TES KEMAMPUAN MEMBACA DALAM TAKSONOMI BLOOM
oleh
Adis Rahmat. S
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pasca Sarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Kegiatan
membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain
melalui sarana tulisan. Jika dalam kegiatan menyimak diperlukan pengetahuan
tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dalam kegiatan membaca
diperlukan diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang
menyangkut huruf dan ejaan.
Kegiatan
membaca merupakan aktifitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah
menyimak. Hubungan antara penutur (penulis) dengan penerima (pembaca) bersifat
tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan. Penyampaian informasi melalui
saranana tulis untuk berbagai keperluan dalam abad modern ini merupakan suatu
hal yang tak dapat ditinggalkan. Berbagai informasi entah itu berupa berita,
cerita, ataupun ilmu pengetahuan sangat efektif diumumkan melalui sarana tulis,
baik dalam bentuk surat kabar, majalah, surat selebaran, buku-buku cerita, buku
pelajaran, literatur, dan sebagainya. Dengan demikian, aktivitas membaca
tentang berbagai sumber informasi tersebut akan sangat membuka dan memperluas
dunia dan horison seseorang.
Dalam
dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak
dapat ditawar-tawar. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa dan
terlebih lagi mahasiswa melalui aktivitas membaca. Keberhasilan studi seseorang
akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauaan membacanya. Bahkan setelah
seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kemauan membacanya tersebut
akan sangat memengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. Oleh
karena itu, pengajaran bahasa yang mempunyai tugas membina dan meningkatkan
kemampuan membaca siswa hendaknya menaruh perhatian yang cukup terhadap usaha
peningkatan kemampuan dan kemamuaan membaca para siswa. Tes kemampuan membaca
dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa memahami wacana
terulis.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah
taksonomi Bloom untuk tugas membaca?
1.2.2 Bagaimanakah
bahan tes kemampuan membaca?
1.2.3 Apa
sajakah tingkat kognitif dalam tingkatan tes kemampuan membaca?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1.3.1 Mengetahui
taksonomi Bloom untuk tugas membaca.
1.3.2 Mengetahui
bahan tes kemampuan membaca.
1.3.3 Mengetahui
tingkatan tes kemampuan membaca.
1.4
Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kepustakaan.
Metode studi kepustakaan merupakan metode pengumpulaan data atau sumber-sumber
kepustakaan yang mendukung penyusunan makalah
tersebut.
1.5
Manfaat
Penulisan
Makalah
ini disusun agar dapat bermanfaat bagi para pembacanya, serta dapat digunakan
sebagai tambahan materi perkuliahan dan acuan mengenai tes kemampuan membaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA
2.1
Taksonomi
Bloom untuk Tugas Membaca
Tugas
pengajaran membaca biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tugas kognitif berupa memahami bacaaan
secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif
berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedang tugas
psikomotor berupa aktifitas fisik siswa sewaktu membaca.
Sikap
dan kemauan yang merupakan bagian efektif itu akan sangat mempengaruhi dua
aspek yang lain, kognitif dan psikomotor. Dalam kaitannya dengan pengejaran
membaca di sekolah, kita perlu juga “mengukur” sikap dan kemauan membaca siswa.
Penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah sikap tidak
mempergunakan teknik tes, melainkan teknik nontes. Tehnik yang dipergunakan
dapat berupa wawancara, angket, pertanyaan dan pernyataan dengan skala
bertingkat, pengamatan, dan sebagainya.
Pelaksanaan
penilaian masalah sikap tersebut tentulah tidak semata-mata ditujukan pada
aktivitas membaca saja, melainkan sekaligus dengan berbagai aktivitas berbahasa
yang lain. Dengan demikian, masalah membaca hanya merupakan salah satu aspek
Dari berbagai aspek yang akan dinilai. Penilaian terhadap sikap terhadap
membaca itu hendaklah dilakukan dalam proses pengajaran secara
berkesinambungan, dan bahkan tidak perlu diikutsertakan dalam tes sumatif.
2.2
Bahan
Tes Kemampuan Membaca
Tes
kemampuan membaca disini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi
yang disampikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang
terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, bacaan atau wacana yang menuntut untuk
dipahami. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi :
a)
Tingkat Kesulitan
Wacana
Tingkat kesulitan
wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosakata dan struktur. Semakin
sulit dan kompleks kedua aspek tersebut akan semakin sulit wacana yang
bersangkutan. Tingkat kesulitan kosakata ditentukan berdasarkan frekuensi
kemunculannya. Tingkat kesulitan wacana kemudian dilihat dari tingkat kesulitan
dan jumlah kosakata yang dipergunakan. Prosedur memperkirakan tingkat kesulitan
wacana yang lain yang dapat dilakukan diri sendiri adalah dengan tehnik close.
b)
Isi Wacana
Secara pedagogis bacaan
yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan
atau menarik perhatian siswa. Tujuan kegiatan membaca yang sesuai dengan
tingkat krmampuan membaca itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan
pemahaman bacaan adalah untuk memperluas dunia dan horison siswa,
memperkenalkan hal dan budaya dari berbagai pelosok daerah dan negara lain.
Pemberian bahan yang demikian, tentu saja harus mempertimbangkan tingkat
kematangan siswa. Melaui pengajaran membaca itulah sebenarnya kita dapat
berperan serta mengembangkan sikap dan nilai-nilai pada diri siswa.
c)
Panjang Pendek Wacana
Wacana yang diteskan
sebaiknya tidak terlalu panjang. Beberapa wacana yang pendek lebih baik
daripada sebuah wacana yang panjang, sepuluh butir tes dari tiga atau empat
wacana lebih baik daripada hanya dari sebuah wacana panjang. Dengan wacana yang
pendek kita dapat membuat soal tentang berbagai hal, jadinya lebih
komprehensif. Wacana pendek yang dimaksudkan berupa satu atau dua alinea, atau
kira-kira sebanyak 50 – 100 kata. Tes kemampuan membaca dalam hal ini yakni
memahami dan memilih parafrase tersebut yang sesuai dengan pernyataan.
d) Bentuk-Bentuk
Wacana
Wacana yang
dipergunakan sebagai bahan untuk tes kemampuan membaca dapat berupa wacana yang
berbentuk prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi.
Ø Wacana
Bentuk Prosa
Wacana yang diambil
dalam bentuk prosa dapat berupa karya fiksi atau nonfiksi. Dapat dikutif dari
buku-buku karya sastra, buku-buku literatur, buku pelajaran, majalah, jurnal,
surat kabar, dan lain-lain.
Ø Wacana
Bentuk Dialog
Wacana bentuk dialog
dapat berupa kutifan terhadap suatu naskah drama, yang dapat dipergunakan
sebagai bahan bacaan tes kemampuan membaca.
Ø Wacana
Bentuk Puisi
Puisi yang digunakan
untuk tes pemahaman bacaan hendaklah dipilihkan puisi yang tidak terlalu
abstrak, yang tidak memungkinkan terlalu banyak terjadinya perbedaan
pemahaman.
2.3
Tingkatan
Tes Kemampuan Membaca
Penekanan
tes kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung
dalam wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu aktivitas
kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat
ingatan (C1) sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Adapun tingkatan-tingkatan
tes kognitif yang di maksud dalam tes kemampuan membaca, antara lain :
1. Tes
kemampuan membaca tingkat ingatan
Tes
kemampuan membaca pada tingkat ingatan hanyalah kemampuan sekedar menghendaki
siswa/responden/testee untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep
yang terdapat di dalam wacana yang diujikan tanpa harus mengerti atau dapat
menilai atau menggunakannya (Ngalim, 2009 : 44). Oleh karena itu, fakta,
definisi atau konsep yang terdapat dalam wacana harus dibaca berkali-kali. Pada
hakikatnya tes tingkat ingatan tersebut hanya sekedar mengenali, menemukan, dan
memindahkan fakta yang ada pada wacana ke lembar jawaban yang dituntut.
Bahan
bacaan yang diteskan tidak harus berupa teks prosa saja, melainkan juga dapat
berbentuk dialog (drama) atau pun teks puisi. Oleh karena sifatnya yang hanya
menyebutkan kembali fakta atau definisi yang ada dalam teks, tes tingkat
ingatan ini tidak begitu disarankan, atau paling tidak dibatasi jumlahnya.
Dilihat dari segi bentuknya tipe tes yang paling banyak dipakai untuk
mengungkap pengetahuan hafalan atau ingatan adalah tipe tes melengkapi
(completion type), tipe isian (fill-in) dan tipe dua pilihan (true-false).
Contoh :
Pemindahan
unsur-unsur kebahasaan dari satu bahasa ke bahasa yang lain dapat menimbulkan
pengaruh positif, negatif, dan netral. Pemindahan secara positif terjadi jika
unsur bahasa yang diterima mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan
menghasilkan penampilan yang benar serta membantu kelancaran komunokasi.
Pemindahan yang bersifat menguntungkan inilah yang disebut pemungutan.
Pemindahan yang bersifat negatif terjadi jika unsur-unsur kebahasaan yang
diterima tidak mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan menghasilkan
tindak berbahasa yang tidak benar karena terjadi dislokasi struktural, dan
menyebababkan terjadinya ganguan komunikasi yang disampaikan. Pemindahan yang
bersifat negatif inilah yang disebut interferensi. Pemindahan yang bersifat
netral terjadi jika pemindahan unsur-unsur kebahasaan itu tidak memengaruhi
kelancaran atau hambatan komunikasi dalam bahasa penerima.
- Sebutkan
tiga macam dampak pemindahan unsur-unsur kebahasaan antar bahasa . . . . . .
- Pemindahan
positif terjadi jika . . . . . .
- Pemindahan
yang bersifaat menguntungkan disebut . . . . . .
- Pemindahan
yang bagaimanakah yang disebut netral . . . . . .
Contoh tes ingatan dalam bentuk
pilihan ganda, antara lain :
Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari bahasa yang
satu ke bahasa yang lain yang menyebabkan terjadinya dislokasi struktural
disebut . . . . . .
(a.)
Pemungutan (c.) Netral
(b.) Interferensi
(d.) Hambatan
2. Tes
kemampuan membaca tingkat pemahaman
Tes
pemahaman ini adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan atau menuntut siswa/testee
untuk dapat memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya
dalam wacana yang dibacanya (Ngalim, 2009 : 44). Pemahaman yang dilakukan pun
dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antarhal, sebab akibat,
perbedaan dan persamaan antarhal, dan sebagainya.
Penyusunan
tes ini hendaklah tidak dilakukan sekedar mengutip kalimat dalam konteks secara
verbatim, melainkan parafrasenya. Dengan demikian siswa tidak sekedar mengenali
dan mencocokan jawaban dengan teks saja melainkan dituntut untuk dapat
memahaminya. Kemampuan siswa memahami dan memilih parafrase secara tepat
merupakan bukti bahwa siswa mampu memahami bacaan yang diujikan.
Butir-butir
tes kemampuan membaca hendaklah bersifat memaksa siswa untuk benar-benar
membaca dan memahami bacaan. Artinya, jangan sampai terjadi ada suatu butir tes
yang dapat secara tepat tanpa siswa harus membaca wacana terlebih dahulu.
Contoh :
Tes tingkat pemahaman dengan bahan wacana prosa
pendek atau pernyataan singkat, yakni :
Kita tidak usah
khawatir bahwa kebudayaan asing yang sering begitu menjanjikan kesenangan
tetapi bertentangan dengan adat ketimuran akan merusak kehidupan para pemuda
jika mereka telah memiliki benteng mental dan kepribadian yang tangguh.
a) Kebudayaan
asing yang menjanjikan kesenangan akan begitu saja merusak mental dan
kepribadian pemuda .
b) Pemuda
yang bermental dan berkepribadian tangguh akan dapat merusak kebudayaan asing
yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
c) Pemuda
yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak akan begitu saja terpengaruh
kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
d) Kebudayaan
asing yang menjajikan kesenangan yang tidak sesuai dengan adat ketimuran itu
tidak dapat sama sekali mempengaruhi pemuda yang bermental dan berkepribadian
tangguh.
Contoh tes tingakat
pemahaman dari wacana bentuk dialog :
Udin : Dun,
selamat ya! Saya ikut berbangga atas keberhasilan ujianmu.
Idun :
Terima kasih, Din! Semua ini terjadi
karena adanya dorongan dari berbagai pihak. Dan kau terlebih lagi.
Udin : Ah kau
ini, ada-ada saja. Apa rencanamu kini? Mau mendaftar kuliah dimana?
Idun : Itu masalahnya, Din! Sebetulnya aku sangat
berminat. Tapi aku sadar keadaan orang tuaku. Lagi pula, apakah hanya dari
bangku perkuliahan saja yang menjamin masa depan kita?
Udin : Tentu saja tidak, Dun! Tetapi, sayang kalu
kau ta kuliah. Bukankah nilai UAN-mu tertinggi di sekolahmu?
Idun : Apa
gunanya nilai tinggi, Din! Jika kita tak mampu mengatasi masalah sendiri?
Bukankah ada seribu jalan untuk sampai ke Mekah?
Contoh butir-butir tes bentuk jawaban
singkat :
-
Kapankah dialog antara Udin dan Idun di
atas dilakukan?
-
Mengapa Idun tidak dapat memenuhi
keinginanya untuk berkuliah?
3. Tes
kemampuan membaca tingkat penerapan
Dalam
tingkat aplikasi atau penerapan, secara umum testee/responden dituntut
kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinyadalam
suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi konkret atau situasi khusus. Absraksi tersebut dapat berupa ide,
teori atau petunjuk teknis (Ngalim, 2009 : 45).
Tes
tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa untuk mampu menerapkan pemahamannya
(C2) pada situasi atau hal yang lain yang ada kaitannya. Dalam tes ini siswa
dituntut untuk mampu menerapkan atau memberikan contoh baru. Misalnya tentang
suatu konsep, pengertian atau pandangan yang ditunjuk dalam wacana. Kemampuan
siswa memberikan contoh, demonstrasi, atau hal-hal lain yang sejenis merupakan
bukti bahwa siswa telah memahami isi wacana yang bersangkutan.
Contoh butir soalnya antara lain :
- Berilah
contoh masing-masing tiga buah adanya struktur dan kosa kata bahasa asing yang
telah dipungut (diserap) ke dalam bahasa Indonesia.
- Tujunjukan
kalimat bahasa Indonesia yang mengalami proses interferensi struktur bahasa
asing.
- Berilah
tiga buah kalimat bahasa Indonesia yang mengalami proses interfernsi struktur
bahasa jawa.
Contoh bentuk tes pilihan ganda :
Kalimat-kalimat berikut mengandung unsur
interferensi struktur dan bahasa asing, kecuali
:
a) Kantor
di mana ayah bekerja terletak di kota lain.
b) Daerah
lereng Merapi dari mana sayur-sayur didatangkan berudara sejuk.
c) Terima
kasih kepada saudara pengacara yang mana telah memberikan waktu kepada siswa.
d) Minat
para tamatan SMA untuk menjadi mahasiswa dari tahu ke tahun meningkat.
4. Tes
kemampuan membaca tingkat analisis.
Tes
ini menuntut siswa untuk mampu menganalisis atau menguraikan suatu integritas
atau informasi tertentu dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuk wacana,
mengenali, mengindentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi dan sebagainya
yang sejenis. Aktivitas kognitif yang dituntut dalam tugas ini lebih dari
sekedar memahami isi wacana. Pemahaman yang dituntut adalah pemahaman yang
kritis dan terinci sampai pada bagian-bagian yang lebih khusus.
Kemampuan
memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain berupa kemampuan menentukan
pikiran pokok dan pikiran-pikiran penjelas dalam sebuah alinea, menentukan
kalimat yang berisi pikiran pokok, jenis alinea berdasarkan letak kalimat pokok,
meneunjukan tanda penghubung antar alinea, dan sebagainya.
Contoh :
Idin
yang meneliti masyarakat Betawi melihat bahwa wanita mempunyai kesempatan amat
terbatas dalam peningkatan pendidikan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan
fasilitas pendidikan di Jakarta dan kondisi ekonomi mereka. Walau ada
peningkatan sikap terhadap arti pendidikan, perubahan itu belumlah memadai.
Situasi ini menjadi lebih buruk karena kawin usia muda dianggap lebih penting
dari pendidikan.
Butir-butir tes pemahaman bacaan tingkat analisis
misalnya sebagai berikut :
- Apa
pikiran poko dari wacana di atas?
- Tunjukan
kalimat yang memuat pikiran pokok dari wacana di atas?
Contoh butir tes pilihan ganda :
Ide poko dari wacana di atas terletak pada kata-kata
yang berbunyi :
a) Wanita
mempunyai kesempatan amat terbatas dalam peningkatan pendidikan.
b) Keterbatasan
fasilitas di Jakarta dan kondisi ekonomi mereka.
c) Ada
peningkatan sikap terhadap arti pendidikan.
d) Kawin
usia muda dianggap lebih penting dari pendidikan.
Tes kemampuan
memahami wacana yang menuntut kerja kognitif tingkat analisis adalah tugas
tugas yang menghendaki siswa untuk membedakan informasi dalam wacana yang
berupa fakta dan pendapat, atau membedakan apakah informasi (penuturan) itu berupa laporan, penyimpulan atau penilaian.
Contoh :
Seorang
pejabat senior kabinet Italia hari sabtu terluka karena diserang sekelompok
orang bersenjata. Pengawal pribadinya yang merangkap sopir bertindak cepat,
membalas menyerang dan menembak mati wanita penyerang. Pejabat itu Antonio
Emboli, disergap geriliya kota ketika berhenti sebentar di sebuah kios koran
dalam perjalanan ke kantor. Ia selamat dari usaha pembunuhan akibat kesigapan
pengawal sekaligus sopirnya.
Butir tes yang dimaksud sebagai berikut :
- Tunjukan
kalimat-kalimat yang berisi fakta.
- Tunjukan
kalimat-kalimat yang berisi pendapat.
5. Tes
kemampuan membaca tingkat sintesis
Yang
dimaksud dengan sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian
kedalam suatu bentuk yang menyeluruh (Ngalim, 2009 : 46). Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut
untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu. Pada tes kemampuan
membaca tingkat sintesis ini menuntut siswa/testee untuk mampu menghubungkan
atau menggeneralisasikan antar hal-hal, konsep, masalah, atau pendapat yang
terdapat didalam wacana. Aktifitas kognitif tingkat sintesis ini berupa
kegiatan untuk menghasilkan komunikasi yang baru, meramalkan, dan meyelesaikan
masalah. Aktivitas kognitif tingkat sintesis merupakan aktivitas tingkat tinggi
dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kognitif yang tidak
sederhana, maka pada setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan, tugas-tugas
yang diberikan dengan baik.
Hasil
kerja kognitif tingkat sintesis menunjukan cara dan proses berpikir siswa. Dalam
tes sintesis ini lebih tepat diterapkan tes esai dari pada tes objektif. Tes esai memungkinkan siswa untuk menunjukan
kemampuan berpikir yang kreatif, kemampuan penalaran, kemampuan menghubungkan
berbagai fakta dan konsep, menggeneralisasikan untuk dapat menjawab butir-butir
tes tingkat sintesis. Siswa harus memahami betul masalah yang dihadapuinya. Oleh
karena itu, dalam tes tingkat sintesis dimungkinkan sekali adanya berbagai
jawaban siswa yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Contoh butir-butir
tes yang diajukan kepada siswa dari wacana di atas, antara lain sebagai berikut
;
- Apakah
yang mungkin terjadi seandainya masyarakat Betawi, khususnya kaum wanita mau
menunda usia perkawinannya?
- Bagaimanakah
kita dapat memanfaatkan tenaga segelintir wanita Betawi yang sempat mengenyam
pendidikan tinggi itu untuk memajukan tingkat pendidikan kaumnya?
6. Tes
kemampuan membaca tingkat evaluasi
Tes
kekampuan membaca pada tingkat evalusai menuntut siswa mampu memberikan
penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang menyangkut isi
atau pemasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu sendiri.
Penilaian terhadap isi wacana misalnya berupa penilaian terhadap gagasan,
konsep, cara pemecahan masalah bahkan menemukan dan menilai bagaimana pemecahan
masalah sebaiknya.
Seperti
halnya tingkat sintesis, tes tingkat evaluasi menuntut kerja kognitif tingkat
tinggi. Tes tingkat ini sangat baik untuk melatih dan mengukur cara dan proses berpikir
siswa. Oleh karena itu, tes bentuk esai yang memungkinkan siswa berpikir dan
menalar secara kreatif lebih tepat daripada tes bentuk objektif.
Contoh
butir-buitr tes yang diujikan dari wacana yang dikutif dari tes tingkat ingatan
adalah :
- Menurut
pendapat anda dapatkah kita menekankan pemindahan unsur-unsur kebahasaan yang
bersifat negatif, dan sebaliknya mengusahakan perpindahan yang bersifat
positif?
- Usaha-usaha
apakah yang kiranya baik ditempuh untuk menghindari adanya sifat interferensi
kebahasaan?
Tes
esai tingkat evaluasi memungkinkan siswa menunjukan kemampuan berpikir dan
menalar secara kreatif. Kriteria jawan “betul” ditentukan berdasrkan ketepatan
isi, pengorganisasian (pengungkapan) isi, penyimpulan, kelogisan, alasan, dan
ketepatan bahasa. Oleh karena itu, penilaian terhadap tes esai ini bersifat
sangat kompleks, dan adakalanya sulit dihindarkan unsur subjektivitas penilai.
BAB III
SIMPULAN
Tugas
pengajaran membaca biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tugas kognitif berupa memahami bacaaan
secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif
berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedang tugas
psikomotor berupa aktifitas fisik siswa sewaktu membaca.
Tes
kemampuan membaca disini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi
yang disampikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang
terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, bacaan atau wacana yang menuntut untuk
dipahami. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi : tingkat
kesulitan wacana, isi wacana, panjang pendek wacana, dan bentuk-bentuk wacana.
Tingkat
penekanan tes kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang
terkandung dalam wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu
aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari
tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Adapun
tingkatan-tingkatan tes kognitif yang di maksud dalam tes kemampuan membaca,
antara lain : tes kemampuan membaca tingkat ingatan, pemahaman, analisis,
sintesis dan sintesis.
Daftar Putaka
Buchori.
1963. “Teknik Evaluasi, diktat kuliah
pada FKIP Unpad”.
Purwanto,
M. Ngalim. 2009. “Prinsif-Prinsif dan
Teknik Evaluasi Pengajaran”. Bandung : Rosdakarya.
Surachmad,
Winarno. “Petunjuk Evaluasi Mengajar”,
diktat dari IKIP Bandung.
No comments:
Post a Comment