
proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen, laporan,
resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen,
drama, kritik, dan esei.
Dengan mencermati SKL tersebut kita dapat
berkreasi menggunakan berbagai model pembelajaran sehingga semua butir SKL
terpenuhi pada akhir jenjang pendidikan SMA. Butir-butir SKL tersebut mengarah
pada penggunaan bahasa. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa di sekolah
diarahkan untuk keterampilan berbahasa. Pembelajarannya bersifat integratif
karena setiap aspek keterampilan berbahasa dikemas dalam mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia.
2.3.2
Pemanfaatan ITC/TIK dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa
Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
para pengajar bahasa perlu melakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan
komputer sebagai media pembelajaran. Berikut ini pemakalah sajikan beberapa
topik dari aspek keterampilan berbahasa yang dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ITC/TIK dalam model pembelajarannya.
1.
Model Pembelajaran Keterampilan Membaca
Berbasis ITC/TIK
Sebagaimana yang tersaji pada bagian topik
untuk setiap aspek keterampilan berbahasa, model pembelajaran keterampilan
membaca dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat teknologi berupa Web
Portal Belajar, baik yang bersifat interaktif maupun yang tidak. Tatarancang
untuk model pembelajarannya tidak berbeda dengan model pembelajaran lainnya.
Yang membedakannya terletak pada kegiatan belajar-mengajar. Untuk memberikan
gambaran mengenai model pembelajaran keterampilan berbahasa di bawah ini
pemakalah sajikan sebuah model pembelajaran keterampilan Membaca berbasis
internet.
A.
Topik : Membaca
Kritis untuk Menulis
B.
Tujuan : Setelah pembelajaran
selesai siswa diharapkan mampu membuat tulisan berdasarkan hasil membaca kritis
yang diunduh dari internet.
C.
Kegiatan Pembelajaran :
Ø Pertemuan 1: Pengantar pembelajaran
secara offline untuk menindaklanjuti tugas Membaca.
Ø Pertemuan 2: Secara online
siswa mengunduh berbagai informasi sesuai dengan topik yang dipilihnya dengan
produk akhir berupa ringkasan setiap informasi yang diunduh.
Ø Pertemuan 3: Secara offline
siswa melaporkan hasil kegiatan membaca kritis melalui internet. Dalam
pertemuan ini setiap siswa mengurutkan informasi secara logis. Setelah itu,
dilakukan diskusi untuk menyempurnakan gagasan.
Ø Pertemuan 4: Secara online
siswa mengunduh informasi tambahan untuk menyempurnakan gagasan.
Ø Pertemuan 5: Secara offline
siswa mengembangkan tulisan berdasarkan informasi yang diunduh dari internet.
D.
Organisasi Materi: 1)
Topik tugas akhir; 2) Informasi yang sesuai dengan topik tugas akhir membaca
kritis; 3) Kerangka tulisan sesuai dengan topik.
E.
Metode Pembelajaran: 1)
Penelusuran situs dan 2) Diskusi.
F.
Sumber dan Media Pembelajaran: Internet
dengan berbagai situsnya
G.
Unsur Penilaian: 1)
Keruntutan gagasan; 2) Ketepatan pengambilan informasi; 3) Kelengkapan
informasi Model pembelajaran keterampilan membaca tersebut tidak hanya untuk
produk akhir berupa tulisan, tetapi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan berbicara dengan menggunakan informasi yang diunduh dari internet.
Melalui kegiatan seperti itu diharapkan tulisan atau pembicaraan lebih
berkualitas.
2.
Model Pembelajaran Keterampila Menulis Berbasis
ITC/TIK
Selain keterampilan membaca, Web Portal
Belajar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis.
Langkah-langkah pembelajarannya
dilaksanakan sebagai berikut.
1)
Siswa ditugasi untuk menjelajahi internet
dari berbagai situs yang tersedia sebanyak mungkin untuk mencari, menemukan,
dan mengunduh artikel berita dan materi pelajaran yang sesuai dengan topik dan
tugas yang diberikan.
2)
Siswa membuat draf tulisan awal pada
pertemuan offline lalu mengirimkannya ke milis sehingga semua anggota milis
dapat membaca tulisan masing-masing.
3)
Untuk setiap tugas, siswa diminta memberikan
komentar terhadap tulisan empat siswa lain.
4)
Siswa diminta memperbaiki tulisan awal dan
membahas tulisan yang telah direvisi pada pertemuan offline.
5)
Siswa mengirimkan esai ke milis Writing IV
dan memberikan komentar terhadap komentar yang mereka terima dari siswa lain.
6)
siswa mendiskusikan komentar pada pertemuan
offline.
7)
siswa diminta untuk membuat tulisan akhir.
Dengan mengikuti beberapa tahapan tersebut,
para siswa mengalami secara langsung pembelajaran kolaboratif, penilaian oleh
mitra sebaya, dan pemanfaatan internet. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan
pajangan pluralisme gagasan dan sudut pandang sehingga nilai-nilai toleransi
dan keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan.
3.
Model Pembelajaran Keterampilan Menyimak
Berbasis ITC/TIK
Menurut Hartoyo (Suwartini dkk, 2011) bahwa dalam pembelajaran bahasa,
menyimak merupakan pembelajaran yang dapat mempergunakan ITC/TIK. Adapun
unsur-unsur dalam pembelajaran menyimak diantaranya: menyimak dari radio,
menyimak dikte, menyimak pembacaan teks nonfiksi, menyimak pembacaan surat,
menyimak pidato, menyimak tontonan drama dan menyimak pembecaan
karangan fiksi seperti: pusi, musikalisasi puisi, cerpen, dongeng, pantun, dan sebagainya. Peran TIK/ITC dalam pembelajaran bahasa, kususnya keterampilan menyimak dapat
diaplikasikan dengan cara:
1.
Dengan alat bantu LCD siswa diberikan visualisasi
contoh musikalisasi puisi untuk disimak oleh siswa. Dengan cara seperti itu
siswa akan lebih mengenal secara langsung tampilan musikalisasi puisi dibanding
dengan model.
2.
Dengan alat bantu tape recorder siswa diperdengarkan contoh dongeng, lalu siswa
diberi tugas untuk mencatat/menulis bahkan mengungkapkan unsur-unsur yang
terdapat dalam dongeng tersebut.
3.
Dengan alat LCD siswa diperlihatkan contoh pidato
yang baik dan benar. Siswa dapat menyimak dan memperhatikan hal tersebut,
misalnya cara pidato, unsur-unsur pidato. Dengan cara demikian siswa diberi
tugas mencatat bahkan mengungkapkan lagi apa yang didapat dari contoh pidato
tersebut.
4.
Model Pembelajaran keterampilan
Berbicara Berbasis ITC/TIK
Dengan berkembangnya ITC/TIK, para
pengirim dan penerima pesan dapat berkomunikasi dan berinteraksi melalui
telepon, melalui internet, email, satelit, televise, video conference, dsb. Hal
ini juga berlaku dalam pembelajaran bahasa. Dalam pembelajaran bahasa terjadi
komunikasi antara pengajar (guru) dan siswa, proses pembelajaran tidak harus
mempertemukan guru dan siswa dalam satu ruangan atau tempat tertentu secara
langsung. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan media TIK melalui video
conference atau distance
learning (pembelajaran jarak jauh), yang memungkinkan guru
mengajar atau memantau siswa yang sedang belajar dengan melihat dan
berkomunikasi secara langsung meskipun guru tidak bersama-sama dengan siswa
diruang / tempat yang sama.
Dari contoh yang telah dipaparkan, nampak jelas
bahwa dalam konteks pembelajaran bahasa, TIK memiliki peran sebagai “media”
yang menjembatani dan memungkinkan terjadinya pembelajaran, dan bahkan tatap
muka dan komunikasi langsung, antara siswa dan guru meskipun mereka tidak
berada dalam satu ruang atau tempat yang sama.
BAB
3
SIMPULAN
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu pemanfaatan media dalam
pemelajaran adalah media yang berbasis ICT. Pemanfaatan internet dalam dunia
pengajaran akan membantu dunia pengajaran meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta
didik. Penggunaan internet dalam pemelajaran dapat berupa Web Portal Belajar dan Distance
Learning. Selain itu aplikasi internet untuk e-Learning dapat menggunakan Learning
Management System (LMS), Computer
Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP) dan Virtual Laboratory (ViLAB). Selain itu,
aplikasi penunjangnya antara lain Digital
Library, Video on Demand, Wikipedia dan Blog.
Model pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis
ITC mencakup kompetensi pembelajaran menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis. Model pembelajaran keterampilan membaca dan menulis dapat dilakukan
dengan menggunakan perangkat teknologi berupa Web Portal Belajar, baik yang
bersifat interaktif maupun yang tidak. Salah satunya dengan memanfaatkan
artikel-artikal yang ada dalam situs-situs internet. Pemelajaran Keterampilan menyimak
dapat diaplikasikan dengan alat
bantu LCD dan tape recorder. Pemelajaran keterampilan berbicara dapat
dilakukan melalui video conference.
Daftar
Pustaka
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran (Edisi 1, cetakan ke 6). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Purnomo, Wahyu. 2008. Pembelajaran
Berbasis ICT, Makalah (disampaikan pada “Workshop Pembelajaran
Berbasis ICT” di Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan, 11-14 Agustus)
dari http://wahyupur.blogspot.com. diakses tanggal 12 Desember 2012
Sahid. tt. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT, Makalah (FMIPA UNY).
Dari http://sahid.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Desember 2012.
Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran, (Disajikan dalam Workshop
Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan Pada tanggal 10
Januari di Banjar Angkan Klungkung). Dari http://edukasi.kompasiana.com, diakses tanggal 10 Desember 2012.
Suwartini, Yati., Suhaidah, Winni., Deliani, Wahyumi.,
& Dian, P. 2011. Pemanfaatan ICT
dalam Pembelajaran Bahasa, Mkalah (Program Pascasarjana Universitas Prof.
Dr. Uhamka) Dari http://pemanfaatan-tik-dalam-pembelajaran-bahasa.wordpress.com
Yaniarti, Eha. 2011. Prospek Penggunaan TIK Dalam Pembelajaran Bahasa, Makalah.
Dari http://yaniarti01.wordpress.com/2011/03/29/81/ Diakses tanggal 12 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment