Kajian Sturktural (Sintaksis, Pragmatik dan
Semantik)
Puisi “Aku
Menari” Karya Asep G.P
oleh
Adis Rahmat Sukadis. S.Pd
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pasca Sarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2013
“Aku Menari”
Aku menari dibawah cahaya rembulan
peluh membasahi sekujur tubuh
hingga menjelang malam
aku terus saja menari tak henti
karena aku ingin mencari kedamaian
aku kini menari dibawah terik matahari
peluh membasahi sekujur tubuh
hingga kulit tubuh menghitam
bibir terus memanjatkan doa-doa
karena dunia kini dipenuhi manusia yang tak punya jiwa
( Serang, Januari 2003)
Aku menari dibawah cahaya rembulan
peluh membasahi sekujur tubuh
hingga menjelang malam
aku terus saja menari tak henti
karena aku ingin mencari kedamaian
aku kini menari dibawah terik matahari
peluh membasahi sekujur tubuh
hingga kulit tubuh menghitam
bibir terus memanjatkan doa-doa
karena dunia kini dipenuhi manusia yang tak punya jiwa
( Serang, Januari 2003)
Asep
G.P
Kajian
Struktural
Menurut Pradopo (2009: 7) mengatakan bahwa puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama. Puisi adalah karya sastra
yang kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan
secara denotatif atau pun konotatif. Puisi merupakan suatu karya sastra yang
inspiratif dan mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang
penyair. Sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung
mempunyai makna yang abstrak dan memberikan imaji terhadap pembaca. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan khayalan bagi pembaca,
sehingga memberikan makna yang sangat kompleks.
Sebuah puisi merupakan kesatuan yang
utuh atau bulat, dan sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun.
Unsur-unsur pembangun tersebut dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat
berdiri sendiri tanpa mengaitkan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya.
Unsur-unsur dalam sebuah puisi bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga
bersifat fungsional terhadap unsur lainnya (Waluyo, 1991: 25). Puisi terdiri
atas dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin. Kedua bagian itu
terdiri atas unsur-unsur yang saling mengikat keterjalinan dan unsur itu membentuk
totalitas makna yang utuh. Struktur batin puisi terdiri atas : tema, nada,
perasaan, dan amanat. Sedangkan struktur fisik puisi terdiri atas diksi,
pengimajian, kata kongkrit, majas, verifikasi dan tipografi puisi. Majas terdiri
atas lambang dan kiasan, sedangkan verifikasi terdiri dari : rima, ritma dan
metrum (Waluyo, 1991: 28). Dalam analisis struktural ini, puisi yang dianalisis
adalah “Aku Menari” karya Asep G.P, meliputi :
1. Diksi
(Pilihan Kata)
Diksi
merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan
suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca
(Herwan, 2005 : 39). Dalam puisi “Aku Menari” disamping, terdapat beberapa
pilihan kata yang digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana seperti yang
dapat dilihat dalam puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan oleh penyair merupakan
kata-kata yang ringan, familiyar, universal dan mudah dipahami oleh para
pembacanya. Diksi yang digunakan berasal dari bahasa sehari-hari untuk
mendukung makna yang berubungan dengan kecemasan aku lirik dalam menjalani
kehidupannya. Diksi yang terdapat dalam puisi tersebut, antara lain sebagai
berikut :
Ø Aku
menari di bawah cahaya rembulan
Ø Peluh
membasahi sekujur tubuh
Ø Bibir
terus memanjatkan doa-doa
Beberapa
contoh diksi yang telah disebutkan di atas menunjukkan beberapa pengertian. Dalam
menggunakan kata-kata aku menari di bawah
cahaya rembulan, pembaca akan lebih mudah mengetahui makna sebenarnya dari
puisi tersebut. Pada kata peluh membasahi
sekujur tubuh, yakni kata-kata
yang digunakan dalam kalimat tersebut menggunakan kata-kata yang mengandung
unsur perumpamaan. Sedangkan kalimat bibir terus memanjatkan doa-doa, ini menyatakan makna yang
sebenarnya dari puisi tersebut, bahwa kecemasan si aku lirih dalam mencari
kedamaian dalam kehidupan dunia yang semakin menghawatirkan, karena
manusia-manusia yang hidup di zaman sekarang ini sudah tidak mempunyai hati
nurani.
2.
Pengimajian (Citraan)
Pengimajian adalah kata
atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti
penglihatan, pendengaran dan perasaan. Ada beberapa jenis citraan, sesuai
dengan indera yang menghasilkannya, yaitu citraan penglihatan, citraan
pendengaran, citraan rabaan, citraan pencecapan, citraan penciuman, dan citraan
gerak. Pada puisi “Aku Menari” pengimajian yang digunakan oleh pengarang
terdapat pada:
Aku
menari dibawah cahaya rembulan/ aku kini menari dibawah terik matahari (citran
pengelihatan)
peluh membasahi sekujur tubuh (citraan pencecapan)
aku terus saja menari tak henti (citraan gerak)
hingga kulit tubuh menghitam/ bibir terus memanjatkan doa-doa/ hingga menjelang malam (citraan pengelihatan)
karena dunia kini dipenuhi manusia yang tak punya jiwa(citraan pendengaran)
peluh membasahi sekujur tubuh (citraan pencecapan)
aku terus saja menari tak henti (citraan gerak)
hingga kulit tubuh menghitam/ bibir terus memanjatkan doa-doa/ hingga menjelang malam (citraan pengelihatan)
karena dunia kini dipenuhi manusia yang tak punya jiwa(citraan pendengaran)
3. Bahasa Figuratif
(Majas)
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung
mengungkapkan makna. Dengan gaya bahasa tersebut diharapkan akan memberikan warna
kehidupan atau menghidupkan kata-kata yang dikatakan penyair, apabila
penggunaan gaya bahasa ini tepat, maka akan mempengaruhi hasil karya penyair
tersebut. Majas-majas yang terdapat dalam puisi Aku Menari
ini ada dua jenis majas, antara lain sebagai berikut :
Peluh membasahi sekujur tubuh (metafora)
Bibir terus memanjatkan doa-doa
(metafora)
Aku terus saja menari tak henti
karena aku ingin mencari kedamaian (metafora)
Karena dunia dipenuhi manusia yang
tak punya jiwa (metafora)
Hingga menjelang malam aku terus
saja menari tak henti (hiperbola)
Aku kini meanari di bawah terik
matahari peluh membasahi sekujur tubuh hingga kulit tubuh menghitam (hiperbola)
4.
Sarana retorika
Sarana
yang dikombinaasikan dalam puisi tersebut untuk memperkuat dan mempertegas atau
untuk penandasan, disamping membuat liris karena iramanya yang mengalun oleh
ulangan-ulangan bunyi yang teratur. Yang menggunakan majas metafora, hiperbola
dan penegas yang saling berkesinambungan.
5.
Kekongkritan Sajak (Secara Sintaksis)
Kekongkritan
puisi “Aku Menari” karya Asep G.P tampak pada pengunaan kosa kata yang
memperjelas makana puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan dalam puisi
tersebut merupakan kata-kata yang biasa dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari, merupakan kata-kata dasar ayang abadi dalam arti dapat dipahami
sepanjang masa, tidak hilang atau menjadi kabur maknanya. Misalnya kata-kata
seperti aku menari, cahaya rembulan,
mencari kedamaian, terik matahari, peluh,dan jiwa.
Unsur-unsur
ketatabahasaan dipergunakan dalam puisi ini untuk ekspresivitas, membuat hidup,
dan liris karena kepadatan kesejajaran atau keselarasan bunyi dan arti meski
sering mneyimpang dari tata bahasa normatif. Misalnya dalam pemadata-pemadatan
tersebut terjadi kalimat aku menari
dibawah cahaya rembulan, peluh membasahi sekujur tubuh, bibir teus memanjatkan
doa-doa, karena dunia kini dipenuhi manusia yang tak punya jiwa.
6.
Bentuk Puisi
Bentuk puisi mempunyai peranan yang
cukup penting. Dengan adanya bentuk puisi ini kita dapat menentukan puisi
tersebut termasuk dalam periode berapa. Dalam arti puisi tersebut tergolong
puisi lama atau modern. Di samping itu bentuk puisi antara puisi yang satu
dengan lainnya berbeda. Adapun yang termasuk bentuk puisi adalah bait dan
baris, nilai bunyi dan persajakan. Tiap-tiap bagian akan kami uraikan berikut
ini.
A. Bait dan Baris
Puisi-puisi pada masa sekarang ini
mempunyai bentuk bait dan baris yang berbeda-beda. Adapun bait dan baris yang
terdapat dalam puisi tersebut nampak sebagai berikut:
empat bait. Bait pertama empat baris, bait kedua satu baris, bait ketiga ketiga empat baris, dan bait keempat satu baris. Jumlah baris keseluruhannya sepuluh baris.
empat bait. Bait pertama empat baris, bait kedua satu baris, bait ketiga ketiga empat baris, dan bait keempat satu baris. Jumlah baris keseluruhannya sepuluh baris.
B. Nilai Bunyi
Nilai bunyi erat hubungannya dengan
ritme dan rima. Herwan (2005: 52-54), membagi nilai bunyi menjadi dua macam
yakni euphony dan cacophony. Euphony adalah perulangan bunyi atau rima yang
cerah, ringan , yang menunjukkan kegembiraan serta keceriaan dalam dunia puisi.
Biasanya bunyi-bunyi i, e, dan a merupakan bunyi keceriaan. Cacophony adalah
perulangan bunyi-bunyi yang berat menekan, menyeramkan, mengerikan seolah-olah
seperti suara desau atau suara burung hantu. Biasanya bunyi-bunyi seperti ini
diwakili oleh vokal-vokal o, u, e, atau diftong au. Adapun mengenai nilai bunyi
yang terdapat dalam puisi “Aku Menari” antara lain sebagai berikut :
Suasana kecemasan atau kegundahan,
murung, bingung, ragu sangat pekat dalam puisi ini. Penggunaan kata-kata
seperti kata di bawah, peluh, sekujur tubuh, hingga, terus, dunia yang memberikan tafsiran perasaan kebingungan
sekaligus ketakjuban pengarang. Ini ditandai dengan penggunaan fonem vokal /a/,
/o/, /u/ termasuk bunyi cocophony.
Selain itu tafsiran suasana hati yang riang juga ditemukan dalam puisi ini,
melalui kata-kata menari, membasahi, tak henti, ingin, terik, kini, jiwa yang
ditandai dengan penggunaan fonem vokal /e/, /i/ termasuk bunyi euphony
yang terasa ringan. Akan tetapi, pada dasarnya segala tafsiran atas kata-kata
yang digunakan pengarang dalam puisinya sangat bergantung kepada tafsiran
pembaca puisi.
Secara
keseluruhan nilai bunyi yan terdapat dalam puisi “Aku Menari” ini lebih dominan
bunyi-bunyi cocophony, karena bernadakan keadaan yang mencekam dan mengerikan.
Bunyi euphony juga ada di dalam puisi tersebut, walaupun tidak mendominasi.
C. Persajakan
Persajakan ada dua macam, yaitu
persajakan berdasarkan tempat dan persajakan susunan. Berdasarkan tempat masih
dibagi lagi, yaitu persajakan awal dan persajakan akhir. Persajakan awal, yaitu
apabila perulangan bunyi terdapat pada tiap-tiap awal perkataan. Persajakan
akhir apabila perulangan itu dijumpai pada akhir setiap kata dalam satu baris.
Berdasarkan susunannya persajakan masih dibagi lagi, yaitu persajakan
berangkai, berulang dan berpeluk. Persajakan berangkai apabila persamaan bunyi
aa, bb, cc dan seterusnya. Persajakan berulang apabila persamaan bunyinya abac,
cdce. Persajakan berpeluk apabila persamaan bunyinya abba, cddc (Tarigan, 1985:
35-36). Puisi “Aku Menari” ini mempunyai persajakan bebas, karena tidak
dibatasi oleh kesemua hal yang telah dikemukakan. Lagi pula jumlah barisnya
dari bait yang satu dengan bait lainnya berbeda. Sehingga persajakan bebas ini
tidak memerlukan aturan, dalam arti aturan menganai persajakan.
E. Tipografi
Bentuk
tubuh puisi ini bait dan barisnya menggambarkan susasana yang longgar, sejajar
dan isisnya bersamaan. Puisi tersebut masih mengikuti pola tifografi puisi pada
umumnya, artinya dapat ditafsir, bahwa penyair memiliki kesederhanaan dalam
penyusunan bentuk puisinya, emosi jiwa sangat terasa dalam susunan sajaknya
yang cukup ekspresif.
7. Isi Puisi Berdasarkan Struktur
Batin
Isi puisi adalah segala hal mengenai
apa yang terkandung dalam puisi tersebut. Maksud dari penyair diungkapkan
dibagian isi puisi ini. Isi puisi ini mencakup mengenai narasi, emosi dan ide.
A. Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang bertugas menggambarkan
sejelas-jelasnya suatu objek yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa (Keraf, 1982: 137-138). Narasi dalam sebuah puisi berarti penguraian
atau penceritaan dimana puisi bukan sebagai bentukan dari hal-hal di luar
puisi, melainkan dari isi puisi itu sendiri. Maksudnya adalah bahwa puisi
sebagai suatu yang harus disampaikan kepada orang lain dengan jalan seperti
bercerita. Penyair dalam puisi “Aku Menari” ini mengungkapkan mengenai kegundahan
dan kecemasan dalam indahnya kedamaian. Aku
lirik di dalam puisi tersebut mengalami kecemasan yang
sangat luar biasa ketika ia tak dapat membaca isyarat yang datang mungkin
berupa tanda maupun simbol keadaan sekitarnya, ketika kedamaian sudah tidak
dapat ditemukan lagi di muka bumi ini. Dengan susah payah si aku lirik mencari
tempat yang damai dengan cucuran keringat membasahi seluruh tubuh dan membuat
kulit tubuhnya hitam terbakar oleh teriknya sinar matahari, serta doa-doa yang
selalu mengiringi kemana pun langkahnya pergi tetap saja tak ditemukan, karena
penyair mengangap di dunia zaman sekarang ini telah dipenuhi orang-orang yang
tidak mempunyai hati nurani lagi atau orang-orang yang tidak mempunyai jiwa
besar. Disamping itu di ungkapkan pula kekacauan zaman, tentang kekhawatirannya sebagai seorang
penyair, tentang harapan hidup, tentang kesedihan dan kebahagiaan yang sudah
tidak dapat menemukan tempat membagi rasa, baik di dalam keadaan suka maupun
duka.
B.
Emosi (Perasaan atau Feeling)
Emosi adalah perasaan penyair yang
diungkapkan melalui hasil karyanya dalam hal ini puisi. Emosi diwarnai oleh
suasana hati penyair, yang kadang-kadang dipelajari dengan membiasakan peka
terhadap lingkungannya. Dalam puisi “Aku Menari” emosi nampak sebagai
kelembutan karena kerinduan maupun emosi yang bersifat kasar karena rasa
gelisah yang ada di dalam hatinya. Adapun data yang mengungkapkan mengenai
emosi kelembutan tersebut nampak sebagai berikut: “Aku terus saja menari tak hanti karena aku ingin mencari kedamaian”
C.
Ide (Tema)
Ide atau gagasan adalah yang
menjelmakan menjadi puisi. Puisi tidak lahir dari lintasan perasaan saja,
tetapi puisi juga lahir dari perenungan yang panjang sebelum tertuang dalam
rangkaian kata, yang mengungkapkan apa yang dilihatnya, direnungkan, kemudian
berkembang menjadi imajiansinya. Puisi Agus G.P, Aku Menari mengemukakan
permasalahan tentang rasa kegundahan dan kecemasan mengenai kedamaian di muka
bumi yang perlahan-lahan mulai menghiang, didalamnya juga terdapat nilai-nilai
sosial yang mulai tergeser oleh penindasan kekuasaan, kekacauan zaman dan
lain-lain.
D. Amanat
Amanat merupakan hal yang mendorong
penyair untuk menciptakan puisinya. Dalam puisi “Aku Menari” ini amanat yang
terkandung yaitu : manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri hendahknya menjaga perdamaian dan tidak saling menyakiti seluruh umat
manusia di dunia, karena kedamaian di muka bumi yang perlahan-lahan mulai
menghilang oleh penindasan kekuasaan, dan kekacauan
zaman.
8. Isotopi
Yang dimaksud dengan isotopi di sini
adalah wilayah makna yang terbuka yang terdapat di sepanjang wacana. Isotopi
adalah suatu bagian dalam pemahaman yang memungkinkan pesan apapun untuk
dipahami sebagai suatu perlambangan yang utuh. Karena itu, dalam isotopilah
makna mencapai keutuhannya.
Ø Isotopi alam : Cahaya rembulan,
malam, terik matahari, dunia.
Ø Isotopi manusia : Kulit tubuh,
bibir, sekujur tubuh, peluh,
Ø Isotopi perasaan : Kedamaian, aku
ingin, tak punya jiwa
Ø Isotopi perbuatan : Menari, ingin
mencari, membasahi, memanjatkan, tak hentii
Ø Isotopi
waktu : Menjelang malam, kini
Ø Isotopi
penghubung : Yang, terus
Ø Isotopi
tempat : Di bawah
Ø Isotopi
penambahan : Hingga
Kajian
Puisi Secara Semantik
a. Aku
menari di bawah cahaya rembulan (keadaan yang
menggambarkan sesorang yang selalu berusaha mencari sesuatu di malam hari)
b. Peluh
membasahi sekujur tubuh ( keadaan tubuh yang telah
dipenuhi oleh cucuran keringat dingin)
c. Hingga
menjelang malam (keterangan waktu yang menunjukan malam
telah larut)
d. Aku
terus saja menari tak henti (keadan seseorang yang
terus mencari dan mencari tanpa kenal lelah)
e. Karena
aku ingin mencari kedamaian (keterangan sesorang
yang sangat merindukan kedamaian)
f. Aku
kini terus menari di bawah terik matahari (keadaan
yang menggambarkan sesorang yang selalu berusaha tiada henti mencari sesuatu di
siang hari yang sangat cerah)
g. Hingga
kulit tubuh menghitam (menggambarkan keadan tubuh
sesorang yang semakin menghitam karena terpanggang teriknya sinar matahari)
h. Bibir
terus memanjatkan doa-doa (ketetangan sesorang
yang terus berdoa mengharapkan segera menemukan apa yang sedang ia cari)
i. Karena
dunia kini dipenuhi manusia yang tak punya jiwa
(keadaan yang menggambarkan kehidupan manusia di muka bumi telah dipenuhi oleh
orang-orang yang sudah tidak mempunyai hati nurani, cinta kasih sesama manusia,
rasa saling menghargai dan lain-lain).
Kajian
Puisi Secara Pragmatik
Aku
lirik di dalam konteks puisi tersebut dalam tafsiran
pembaca mengalami kecemasan yang sangat luar biasa ketika ia tak dapat membaca
isyarat yang mungkin berupa tanda maupun simbol keadaan sekitarnya, ketika
kedamaian sudah tidak dapat ditemukan lagi di muka bumi ini. Dengan susah payah
si aku lirik mencari kedamaian dengan cucuran keringat membasahi seluruh tubuh
dan membuat kulit tubuhnya hitam terbakar oleh teriknya sinar matahari, dan
doa-doa yang selalu mengiringi kemana pun langkahnya pergi tetap saja tak
memukan kedamaian, karena penyair mengangap di dunia zaman sekarang ini telah
dipenuhi orang-orang yang tidak mempunyai hati nurani lagi atau orang-orang
yang tidak mempunyai jiwa besar. Disamping itu di ungkapkan pula kekacauan zaman, tentang
kekhawatirannya sebagai seorang penyair, tentang harapan hidup, tentang
kesedihan dan kebahagiaan yang sudah tidak dapat menemukan tempat membagi rasa,
baik di dalam keadaan suka maupun duka.
No comments:
Post a Comment