Wednesday, May 1, 2013


TES KEMAMPUAN MEMBACA DALAM TAKSONOMI BLOOM


oleh 
Adis Rahmat. S

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pasca Sarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2013





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Jika dalam kegiatan menyimak diperlukan pengetahuan tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dalam kegiatan membaca diperlukan diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan.
Kegiatan membaca merupakan aktifitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah menyimak. Hubungan antara penutur (penulis) dengan penerima (pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan. Penyampaian informasi melalui saranana tulis untuk berbagai keperluan dalam abad modern ini merupakan suatu hal yang tak dapat ditinggalkan. Berbagai informasi entah itu berupa berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan sangat efektif diumumkan melalui sarana tulis, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, surat selebaran, buku-buku cerita, buku pelajaran, literatur, dan sebagainya. Dengan demikian, aktivitas membaca tentang berbagai sumber informasi tersebut akan sangat membuka dan memperluas dunia dan horison seseorang.
Dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa dan terlebih lagi mahasiswa melalui aktivitas membaca. Keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauaan membacanya. Bahkan setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kemauan membacanya tersebut akan sangat memengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. Oleh karena itu, pengajaran bahasa yang mempunyai tugas membina dan meningkatkan kemampuan membaca siswa hendaknya menaruh perhatian yang cukup terhadap usaha peningkatan kemampuan dan kemamuaan membaca para siswa. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa memahami wacana terulis.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.2.1   Bagaimanakah taksonomi Bloom untuk tugas membaca?
1.2.2   Bagaimanakah bahan tes kemampuan membaca?
1.2.3   Apa sajakah tingkat kognitif dalam tingkatan tes kemampuan membaca?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1   Mengetahui taksonomi Bloom untuk tugas membaca.
1.3.2   Mengetahui bahan tes kemampuan membaca.
1.3.3   Mengetahui tingkatan tes kemampuan membaca.

1.4  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan merupakan metode pengumpulaan data atau sumber-sumber kepustakaan yang mendukung penyusunan makalah tersebut. 

1.5  Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat bagi para pembacanya, serta dapat digunakan sebagai tambahan materi perkuliahan dan acuan mengenai tes kemampuan membaca.

2          
BAB II
PEMBAHASAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA

2.1    Taksonomi Bloom untuk Tugas Membaca
Tugas pengajaran membaca biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tugas kognitif berupa memahami bacaaan secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedang tugas psikomotor berupa aktifitas fisik siswa sewaktu membaca.
Sikap dan kemauan yang merupakan bagian efektif itu akan sangat mempengaruhi dua aspek yang lain, kognitif dan psikomotor. Dalam kaitannya dengan pengejaran membaca di sekolah, kita perlu juga “mengukur” sikap dan kemauan membaca siswa. Penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah sikap tidak mempergunakan teknik tes, melainkan teknik nontes. Tehnik yang dipergunakan dapat berupa wawancara, angket, pertanyaan dan pernyataan dengan skala bertingkat, pengamatan, dan sebagainya.
Pelaksanaan penilaian masalah sikap tersebut tentulah tidak semata-mata ditujukan pada aktivitas membaca saja, melainkan sekaligus dengan berbagai aktivitas berbahasa yang lain. Dengan demikian, masalah membaca hanya merupakan salah satu aspek Dari berbagai aspek yang akan dinilai. Penilaian terhadap sikap terhadap membaca itu hendaklah dilakukan dalam proses pengajaran secara berkesinambungan, dan bahkan tidak perlu diikutsertakan dalam tes sumatif.

2.2    Bahan Tes Kemampuan Membaca
Tes kemampuan membaca disini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, bacaan atau wacana yang menuntut untuk dipahami. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi :
a)        Tingkat Kesulitan Wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosakata dan struktur. Semakin sulit dan kompleks kedua aspek tersebut akan semakin sulit wacana yang bersangkutan. Tingkat kesulitan kosakata ditentukan berdasarkan frekuensi kemunculannya. Tingkat kesulitan wacana kemudian dilihat dari tingkat kesulitan dan jumlah kosakata yang dipergunakan. Prosedur memperkirakan tingkat kesulitan wacana yang lain yang dapat dilakukan diri sendiri adalah dengan tehnik close.
b)        Isi Wacana
Secara pedagogis bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian siswa. Tujuan kegiatan membaca yang sesuai dengan tingkat krmampuan membaca itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman bacaan adalah untuk memperluas dunia dan horison siswa, memperkenalkan hal dan budaya dari berbagai pelosok daerah dan negara lain. Pemberian bahan yang demikian, tentu saja harus mempertimbangkan tingkat kematangan siswa. Melaui pengajaran membaca itulah sebenarnya kita dapat berperan serta mengembangkan sikap dan nilai-nilai pada diri siswa.
c)        Panjang Pendek Wacana
Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. Beberapa wacana yang pendek lebih baik daripada sebuah wacana yang panjang, sepuluh butir tes dari tiga atau empat wacana lebih baik daripada hanya dari sebuah wacana panjang. Dengan wacana yang pendek kita dapat membuat soal tentang berbagai hal, jadinya lebih komprehensif. Wacana pendek yang dimaksudkan berupa satu atau dua alinea, atau kira-kira sebanyak 50 – 100 kata. Tes kemampuan membaca dalam hal ini yakni memahami dan memilih parafrase tersebut yang sesuai dengan pernyataan.


d)       Bentuk-Bentuk Wacana
Wacana yang dipergunakan sebagai bahan untuk tes kemampuan membaca dapat berupa wacana yang berbentuk prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi.
Ø  Wacana Bentuk Prosa
Wacana yang diambil dalam bentuk prosa dapat berupa karya fiksi atau nonfiksi. Dapat dikutif dari buku-buku karya sastra, buku-buku literatur, buku pelajaran, majalah, jurnal, surat kabar, dan lain-lain.
Ø  Wacana Bentuk Dialog
Wacana bentuk dialog dapat berupa kutifan terhadap suatu naskah drama, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan tes kemampuan membaca.
Ø  Wacana Bentuk Puisi
Puisi yang digunakan untuk tes pemahaman bacaan hendaklah dipilihkan puisi yang tidak terlalu abstrak, yang tidak memungkinkan terlalu banyak terjadinya perbedaan pemahaman.  

2.3    Tingkatan Tes Kemampuan Membaca
Penekanan tes kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Adapun tingkatan-tingkatan tes kognitif yang di maksud dalam tes kemampuan membaca, antara lain :
1.    Tes kemampuan membaca tingkat ingatan
Tes kemampuan membaca pada tingkat ingatan hanyalah kemampuan sekedar menghendaki siswa/responden/testee untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam wacana yang diujikan tanpa harus mengerti atau dapat menilai atau menggunakannya (Ngalim, 2009 : 44). Oleh karena itu, fakta, definisi atau konsep yang terdapat dalam wacana harus dibaca berkali-kali. Pada hakikatnya tes tingkat ingatan tersebut hanya sekedar mengenali, menemukan, dan memindahkan fakta yang ada pada wacana ke lembar jawaban yang dituntut.
Bahan bacaan yang diteskan tidak harus berupa teks prosa saja, melainkan juga dapat berbentuk dialog (drama) atau pun teks puisi. Oleh karena sifatnya yang hanya menyebutkan kembali fakta atau definisi yang ada dalam teks, tes tingkat ingatan ini tidak begitu disarankan, atau paling tidak dibatasi jumlahnya. Dilihat dari segi bentuknya tipe tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkap pengetahuan hafalan atau ingatan adalah tipe tes melengkapi (completion type), tipe isian (fill-in) dan tipe dua pilihan (true-false).
Contoh :
Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari satu bahasa ke bahasa yang lain dapat menimbulkan pengaruh positif, negatif, dan netral. Pemindahan secara positif terjadi jika unsur bahasa yang diterima mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan menghasilkan penampilan yang benar serta membantu kelancaran komunokasi. Pemindahan yang bersifat menguntungkan inilah yang disebut pemungutan. Pemindahan yang bersifat negatif terjadi jika unsur-unsur kebahasaan yang diterima tidak mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan menghasilkan tindak berbahasa yang tidak benar karena terjadi dislokasi struktural, dan menyebababkan terjadinya ganguan komunikasi yang disampaikan. Pemindahan yang bersifat negatif inilah yang disebut interferensi. Pemindahan yang bersifat netral terjadi jika pemindahan unsur-unsur kebahasaan itu tidak memengaruhi kelancaran atau hambatan komunikasi dalam bahasa penerima.
-       Sebutkan tiga macam dampak pemindahan unsur-unsur kebahasaan antar bahasa . . . . . .
-       Pemindahan positif terjadi jika . . . . . .
-       Pemindahan yang bersifaat menguntungkan disebut . . . . . .
-       Pemindahan yang bagaimanakah yang disebut netral . . . . . .

Contoh tes ingatan dalam bentuk pilihan ganda, antara lain :
Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain yang menyebabkan terjadinya dislokasi struktural disebut . . . . . .
(a.)    Pemungutan                                       (c.)  Netral
(b.)   Interferensi                                         (d.)  Hambatan

2.    Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman
Tes pemahaman ini adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan atau menuntut siswa/testee untuk dapat memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya dalam wacana yang dibacanya (Ngalim, 2009 : 44). Pemahaman yang dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antarhal, sebab akibat, perbedaan dan persamaan antarhal, dan sebagainya.
Penyusunan tes ini hendaklah tidak dilakukan sekedar mengutip kalimat dalam konteks secara verbatim, melainkan parafrasenya. Dengan demikian siswa tidak sekedar mengenali dan mencocokan jawaban dengan teks saja melainkan dituntut untuk dapat memahaminya. Kemampuan siswa memahami dan memilih parafrase secara tepat merupakan bukti bahwa siswa mampu memahami bacaan yang diujikan.
Butir-butir tes kemampuan membaca hendaklah bersifat memaksa siswa untuk benar-benar membaca dan memahami bacaan. Artinya, jangan sampai terjadi ada suatu butir tes yang dapat secara tepat tanpa siswa harus membaca wacana terlebih dahulu.
Contoh :
Tes tingkat pemahaman dengan bahan wacana prosa pendek atau pernyataan singkat, yakni :
Kita tidak usah khawatir bahwa kebudayaan asing yang sering begitu menjanjikan kesenangan tetapi bertentangan dengan adat ketimuran akan merusak kehidupan para pemuda jika mereka telah memiliki benteng mental dan kepribadian yang tangguh.
a)    Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan akan begitu saja merusak mental dan kepribadian pemuda .
b)   Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh akan dapat merusak kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
c)    Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak akan begitu saja terpengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
d)   Kebudayaan asing yang menjajikan kesenangan yang tidak sesuai dengan adat ketimuran itu tidak dapat sama sekali mempengaruhi pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh.
Contoh tes tingakat pemahaman dari wacana bentuk dialog :
Udin    :   Dun, selamat ya! Saya ikut berbangga atas keberhasilan ujianmu.
Idun    : Terima kasih, Din! Semua ini terjadi karena adanya dorongan dari berbagai pihak. Dan kau terlebih lagi.
Udin    :  Ah kau ini, ada-ada saja. Apa rencanamu kini? Mau mendaftar kuliah dimana?
Idun    :    Itu masalahnya, Din! Sebetulnya aku sangat berminat. Tapi aku sadar keadaan orang tuaku. Lagi pula, apakah hanya dari bangku perkuliahan saja yang menjamin masa depan kita?
Udin    :    Tentu saja tidak, Dun! Tetapi, sayang kalu kau ta kuliah. Bukankah nilai UAN-mu tertinggi di sekolahmu?
Idun    :   Apa gunanya nilai tinggi, Din! Jika kita tak mampu mengatasi masalah sendiri? Bukankah ada seribu jalan untuk sampai ke Mekah?

Contoh butir-butir tes bentuk jawaban singkat :
-       Kapankah dialog antara Udin dan Idun di atas dilakukan?
-       Mengapa Idun tidak dapat memenuhi keinginanya untuk berkuliah?

3.    Tes kemampuan membaca tingkat penerapan
Dalam tingkat aplikasi atau penerapan, secara umum testee/responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinyadalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Absraksi tersebut dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis (Ngalim, 2009 : 45). 
Tes tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa untuk mampu menerapkan pemahamannya (C2) pada situasi atau hal yang lain yang ada kaitannya. Dalam tes ini siswa dituntut untuk mampu menerapkan atau memberikan contoh baru. Misalnya tentang suatu konsep, pengertian atau pandangan yang ditunjuk dalam wacana. Kemampuan siswa memberikan contoh, demonstrasi, atau hal-hal lain yang sejenis merupakan bukti bahwa siswa telah memahami isi wacana yang bersangkutan.
Contoh butir soalnya antara lain :
-       Berilah contoh masing-masing tiga buah adanya struktur dan kosa kata bahasa asing yang telah dipungut (diserap) ke dalam bahasa Indonesia.
-       Tujunjukan kalimat bahasa Indonesia yang mengalami proses interferensi struktur bahasa asing.
-       Berilah tiga buah kalimat bahasa Indonesia yang mengalami proses interfernsi struktur bahasa jawa.

Contoh bentuk tes pilihan ganda :
Kalimat-kalimat berikut mengandung unsur interferensi struktur dan bahasa asing, kecuali :
a)    Kantor di mana ayah bekerja terletak di kota lain.
b)   Daerah lereng Merapi dari mana sayur-sayur didatangkan berudara sejuk.
c)    Terima kasih kepada saudara pengacara yang mana telah memberikan waktu kepada siswa.
d)   Minat para tamatan SMA untuk menjadi mahasiswa dari tahu ke tahun meningkat.


4.    Tes kemampuan membaca tingkat analisis.
Tes ini menuntut siswa untuk mampu menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau informasi tertentu dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuk wacana, mengenali, mengindentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi dan sebagainya yang sejenis. Aktivitas kognitif yang dituntut dalam tugas ini lebih dari sekedar memahami isi wacana. Pemahaman yang dituntut adalah pemahaman yang kritis dan terinci sampai pada bagian-bagian yang lebih khusus.
Kemampuan memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain berupa kemampuan menentukan pikiran pokok dan pikiran-pikiran penjelas dalam sebuah alinea, menentukan kalimat yang berisi pikiran pokok, jenis alinea berdasarkan letak kalimat pokok, meneunjukan tanda penghubung antar alinea, dan sebagainya.
Contoh :
Idin yang meneliti masyarakat Betawi melihat bahwa wanita mempunyai kesempatan amat terbatas dalam peningkatan pendidikan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan fasilitas pendidikan di Jakarta dan kondisi ekonomi mereka. Walau ada peningkatan sikap terhadap arti pendidikan, perubahan itu belumlah memadai. Situasi ini menjadi lebih buruk karena kawin usia muda dianggap lebih penting dari pendidikan.
Butir-butir tes pemahaman bacaan tingkat analisis misalnya sebagai berikut :
-       Apa pikiran poko dari wacana di atas?
-       Tunjukan kalimat yang memuat pikiran pokok dari wacana di atas?

Contoh butir tes pilihan ganda :
Ide poko dari wacana di atas terletak pada kata-kata yang berbunyi :
a)    Wanita mempunyai kesempatan amat terbatas dalam peningkatan pendidikan.
b)   Keterbatasan fasilitas di Jakarta dan kondisi ekonomi mereka.
c)    Ada peningkatan sikap terhadap arti pendidikan.
d)   Kawin usia muda dianggap lebih penting dari pendidikan.

Tes kemampuan memahami wacana yang menuntut kerja kognitif tingkat analisis adalah tugas tugas yang menghendaki siswa untuk membedakan informasi dalam wacana yang berupa fakta dan pendapat, atau membedakan apakah informasi (penuturan) itu berupa laporan, penyimpulan atau penilaian.
Contoh :
Seorang pejabat senior kabinet Italia hari sabtu terluka karena diserang sekelompok orang bersenjata. Pengawal pribadinya yang merangkap sopir bertindak cepat, membalas menyerang dan menembak mati wanita penyerang. Pejabat itu Antonio Emboli, disergap geriliya kota ketika berhenti sebentar di sebuah kios koran dalam perjalanan ke kantor. Ia selamat dari usaha pembunuhan akibat kesigapan pengawal sekaligus sopirnya.
Butir tes yang dimaksud sebagai berikut :
-       Tunjukan kalimat-kalimat yang berisi fakta.
-       Tunjukan kalimat-kalimat yang berisi pendapat.
   
5.    Tes kemampuan membaca tingkat sintesis
Yang dimaksud dengan sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh (Ngalim, 2009 : 46).  Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu. Pada tes kemampuan membaca tingkat sintesis ini menuntut siswa/testee untuk mampu menghubungkan atau menggeneralisasikan antar hal-hal, konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat didalam wacana. Aktifitas kognitif tingkat sintesis ini berupa kegiatan untuk menghasilkan komunikasi yang baru, meramalkan, dan meyelesaikan masalah. Aktivitas kognitif tingkat sintesis merupakan aktivitas tingkat tinggi dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kognitif yang tidak sederhana, maka pada setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan, tugas-tugas yang diberikan dengan baik.
Hasil kerja kognitif tingkat sintesis menunjukan cara dan proses berpikir siswa. Dalam tes sintesis ini lebih tepat diterapkan tes esai dari pada tes objektif.  Tes esai memungkinkan siswa untuk menunjukan kemampuan berpikir yang kreatif, kemampuan penalaran, kemampuan menghubungkan berbagai fakta dan konsep, menggeneralisasikan untuk dapat menjawab butir-butir tes tingkat sintesis. Siswa harus memahami betul masalah yang dihadapuinya. Oleh karena itu, dalam tes tingkat sintesis dimungkinkan sekali adanya berbagai jawaban siswa yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Contoh butir-butir tes yang diajukan kepada siswa dari wacana di atas, antara lain sebagai berikut ;
-       Apakah yang mungkin terjadi seandainya masyarakat Betawi, khususnya kaum wanita mau menunda usia perkawinannya?
-       Bagaimanakah kita dapat memanfaatkan tenaga segelintir wanita Betawi yang sempat mengenyam pendidikan tinggi itu untuk memajukan tingkat pendidikan kaumnya?

6.    Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi
Tes kekampuan membaca pada tingkat evalusai menuntut siswa mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang menyangkut isi atau pemasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana misalnya berupa penilaian terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan masalah bahkan menemukan dan menilai bagaimana pemecahan masalah sebaiknya.
Seperti halnya tingkat sintesis, tes tingkat evaluasi menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Tes tingkat ini sangat baik untuk melatih dan mengukur cara dan proses berpikir siswa. Oleh karena itu, tes bentuk esai yang memungkinkan siswa berpikir dan menalar secara kreatif lebih tepat daripada tes bentuk objektif.
Contoh butir-buitr tes yang diujikan dari wacana yang dikutif dari tes tingkat ingatan adalah :
-       Menurut pendapat anda dapatkah kita menekankan pemindahan unsur-unsur kebahasaan yang bersifat negatif, dan sebaliknya mengusahakan perpindahan yang bersifat positif?
-       Usaha-usaha apakah yang kiranya baik ditempuh untuk menghindari adanya sifat interferensi kebahasaan?

Tes esai tingkat evaluasi memungkinkan siswa menunjukan kemampuan berpikir dan menalar secara kreatif. Kriteria jawan “betul” ditentukan berdasrkan ketepatan isi, pengorganisasian (pengungkapan) isi, penyimpulan, kelogisan, alasan, dan ketepatan bahasa. Oleh karena itu, penilaian terhadap tes esai ini bersifat sangat kompleks, dan adakalanya sulit dihindarkan unsur subjektivitas penilai.


BAB III
SIMPULAN


Tugas pengajaran membaca biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tugas kognitif berupa memahami bacaaan secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedang tugas psikomotor berupa aktifitas fisik siswa sewaktu membaca.
Tes kemampuan membaca disini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, bacaan atau wacana yang menuntut untuk dipahami. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi : tingkat kesulitan wacana, isi wacana, panjang pendek wacana, dan bentuk-bentuk wacana.
Tingkat penekanan tes kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Adapun tingkatan-tingkatan tes kognitif yang di maksud dalam tes kemampuan membaca, antara lain : tes kemampuan membaca tingkat ingatan, pemahaman, analisis, sintesis dan sintesis.


Daftar Putaka


Buchori. 1963. “Teknik Evaluasi, diktat kuliah pada FKIP Unpad”.
Purwanto, M. Ngalim. 2009. “Prinsif-Prinsif dan Teknik Evaluasi Pengajaran”. Bandung : Rosdakarya.
Surachmad, Winarno. “Petunjuk Evaluasi Mengajar”, diktat dari IKIP Bandung.





No comments:

Post a Comment

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...