Friday, May 10, 2013

adaptasi cerepen ke dalam drama


“ADAPTASI CERPEN LEGENDA WONGASU
KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
KE DALAM TEKS DRAMA”

(Tugas Akhir Menulis Kreatif)


Oleh :
Adis Rahmat Sukadis
2222070362

Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2011


“Legenda Wongasu”

1.      Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan dalam drama ini, antara lain sebagai berikut :  
1.      Sukab : Berwajah sangar, rambutnya cepak, berkumis tipis, berbadan tegap dengan tinggi badan kurang lebih 170 cm, berkulit hitam, mempunyai sifat sadis dan ambisius, umurnya kira-kira 30 tahun. Mengenakan celana pendek, kaos singlet yang dekil dan tidak memakai alas kaki.
2.      Istri Sukab : Berwajah bulat, berambut panjang, berkulit coklat, tubuhnya agak gemuk, tinggi badannya kurang lebih 140 cm, umurnya kira-kira 27 tahun, mempunyai sifat yang penyabar. Mengenakan kaos coklat dengan celana pendek yang kusut dan memakai sandal jepit.
3.      Anak Sukab 1 : Berwajah polos, rambutnya botak, kulitnya hitam, tubuhnya kurus kerempeng, tinggi dadannya kurang lebih 100 cm, umurnya kira-kira 10 tahun, mempunyai sifat keras kepala. Mengenakan kaos putih dekil, celana kolor warna hijau tanpa mengenakan alas kaki.
4.      Anak Sukab 2 : Wajahnya lonjong, rambutnya botak, kulitnya hitam, tubuhnya kurus kerempeng, tinggi badannya kurang lebih 85 cm, umurnya kira-kira 8 tahun, mempunyai sifat manja. Mengenakan kaos warna putih, celana pendek hitam yang sobek dan tidak mengenakan alas kaki.
5.      Penjaga warung : Wajahnya bulat, rambutnya pendek, kulitnya coklat, tubuhnya gemuk, tingi badannya kurang lebih 165 cm, umurnya 40 tahunan, wataknya baik hati namun tegas. Mengenakan kaos warna hitam, celana panjang dan mengenakan sandal hitam.
6.      Anak-anak : Wajahnya bulat, rambutnya ikal, kulitnya coklat tubuhnya gemuk, umurnya kira-kira 7 tahun, tinggi badannya sekitar 80 cm, mempunyai sifat iri hati dan suka membicarakan orang. Mengenakan celana pendek, kaos merah dan mengenakan sandal jepit.
7.      Penduduk 1 : wajahnya keriput, rambutnya beruban, kulitnya putih, tubuhnya kurus kerempeng, tingginya 150 cm, umurnya kira-kira 60 tahun, mempunyai sifat baik hati dan suka menolong sesama. Mengenakan kopeah, baju koko putih, sarung warna putih dan mengenakan sandal jepit.
8.      Penduduk 2 : Wajanya bulat, rambutnya lurus, kulitnya sawo matang, tubuhnya gemuk, tingginya 160 cm, umurnya 35 th, sifatnya iri, pendendam dan pemarah. Mengenakan kaos warna hitam, celana panjang hitam dan mengenakan sepatu warna hitam.
9.      Trantib : badanya tegap, berwajah sangar, rambunta pendek, tubuhnya gemuk, berkulit coklat, tinginya 165 cm, umurnya 32 th, sifatnya sadis dan tidak mempunyai belas kasihan. Mengenakan seragam rapih dengan tongkat di tangannya.
10.  Polisi : Badannya tegap, berwajah tampan, rambutnya cepak, berkulit sawo matang, umurnya 29 tahun, tingginya 178 cm, mempunyai sifat baik hati. Mengenakan seragam lengkap dengan sepatunya.
2.      Setting
Di gubug rumah Sukab dekat kali, Komplek Perumahan, rel kereta, Stasiun Kota, warung penjual olahan daging anjing, kolong jembatan, kantor polisi, dan di jalan pedagang kaki lima.


Malam hari di pinggir kali, tepatnya dalam gubug kardus tempat tinggal Sukab bersama istrinya.
Sukab                 : Untung masih banyak pemakan anjing di kota ini, sehingga kita masih bisa makan dari hasil menangkap anjing. (sambil mengelus-ngelus kepala anaknya).
Istri Sukab          : Iya Mas!!! Kalo di kota ini sudah tidak ada orang yang memakan anjing lagi, pasti aku sudah kembali melacur lagi di kolong jembatan dan anak-anak kita mengais makanan dari tempat sampah. (sambil menunduk dan memeluk anaknya).
Sukab                 : Sudahlah jangan ngomong seperti itu lagi. Aku tidak sanggup mendengarnya. Kau doakan saja supaya malam ini aku mendapatkan buruan yang banyak agar kalian bisa makan kenyang.
Istri Sukab          : Iya Mas…….!!!!
Anak Sukab 2    : Bapak lapar……..!!!
Sukab                 : Iya nak, sabar ya. Nanti bapa pulang bawa makanan. Kamu tunggu saja di rumah jaga Ibumu (sambil mencium kening anaknya).
Istri Sukab          : Mas…….!!! Kau jangan pulang dengan tangan hampa, anak-anak menantimu dengan perut keroncongan. (sambil melambaikan tangannya ke pada Sukab).
Sukab                 : Aku pergi dulu….!!! (sambil melangkah meniggalkan rumahnya, berjalan menuju rel kereta yang gelap dan hilang termakan oleh gelapnya malam).
Di komplek perumahan tempat sukab biasa menagkap anjing.
Sukab                 : Kemana perginya anjing-anjing ini, biasanya berkeliaran membuat kegaduhan yang mengganggu penghuni komplek. Tumben malam ini tak ada seekor pun yang keliatan. Apa mereka semua sedang mogok makan ya, sampai saat ini tidak nampak satu ekorpun (duduk melamun dan berbicara sendiri sambil menggaruk-garuk kepalanya).
Penduduk 1        : Ah… rupanya kau “Wongasu”. Dari jauh aku liaat kau melamun saja, memangnya ada apa?
Sukab                 : Nggak ko…. Aku hanya bingung saja. Kenapa malam ini anjing-anjing liar tidak ada seekor pun yang kelihatan. Apa mereka semua takut padaku.?
Penduduk 1        : Hahahaha . . . . ya tentu saja tidak kelihatan lagi. Lagi pula anjing-anjing di komplek sini kan  sudah kau tangkap semua. Emangnya anjing setiap hari bisa beranak terus dan langsung besar begitu saja. Dengan seenak jidatmu langsung bisa kau buru setiap hari. (sambil memegangi perut dan tertawa geli).
Sukab                 : Bukankah anjing memang seperti itu?
Penduduk 1        : Wongasu-wongasu….. otakmu memang tidak ada isinya!!! Mana ada anjing begitu melahirkan langsung dewasa dan bisa kau buru.
Sukab                 : Memangnya kenapa? (sambil menatap penuh dengan kebingungan).
Penduduk 1        : Hahahaha…… Dasar kau wongasu!!! Tidak ada bedanya kau dengan anjing buruanmu sama-sama tidak punya otak. Sudahlah aku mau pulang. Cari saja di rel kerata sana, pasti banyak. (sambil berjalan meninggalkan sukab tetawa tak henti-hentinya)
Sukab                 : Kalau malam ini aku tidak mendapatkan buruanku. Anak istriku pasti akan kelaparan, kasian mereka mengharap aku pulang membawa makanan. Kemana harus aku cari anjing-anjing ini. (sambil berjalan mencari buruannya).
Di sepanjang rel kereta, tidak jauh dengan warung penjual olahan daging anjing.
Sukab                 : Setelah lelah aku mencari, akhirnya aku temukan juga kau anjing brengsek. (tanpa banyak basa basi ia langsung menyergap anjing tersebut). Untung saja malam ini aku bisa menagkap kau, sehingga anak istriku bisa makan. Sebaiknya aku langsung jual saja. (sambil memasukan anjing ke dalam karung dan berjalan menuju warung yang menerima tangkapannya)
Penduduk 2        : Heh… apa yang kau bawa itu?
Sukab                 : Mau apa kau? Mau tau saja urusan orang. (sambil berjalan dengan terburu-buru)
Penduduk 2        : Dasar orang sinting! Di tanya malah marah-marah (merasa heran dan jengkel dengan sukab).
Di warung tempat menjual berbagai macam olahan daging anjing.
Sukab                 : Ini…. hasil tangkapanku! (sambil menjatuhkan karung di hadapan penjual olahan daging anjing)
Pemilik warung  : Berapa ekor yang kau tangkap? (sambil melihat isi karung)
Sukab                 : Cuma satu ekor. Malam ini anjing-anjing sedang mogok makan, tidak ada yang berkeliaran.
Pemilik warung  : Kau kira para buruh, ada acara mogok makan segala! Aneh-aneh saja kau ini. Kecil sekali anjing ini! (sambil melihat ke muka Sukab)
Sukab                 : Masih untung itu ada yang bisa aku tangkap. Sudah sini mana uangnya?
Pemilik warung  : Tungu sebentar aku ambil dulu (berjalan ke dalam warung) ini uangnya. Lain kali kau tangkap yang ukuran jumbo, jangan yang mungil-mungil kau tangkap. (sambil memberikan uang ke pada Sukab) Ini kepalanya bawa saja pulang (memotong kepala anjing tersebut).
Sukab                 : Ia, terima kasih! (sambil mengambil uang dan kepala anjing, lalu berjalan meninggalkan warung).
Di pinggir kali, gubug rumah Sukab.
Anak sukab 2     : Hore….!!! bapak sudah pulang.
Anak sukab 1     : Bapak pulang bawa apa? (sambil memegang tangan Sukab).
Sukab                 : Iya bapak pulang! Tu bapak bawakan kepala anjing buat makan kita (memberikan bungkusan plastik kepada istrinya).
Istri Sukab          : Kau sudah pulang. Bagaimana malam ini kau dapat banyak? (sambil melihat bungkusan plastik yang dibawa Sukab).
Anak sukab 2     : Hore…..!!! kita makan kepala anjing (berteriak dengan penuh semangat)
Sukab                 : Tidak, malam ini aku hanya dapat satu ekor. Anjing-anjing sekarang ini sudah malas berkeliaran, mungkin saja mereka sedang malas untuk jalan-jalan di kota. Atau mereka takut dengan keramaian kota, yang belakangan ini semakin ramai oleh para pedagang makanan pinggir jalan dan para penduduk kota yang hobi keluyuran tiap malam (sambil menunduk dan memasuki gubug).
Istri Sukab          : Ya sudah lah…. Mungkin hanya ini rejeki kita, yang bisa kita makan (sambil membawa bungkusan plastik yang berisi kepala anjing). Aku masak kepala anjing dulu.
Anak Sukab 1    : Cepetan Mak….!! Aku sudah lapar.
Istri Sukab          : Iya…..!!! tunggu sebentar.
Besok malamnya di pinggir kali, gubug kardus rumah Sukab.
Sukab                 : Malam ini kau mau ikut aku, berburu?
Istri Sukab          : Iya Mas….!!! (sambil mengangukan kepala).
Sukab                 : Ya sudahlah!!! Mari kita berangkat (sambil berjalan menuntun anaknya).
Istri Sukab          : Ayo….!!! Memangnya malam ini kita mau berburu ke mana? (sambil melihat muka sukab).
Sukab                 : Hutan dekat Statsiun Kota (sambil menegok kanan kiri).
Di hutan dekat Stasiun Kota.
Anak Sukab 1    : Itu pak!!! Ada anjing di sana (sambil menunjuk tangannya).
Sukab                 : Iya bapak liat!!! Tunggu sebentar bapak tangkap dulu (berjalan menghampiri dan menangkap buruannya). Ini bapak tangkap, anjingnya besar dan gemuk sekali (sambil memasukan buruannya ke dalam karung).
Anak Sukab 2    : Hore bapak dapat anjing lagi!!! (sambil bertepuk tangan).
Istri Sukab          : Ya sudah, mari kita jual anjingnya (sambil berjalan dan menggendong anaknya yang paling kecil).
Sukab                 : Iya!!! Ayo kita pergi (sambil berjalan dan menggendong hasil buruannya).
Anak-anak          : “Wongasu! Wongasu! Awas ada Wongasu!!!” (berteriak mengejek Sukab dan keluarganya)
Sukab                 : Heh…. Diam kau!!! Aku tangkap juga nanti kau. (sambil melotot kepada anak-anak kecil)
Anak-anak          : Eh liat mukanya mirip dengan anjing!!!
Penduduk           : Anak-anak!!! Kalian jangan menggangu orang (sambil menyuruh anak-anak pergi).
Anak-anak          : Habisnya mukanya mirip sekali dengan anjing. (sambil menunjuk ke arah muka sukab dan keluarganya)
Penduduk           : Masa sih.? (dengan herannya ia menatap wajah sukab dan keluarganya) Oh ia…. Wajahnya mirip sekali dengan anjing hihhh……. (berlari ketakutan melihat sukab dan keluarganya).
Anak-anak          : Awas wongasu marah! “Lariii! Larii!” (sambil berteriak dan berlari meninggalkan Sukab dan keluarganya).
Istri Sukab          : Mereka menyebut kita “Wongasu” memangnya ia, muka kita mirip dengan anjing? (dengan heranya dan menoleh ke arah muka Sukab).
Sukab                 : Coba sini aku liat!!! (sambil menengok dan memegang muka ke arah istri dan anaknya).
Istri Sukab          : Bagaimana mirip tidak?
Sukab                 : Ia benar!!! Muka kita mirip sekali dengan anjing (sambil meraba-raba mukanya sendiri).
Istri Sukab          : Bgaimana bisa muka kita mirip dengan anjing?
Sukab                 : Entahlah!!! Mungkin ini karma, karena aku sering membunuh anjing dan kita memakan kepala anjing (sambil memeluk anaknya).
Istri Sukab          : Lihat anak-anak kita juga mukanya mirip dengan anjing (sambil menunjuk ke arah muka anak-anaknya).
Sukab                 : Wa…Wa…Wa…. Waduh!!!(terkesima melihat wajah anak-anaknya) mengapa semuanya menjadi seperti ini?
Istri Sukab          : Aku tidak tahu. Lalu sekarang bagaimana?
Sukab                 : Ya sudah kamu pulang saja. Biar aku saja yang menujal anjing tangkapan kita ini (sambil menggendong karung).
Istri Sukab          : Baiklah….!!! Kau hati-hati ya (sambil menuntun anaknya pergi meningalkan Sukab).
Di warung tempat sukab menjual hasil buruannya.
Sukab                 : Ini anjing yang kau pesan!!! (sambil menjatuhkan karung di depan warung).
Pemilik warung  : Bagaimana, besar tidak? (berjalan keluar menghampiri Sukab).
Sukab                 : Iya besar sekali. Butuh 20 orang untuk menghabiskan daging anjing ini (sambil membuka karung).
Pemilik warung  : Masa iya….!!! Harus sebanyak itu untuk menghabiskan daging anjing ini (sambil tersenyum). Weitt…. Muka kau kenapa? Ko mirip sekali dengan anjing yang kau tangkap (melihat wajaah Sukab).
Sukab                 : Sudah tidak apa-apa. Cepat kau berikan saja uangnya (sambil melotot kepada pemilik warung).
Pemilik warung  : Iiiii…. Iya…. Ini uangnya (dengan tangan gemetar memberikan uang kepada Sukab).
Sukab                 : Terimakasih….. (sambil menunduk dan mengambil uang berjalan meninggalkan warung).
Di gubug tempat keluarga Sukab tinggal terjadi keributan, karena para penduduk merasa resah dengan sepak terjang sukab dan wajah keluarga Sukab yang tiba tiba berubah menjadi seperti anjing. Mereka melaporkannya kepada petugas kemananan.
Penduduk 2        : Sukab dan keluarganya kita usir saja dari kampung kita (sambil berteriak).
Penduduk 1        : Jangan begitu mereka juga manusia, sama seperti kita (memegang pundak penduduk 2, mencoba mendinginkan situasi).
Penduduk 2        : Biarkan saja. Orang seperti mereka jangan dikasihani. Aku sudah menyuruh keaamanan datang kemari, mereka akan membereskan Sukab dan keluarganya.
Penduduk 1        : Apa…. Kau sudah melaporkan ke aparat keamanan!!! Sungguh terlalu kau ini. Bukankah masalah ini bisa kita selesaikan baik-baik ( dengan nada membentak sambil mengelus-elus dadanya).
Penduduk 2        : Kau diam sajalah, jangan ikut campur. Dari pada mereka menakuti warga kampong kita, lebih baik kita usir mereka. Sebaiknya kau pulang saja, kaukan sudah tua mendingan kau banyak-banyak berdoa sebentar lagi kau akan mati. Itu dia keamanan sudah datang (sambil menunjuk ke arah mobil yang datang).
Trantib                : Mana tempatnya yang orang yang menggangu ketentraman umum itu? (dengan wajah yang sangar)
Penduduk 2        : Itu dia gubugnya. Angkut saja mereka.!!! (sambil menunjukan gubug tempat keluarga sukab tinggal).
Istri Sukab          : Jangan pak, kami tidak salah apa-apa. Jangan bawa kami (sambil meronta-ronta dan bergelimpangan di tanah).
Anak Sukab       : Tolong….. Tolong…… (sambil berteriak dan menangis).
Trantib                : Sudah diam saja kau. Ikuti saja perintah saya (tanpa belas kasihan menyeret wanita dan anak-anaknya). Dari pada kau hidup di sini mengganggu ketrentaman umum, lebih baik kau hidup di penampungan. Di sana kau akan banyak teman (terus berjalan meyeternya ke mobil anngkutan.
Istri Sukab          : Tolong pak, jangan bawa kami!!! (sambil memohon dan menagis).
Trantib                : Sudah diam kau….!!! (sambil berteriak dan mobilnya pun pergi).
Di kolong jembatan, ketika sukab di tengah perjalanan pulang ke gubugnya.
Penduduk 1        : “Heyyy…. Wongasu! Mereka mengangkut keluargamu!”
Sukab                 : “Siapa? Kemana?” (sambil berteriak)
Penduduk 1        : Petugas keamanan. Entahlah kau tanyakan saja sana!
Sukab                 : Ahhhhhhhh….. (sambil bertiak dan berlari).
Anak-anak          : “Awas! Wongasu lewat! Wongasu lewat!” Heran! Kenapa kepalanya bisa berubah menjadi kepala anjing? (sambil berbisik)
Penduduk 2        : Itulah karmapala seorang pembunuh anjing.
Dikantor polisi Sukab bertanya apakah mereka tahu akan adanya pengerangkengan tiada semena-mena sebuah keluarga di tepi kali.
Polisi                  : Ada apa kau tergesa-gesa kemari? (sambil duduk manis membaca Koran)
Sukab                 : Apakah kau tahu keluarga di kerangkeng di tepi kali, di bawa kemana? (dengan nafas terengah-engah).
 Polisi                 : Oh, itu. Bukan polisis yang mengangkut, tapi petugas trantib (tetap saja membaca Koran).
Sukab                 : Bagaimana kau ini. Kau kan penegak hukum, masa kau tidak tahu dan tidak peduli pada orang miskin. Dasar kau tidak punya rasa manusiawi (sambil berteriak dan memukul meja).
Polisi                  : Apa? Tidak manusiawi? Apa kau pikr makhluk seperti mereka manusia (sambil membentak).
Sukab                 : Mereka juga manusia, sama seperti bapak!
Polisi                  : Tidak!!! Saya tidak sudi disamakan dengan mereka! Mereka itu lain! Kau juga bukan manusia. Mana ada manusia yang mukannya muka anjing seperti kau. Lagi pula, kau bisa bayar berapa? (sambil menunjuk muka Sukab).
Sukab                 : Dasar kau manuisa hina! Lebih hina dari pada aku! (sambil berlari meninggalkan kantor polisi).
Sukab berjalan di kaki lima, tak tahu harus kemana mencari keluarganya.
Sukab                 : Aaaaaaaaaaaaarrrgh……. (berteriak sekencang-kencangnya dan mengamuk mengacak-acak semua yang ada dihadapannya).
Penduduk 2        : Awas!!! Liat Wongasu sedang mengamuk! Ayo kita tangkap (sambil membawa tongkat dan memukuli Sukab).
Trantib                : Cepat hajar dia!!! (tanpa ampun memukuli Sukab)
Polisi                  : Sudah cukup!!! Dia sudah tidak berdaya. Cepat bawa dia ke penampungan (memisahkan orang yang memukuli Sukab dan membawanya ke mobil).
Sukab                 : Tolong….. Tolong…… Kembalikan anak dan istriku (tergelepak tak berdaya).



2003. Cerpen Pilihan Kompas “Waktu Nayla”. Jakarta : Buku Kompas.

cerpenku



“Tiga Puluh Hari Mendapat Cinta”
oleh 
Adis Rahmat Sukadis
     Berawal dari kegiatan pengabdian masyarakat yang di adakan oleh kampus. Seluruh pesertanya terdiri atas semua jurusan dari fakultas yang ada dan satu angkatan denganku. Kebanyakan mereka adalah teman-teman baruku yang sebelumnya belum pernah aku kenal. Aku tidak tau kepribadian semua angota kelompokku itu. Hal itu membuat aku semakin canggung untuk bergaul dengan teman-teman baru dikelompokku ini, karena semuanya terasa asing bagiku.
Ketika dalam acara pembentukan susunan kepanitiaan dikelompokku. Pandanganku tertuju pada satu sosok wanita yang menggetarkan hati. Dia sesosok wanita yang sempurna yang selama ini aku cari. Ayu namanya, parasnya tidaklah terlalu cantik, tetapi akhlah dan kebaikannya yang menjadikannya seorang wanita sempurna hingga kebaikan hatinya menutupi kekurangan yang dia punya. Ternyata aku dan dia dipertemukan di acara tersebut. Aku tak pernah menduga yang ternyata acara tersebut bisa menjadi pencarian tambatan hatiku yang terakhir. Dia pun salah satu teman baru yang aku kenal dari kegiatan tersebut. Walaupu baru aku kenal, tapi aku merasa dia merupkan sosok seorang wanita sempurna yang telah lama aku kenal. Sebelumya aku tidak pernah terpikir akan bertemu dengan sosok seorang wanita sederhana seperti dia dalam acara ini.
Hari pertama, hari kedua dan ketiga tanpa dia sadari semua tingkah lakunya selalu aku amati. Dengan rasa penasaran aku selalu saja bertanya-tanya di dalam hatiku tentang sesosok wanita itu. Walaupun dengan rasa was-was aku diam-diam memberanikan diri melihat sms masuk dan menguping pembicaraannya jika ada telpon masuk ke Hand Phone dia. Apa pun yang dia lakukan pasti aku tahu. Dalam benak aku selalu berharap bisa lebih dekat denganya selama kegiatan ini berlangsung.
Rasa penasaran itu semakin dalam tertanam di dalam hatiku. Ditambah lagi dengan resah hati yang selalu menyelimuti ketika aku berhadapan dengannya membuat batin ini semakin tersiksa. Sampai-sampai aku tidak bisa lagi berpikir normal, karena di dalam hatiku selalu membayangkan sosok sederhana itu.
Oh Tuhan mengapa perasaan seperti ini kau berikan kepada ku . . . !!”
“Samapi kapan perasaan ini terus menyelimutiku . . . ??”
“Mengapa cinta ini Engkau anugerahkan diantara kami, apakah ini yang memang Engkau harapkan terhadap kami…?”
Aku sadar siapakah diriku ini… sungguh aku tak pantas untuk mendapatkan cintanya, seorang wanita yang taat beragama. Sedangkan diriku … hanyalah seorang laki-laki hina, yang selalu saja meningalkan ajaran agama. Jauh berbeda dengan dia. Bukan aku tidak memiliki rasa mencintai untuknya dan bukan pula sebuah batu yang hendak ia runtuhkan sekalipun, aku hanya berpikir bagaimana ia kelak menerima aku yang sama sekali hina di mata Tuhan.
Sempat aku berpikir bahwa semua perasaan ini hanya nafsu sesaat, dam harus aku buang jauh-jauh persaan ini. Tapi sunguh tak bisa. Yang terjadi aku malah semakin tersiksa dengan persaan ini. Karena, aku merasa tidak sedikit pun dia menaruh perasaan yang sama seperti yang aku rasakan. Lebih-lebih sampai saat ini, setelah satu mingu kami tingal satu atap belum pernah ada kesempatan satu menit pun aku berbincang dengannya. Setiap hari semua yang aku lakukan hanyalah untuk mencari kesempatan bersama dia. Siang malam aku selalu berharap bisa bersamanya. Tetap saja kesempatan itu tak kunjung tiba. Entah kapan kesempatan itu datang aku tak tahu. Aku hanya bisa berharap semoga perasaan ini tidak berlaut-larut. Jujur aku tidak sangup jika harus menangung semua ini.
Pagi hari yang cerah, aku di bangunkan oleh teman satu kamar dia yang bernama Ica. Aku dimnta untuk mengantarnya belanja kebutuhan dapur kami untuk satu minggu kedepan. Aku baru sadar bahawa hari ini adalah jatah piketku. Pantas saja pagi-pagi sekali aku dibangunkan. Dengan mata yang perih dan kepala yang berat aku pun langsung bersiap mengantarkannya. Ketika kami hendak berangkat tiba-tiba ia mendadak sakit perut. Dia pun menyuruh aku berangkat dengan Ayu orang yang selama ini aku suka. Dengan reflek aku langngsung menjawab “iya cepat”. Akhirnya aku pun pergi bersamanya. Dari situlah aku mulai dekat dan mengobrol dengan dia. Mungkin inilah jawaban dari doaku selama ini.
Hari itu menjadi hari bersejarah bagiku. Perasaan aku berbunga-bunga, setelah bersusah payah akhirnya aku dapat berduaan bersama dia. Walaupun tidak lama, tapi itu sudah cukup bagiku untuk dapat kenal lebih jauh dengan dia. Sampai-sampai setiap pagi aku dan dia yang selalu pergi belanja untuk kebutuhan konsumsi kami. Aku dan dia pun semakin dekat. Disetiap kegiatan aku pasti selalu berdampingan dengan dia. Dari mulai kegiatan belanja, memasak, makan, mengajar, dan kegitan lainya aku selalu bersamanya. Mungkin memang ini sudah jalannya, untuk aku lebih dekat dengannya.
Hari terus berganti. Canda tawa selalu mengiringi kegiatan yang kami lakukan. Tak pernah sedikit pun kami mengeluh dengan semua kegiatan yang dilaksanakan. Padahal kenyataannya kegiatan yang kami lakukan sangatlah menguras tenaga, pikiran dan waktu. Siang hari kami melaksanakan kegiatan, malam harinya kami merencanakan dan mempersiapkan untuk agenda besok paginya.
Detik demi detik terus berganti. Hari-hari yang aku lewati bersamanya membuat aku semakin dekat dengan dia. Semua kegiatan yang dilaksanakan aku selalu saja berdampingan bersama dia. Membuat aku semakin yakin dengan perasaanku ini. Tapi tidak tau dengan perasaanya yang ia rasakan. Apakah sama dengan yang aku rasakan atau tidak?
Dari obrolan-obrolan biasa itu akhirnya kita semakin dekat, sedikit demi sedikit aku mengetahui banyak tentang dia, terutama sifat dan perilaku dia terhadap aku. Aku semakin nyaman bersamanya, dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah ketika waktu makan bersama tiba. Satu hal yang membuat hatiku bergetar ketika aku dan dia makan satu piring berdua.  Aku merasa dia telah menjawab pertanyaanku selama ini.
     Setelah lima belas hari lebih kegiatan berjalan. Perasaan aku pun terbaca oleh salah satu teman kelompok aku. Ima namanya, dia orang pertama yang mengetahui perasaan aku terhadapnya. Sebelumnya aku tidak pernah menceritakan perasaanku ini pada orang lain. Sebenarnya aku malu perasaanku diketahui dia. Aku pun hanya bisa tertunduk malu untuk mengakui perasaan ini. Tapi ya sudahlah, mungkin dengan ini bisa membantuku membagi lara ini. Ia mulai bertanya-tanya tentang sifatku yang berbeda pada Ayu.
“Sejak kapan kamu suka sama dia . . . ??”
“Aku juga bingung ma . . .!!! tiba-tiba saja perasaan ini muncul dengan hebatnya. Pertama aku melihat dia, aku merasakan sesuatu yang beda dengan dia. Pembawaan sikap dia yang kalem, ditambah lagi tutur katanya yang sopan kepada semua orang membuat jantung aku berdebar-debar. Aku sungguh dibuat tak berdaya jika harus berhadapan dengan dia”.
“Tenang ja, aku ngerti kok dengan perasaan kamu. Setahu aku dia pun tidak punya pacar. Jadi tidak ada salahnya jika kamu bisa jadian dengan dia. Aku pasti bantu kamu untuk mengutarakan perasaanmu itu . . . .!!!!!hehehe”.
“Makasih ma . . . .!!!!! aku mohon jangan sampai semua orang tahu tentang perasaan ini. Karena aku takut anak-anak yang lain berpikir tidak-tidak tentang aku”.
Sedikit demi sedikit aku ceritakan tentang perasaanku ini. Ima mulai memberi masukan tentang perasaanku, ia berjanji akan membantuku untuk mengutarakan perasaanku ini. Sebenarnya aku juga tidak terlalu berharap dengan janji Ima menegnai perasaanku ini, karena aku teringat dengan kata-kata Ayu semalam. Ia berkata padaku bahwa ia tidak akan mau untuk jatuh cinta dan pacaran selama kegiatan ini berlangsung. Kata-kata itu selalu terniang di telingaku. Sampai-sampai aku sempat berpikir untuk  mengubur dalam-dalam perasaanku ini. Tapi dengan semangat dan dukungan Ima, aku berpikir mengapa tidak semua ini bisa terjadi. Toh tidak ada salahnya jika aku suka dan sayang dengan dia.
Dua puluh lima hari kegiatan ini berlangsung. Perasaanku kian tidak menentu, karena yang terpikir di benakku hanyalah bagaimana caranya aku bisa mengutarakan perasaanku ini. Aku duduk bersandar dan aku merasa lemah sekali…., dan tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk membuktikan sebuah angan yang menjadi beban dalam kebisingan otakku, aku tak tahu lagi bagaimana aku membuktikan apa yang kurasa pada dirinya. Dia bagaikan batu yang harus kutembus dengan tetesan air sedikit demi sedikit,….. dan akankah dirinya mampu menerimaku apa adanya…… ?  Walaupun begitu, tetap saja keberanian ini tidak kunjung tiba.
Dua hari aku tak bertemu dengan Ayu. Ia izin untuk pulang kerumahnya. Pikiranku melayang menahan semua kerinduan yang membuat dada ini semakin sesak, ketika hari menjelang sore aku duduk disebuah taman depan bas campku. Dari kejauhan aku melihat seseorang mendekati bas camp, aku terperangah saat aku tahu siapa dia dengan lekas aku meloncat dari tempat dudukku dan menghampirinya. Ayu, rupanya kamu sudah kembali “senang sekali rasanya aku bisa melihat kamu kembali”. Sesaat ia terdiam lalu tertawa dan berkata “tak sadarkah kau apa yang kurasakan, aku tak mampu membohongi diriku aku tak mampu berpisah dengan mu”. Entah benar atau tidak dengan perkataannya, perasaanku senangnya buka main ketika ia mengatakan itu. Aku seolah tak percaya apa yang ia katakana dan air mataku pun perlahan menetes sambil menyaksikan ia masuk ke bas camp.
Dan suatu ketika malam hari hujan yang lebat anginpun sangat kencang aku duduk bersandar di kursi depan bas campku, saat itu pula aku berniat untuk memberanikan diri menyatakan bahwa selama ini aku larut dalam jiwa Ayu. Tapi entah kenapa ia selalu menghindar ketika aku berusaha untuk mengobrol berdua dengan dia. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkinkan ia sudah tau dengan maksudku ini. Selang berapa lama, Hand Phone ku bergetar dan langsung aku lihat. Rupanya sms yang datang adalah dari Ayu. Ia berkata bahwa “tidak enak kalo kita mengobrol berduaan di luar, sedangkan yang lainya rapat di dalam rumah”. Dengan muka masam aku membalas sms itu “baiklah . . . mungkin lain kali kita bisa melanjutkan obrolan ini”. Aku pun langsung ke dalam dan bergabung bersama teman-teman yang lain.
Besok malamnya adalah malam terakhir sebelum kami meninggalkan tempat kegiatan ini. Tepatnya sudah tiga puluh hari kami melaksanakan kegiatan ini. Sampai saat itu aku tidak mempunyai kesempatan mengungkapkan perasaan ini. Tapi jka melihat bahasa tubuh dia kepadaku tadi siang, aku bisa membacanya bahwa dia telah membalas perasaanku ini. Aku tetap saja masih merasa penasaran jika belum mendengar langsung dari mulut dia.
Ketika rapat terakhir ini, aku duduk berdampingan dengan Ayu. Saat itu situasi kurang memungkinkan untuk aku bicara langsung dan mengutrakan perasaan ini. Tapi apa boleh buat, karena hanya inilah kesempatan terakhir yang aku punya. Dengan penuh rasa penasaran, melalui sms aku memberanikan diri untuk mengutarakan semua perasaan yang telah aku pendam selama ini. “Ayu tak kusangka ternyata kau mampu membuatku hanyut, kini aku sadar bahwa beginilah rasa mencintai dan maukah kau menjadikan aku sebagai teman hidupmu…?” itulah kalimat yang aku ucapkan padanya. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa aku telah mengutarakan perasaanku ini. Di tengah-tengah rapat, di hadapan semua teman-teman aku mengutarakan isi hatiku. Lama ia tidak membalas pertanyaanku itu. Dengan tatapan yang tajam dan senyum yang indah, ia menoleh kearahku. Tiba-tiba sms yang aku tunggu-tunggu itu datang juga. Dengan refleks aku langsung melihatnya. Ketika aku membacanya sunguh aku tidak  bisa berucap lagi karena semua perjuangan yang aku lakukan selama ini tidak sia-sia. Setelah tiga puluh hari aku melaksanakan kegiatan ini, aku pulang dengan membawa cinta di hati.


proposal penelitian analisis isi


ANALISIS MAKSIM KESANTUNAN DALAM ACARA TALK SHOW KICK ANDY DI METRO TV DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS XI SMA

oleh
Adis Rahmat S

1.      Latar Belakang Masalah
Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia bahasa dapat di kaji secara internal maupun eksternal. Kajian secara internal bahasa itu saja seperti struktur fonologisnya, morfologisnya atau struktur sintaksisnya. Kajian secara internal ini akan mengahasilkan perian-perian bahasa itu saja tanpa ada kaitanya dengan masalah lain di luar bahasa. Sebaliknya kajian secara eksternal berarti kajian itu dilakukan terhadap faktor-faktor atau hal-hal yang berada diluar bahasa yang berkaitan dengan pemakian bahasa oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Salah satu alasan mengapa seseorang menggunakan bahasa pada dasarnya adalah sebagai alat berkomunikasi untuk melakukan sesuatu, meminta sesuatu, membuat janji, melaporkan suatu berita, memberi salam, meminta maaf, mencari informasi dan mengundang seseorang di suatu acara. Tindak tutur ini merupakan bagian dari suatu percakapan yang merupakan sesuatu hal yang kadang-kadang menimbulkan suatu masalah baik bagi penutur maupun petuturnya. Bahasa dalam penerapanya selalu diikuti dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh pengguna bahasa tersebut baik secara lisan maupun secara tertulis. Hal ini ditunjukan supaya penutur dan lawan tutur memeroleh kejelasan dalam menagkap informsai yang disampaikan oleh penutur sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Bahasa merupakan cerminan kepribadian sesorang. Bahkan bahasa merupakan cerminan kepribadian bangsa. Artinya melalui bahasa sesorang atau suatu bangsa dapat di ketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak mengungkapkan pikiran atau perasaannya melalui tindak bahasa baik verbal maupun non verbal.
Berbahasa atau berprilaku santun merupakan kebutuhan setiap orang, bukan sekedar kewajiban. Sesorang berbahasa atau berprilaku santun sebenarnya lebih dimaksudkan sebagai wujud aktualisasi diri. Jika ternyata aktualisaasi diri dengan berbahasa dan berprilaku santun dapat berkenaan dengan mitra tutur, sebenarnya hanya efek. Bukan tujuan semua orang harus menjaga kehormatan dan martabat diri sendiri. Hal ini dimaksudkan agar orang lain juga menghargainya. Inilah yang di maksud dengan hakekat bahasa secara santun.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan kulturalismenya yang menjunjung tinggi akan moral ketimuran. Serta memegang teguh kemurnian dan keaslian adat istiadat bangsa Indonesia. Mengakibatkan sifat-sifat seperti gotong royong, ramah tamah dan sopan santun menjadi prinsip dasar yang dipakai dalam melakukan interaksi dan komunikasi bertutur sapa antara masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh Keith Alan (1986), bahwa sesungguhnya aktifitas bertutur sapa itu merupakan kegiatan yang berdimensi sosial dan bercorak cultural.
Kesopan santunan pada umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua partisipan yang dapat sebagai diri sendiri dan orang lain. Dalam percakapan, diri sendiri biasanya dikenali sebagai pembicara dan orang lain sebagai penyimak tetapi para pembicara juga memperlihatkan kesopan santunan kepada kelompok-kelompok ketiga. Yang mungkin hadir atau tidak dalam situasi ujar tersebut.
Kegiatan berbicara merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Kegiatan berbicara memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia selain untuk berkomunikasi juga untuk saling bertukar pikiran, saling memberikan informasi, saling mengungkapkan perasaan dan sebagainya. Yang semuanya tidak terlepas dari keterampilan berbahasa. Dengan kegiatan tersebut, pembicara dan pendengar merupakan pihak-pihak yang saling terlibat.
Pada haikatnya berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan gagasan, dan pengalaman. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar (audibel) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah alat dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan ide-ide yang dikombinasikan (Tarigan 1981:15). Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan perasaan. Dengan demikian, penulis tidak berlebihan jika menyatakan bahwa kegiatan berbicara berhubungan erat dengan kegiatan mendengar dan untuk menjadi pembicara yang baik harus mengetahui prinsip-prinsip dalam melakukan suatu pembicaraan.
Saat ini TV merupakan sebuah media elektronik yang bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat sebagai alat hiburan dan sebagai alat untuk mendapatkan informasi. Dewasa ini acara TV semakin marak, banyak acara-acara TV yang tidak mendidik dan bahasa yang di pakaipun tidak mengandung unsur kesopanan yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia, sehingga kita harus cerdik memilih dan meyaring tayangan yang berkualitas untuk kita konsumsi sebagai tontonan dan hiburan. Walaupun demikian sesuai dengan fungsi televisi sebagai media informasi dan hiburan. Televisipun menyajikan program-program yang mendidik salah satunya  pada acara Kick Andy di Metro TV wacana tuturnya dapat dipahami dan lebih menarik dengan menggunakan bahasa yang variatif dan mengandung prinsip-prinsip kesopanan. Penggunaan bahasa yang digunakan penyiar pada saat siaran akan dipengaruhi latar belakang dan cultural adat istiadat daerahnya masing-masing. Selain itu latar belakang pendidikan yang menjadi acuan dalam melakukan interaksi komunikasi dengan mempertimbangkan kesopanan berbahasa yang menjadi parameter dalam berkeomunikasi. Oleh sebab itu berdasarkan cara kerja pragmatik maka dapat di analisis pemakaian maksim kesantunan dalam acara Kick Andy di Metro TV.
Sehubungan dengan hal itu, Keith Allan (1986) menyatakan bahwa dalam sebuah masyarakat secara relative universal dapat dikatakan berprilaku hormat dan sopan itu hakikatnya dapat dilakukan secara amat gampang dengan cara memperhitungkan dan mempertimbangkan muka (face) dari pihak si mitra tutur (bearer) di dalam keseluruhan aktivitas dalam proses bertutur. Tanpa memperhatikan muka sesorang, dapat di jamin bahwa pertuturan yang terjadi tidak akan berjalan secara baik dan bakal terdapat banyak berbenturan yang akhirnya banyak terjadi kesalah pahaman.
Kesantunan (politiness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan bersama oleh suatu masyarakat tertentu. Kesantunan menjadi prasyarat  yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantutnan ini biasa di sebut “tatakrama”.
Maksim adalah prinsip subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam mengambil sikap-sikap dan tindakan konkret (Kunjana, 2003:24). Dapat di lihat dalam tiga kata pertama dalam definisi tersebut yaitu “maksim adalah prinsif”. Lebih kusus lagi yaitu prinsif subjektif.
Prinsip berbahasa yang sampai saat ini paling lengkap, paling mapan dan paling komprehensif yang di sampaikan oleh Leech (1983) yaitu sebagai berikut (i) maksim kebijaksanaan, (ii) maksim kedermawanan, (iii) maksim penghargaan, (iv) maksim kesederhanaan, (v) maksim pemufakatan, dan (vi) maksim simpati.
Menurut Jacob (1983) pragmatik adalah ilmu bahasa yang memelajari pemakaian atau penggunaan bahasa yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakaknginya. Selanjutnya George (1996) telah menunjukan bahwa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya.
Agar menjadi pembicara atau pendengar yang baik, seorang pembicara atau pendengar harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Persiapan pembelajaran berbicara khususnya SMA telah disusun berdasarkan model kurikulum (KTSP).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, khususnya ditinjau dari aspek prgmatik terutama masalah maksim kesantunan penting dan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti memilih judul “ANALISIS MAKSIM KESANTUNAN DALAM ACARA TALK SHOW KICK ANDY DI METRO TV DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS XI SMA”.
2.      Kajian  yang Relevan
Untuk mendapatkan dan memperjelas posisi peneliti perlu dilakukan kajian terhadap penelitian sejenis yang berkaitan dengan masalah-masalah yang sudah diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Untung Isdianto (2008) Universitas Indonesia dengan judul “Pelangaran Maksim-Maksim Kesantunan dalam Naskah Drama Tuk”. Dalam penelitian tersebut di analisis penyimpangan-penyimpangan maksim kesantunan pada naskah drama Tuk karya Bambang Widoyo SP kemudian dicari faktor-faktor apa saja yang leatar belakangi terjadinya penyimpangan tersebut.
Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian tersebut adalah dalam hal sumber data. Dalam penelitian ini, dialog percakapan pembawa acara Kick Andy dengan nara sumber yang dijadikan sebagai sumber data, sedangkan Untung menggunakan dialog tokoh dalam naskah drama Tuk.
3.      Fokus Penelitian
Menurut Arikunto (2006, 22) menyatakan bahwa agar penelitian dapat dilakukan sebaik-baiknya, maka peneliti merumuskan masalah-maslah sehingga jelas dari mana harus mulai, harus pergi dan dengan apa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan agar ruang lingkup masalah penelitian ini tidak terlalu meluas. Penelitian ini perlu dibatasi yaitu hanya pada analisis maksim kesantunan yang terdapat pada dialog penyiar TV acar Kick Andy. Adapun komponen-komponen yang akan diteliti adalah sebagi berikut :
1.      Pelaksanaan dan pelanggaran prinsip-prinsip maksim kesantunan dalam dialog acara Kick Andy di Metro TV.
2.      Pelaksanaan dan pelanggaran kesantunan berdasarkan parameter kesantunan.
3.      Rencana persiapan pembelajaran maksim kesantunan dalam pembelajaran berbicara.


4.      Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersbut, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Adakah pelaksanaan dan pelanggaran prinsip-prinsip maksim kesopanan yang terdapat dalam dialog penyiar TV acara Talk Show Kick Andy di Metro TV?
2.      Bagaimana pelaksanaan dan pelanggaran maksim kesantunan berdasarkan parameter kesantunan?
3.      Dapatkah analisi penelitian ini dijadikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan maksim kesopanan dalam kemampuan berbicara dengan bahan acara Talk Show Kick Andy di Metro TV? 
5.      Tujuan Penelitian
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan selalu mengacu pada tujuan-tujuan, demikian juga dengan penelitian ini. Berdasarkan pada masalah yang telah disebutkan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dialog dalam acara Kick Andy di Metro TV mengandung prinsip kesantunan.
1.      Mendeskripsikan pelaksanaan dan pelangaran prinsip-prinsip kesantunan yang terdapat pada dialog penyiar TV acara Kick Andy di Metro TV.
2.      Mendeskripsikan pelaksanaan dan pelanggaran maksim kesantunan berdasarkan parameter kesantunan.
3.      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berbicara yang tepat sesuai dengan hasil analisis maksim kesantunan dalam acara Talk Show Kick Andy di Metro TV.
6.      Tinjuan Pustaka
6.1 Pengertian Pragmatik
Yule (1996:3 dalam terjemahan Idah), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Leech (dalam Nadar 2009:2) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.
Levinson (dalam Nadar 2009:4) yang mendefinisikan pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahas.
Menurut Verhaar dalam Kunjana (2003:10) pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang memelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dan lawan tutur, sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang dari ilmu linguistik yang berkaitan dengan makna antara penutur dan mitra tutur yang dikaitkan dengan konteks situasi masyarakat disekelilingnya.
Ditinjau dari segi ilmu pragmatik, penelitian ini menganalisis prinsip-prinsip sesantunan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur dalam konteks situasi kemasyarakatan. Maksudnya yaitu antara wacana tutur atau ujaran pembawa acara di televise dengan bintang tamu.
6.2 Maksim Kesantunan
Menurut KBBI maksim adalah pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran umum atau sifat-sifat manusia, aforisme pribahasa.
Menurut Imanuelkant maksim adalah prinsif subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam mengambil sikap-sikap dan tindakan kongkret (Magnis Suseno, 1997:146). Dapat dilihat dalam tiga kata pertama dalam definisi tersebut yaitu “maksim adalah prinsip”.
Menurut Mannur Muchlish kesantunan (politiness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan bersama oleh suatu masyarakat tertentu. Kesantunan menjadi prasyarat  yang disepakati oleh perilaku social. Oleh karena itu, kesantutnan ini biasa di sebut “tatakrama”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa maksim kesantunan adalah prinsip-prinsip bersikap atau bertingkah laku seseorang dalam melakukan suatu tindakan konkret disertai norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang disepakati secara bersama.
Lech memandang prinsip kesantunan sebagai “piranti” untuk menjelaskan mengapa penutur sering bertutur secara tidak langsung (indirect) dalam mengungkapkan maksudnya. Motivasi penggunaan tindak tutur tidak langsung dimaksudkan agar ujaran terdengar santun. Suatu tuturan dikatakan santun apabila dapat meminimalkan pengungkapan pendapat yang tidak santun. Prinsip-prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kemurahan (generosity maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur.
a. Maksim kebijaksanaan
Maksim ini diutarakan dalam tuturan impositif dan komisif. Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dalam hal ini Leech (dalam Nadar 2009 : 29) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Seperti pada contoh di bawah ini :
A    : “Silahkan makan saja dulu, nak! Tadi kami semua sudah pada mendahului lo. Bebas saja!”
B     : “Wah . . . saya jadi tidak enak bu!”
b. Maksim kemurahan
Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Dengan maksim kemurahan atau kedermawanan diharapkan para peserta tutur akan dapat menghormati orang lain dengan benar-benar baik. Penghormatan kepada orang lain dapat terjadi apabila orang dapat mengurangi kadar keuntungan bagi diri sendiri, dan memaksimalkan kadar keuntungan bagi pihak lain. Dengan sikap dermawan kepada pihak yang lain, yakni dengan cara mengutamakan dan mendahulukuan kepentingan bagi orang lain. Orang tersebut akan dipandang sebagai orang yang benar-benar santun di dalam suatu masyarakat tutur. Seperti pada contoh di bawah ini:
A    : “Mari saya cucikan baju kotormu. Pakian kotorku tidak banyak ko. Tidak apa-apa!”
B     : “Tidak usah mbak. Nanti siang saya akan memcuci juga ko”.
c. Maksim penerimaan
Maksim penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Orang akan dianggap santun di dalam masyarakat bahasa apabila di dalam praktik bertutur selalu berusaha untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada pihak lain secara optimal. Seperti pada contoh berikut :
A    : “Pak, tadi aku sudah memulai kuliah perdana untuk kelas bahasa German”.
B     : “Oya, tadi aku mendengar bahasa Germanmu jelas sekali”.
d. Maksim kerendahan hati
Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.orang yang di anggap santun dalam maksim ini adalah orang yang bersikap rendah hati. Maksim ini dituturkan dengan tuturan ekspresif dan sertif. Seperti pada contoh berikut :
A    : “Nanti ibu yang memberikan sambutan ya dalam rapat desa!”
B     :”Waduh. . . Nanti grogi aku. Jangan aku ah!”
e. Maksim kecocokan
Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Seperti pada contoh berikut :
A    : “Nanti malam kita makan malam bersama ya”.
B     : “Boleh. Saya tunggu di bambu resto aja!”
f. Maksim kesimpatian
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapat kesusahan, atau musibah penutur layak berduka, atau mengutarakan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian. Seperti pada contoh berikut :
A     : “Kakekku meninggal!”
B     : “Aku turut berduka cita”.    
6.3  Parameter Kesantunan
Pada model kesantunan Geoffery N. Lecch (1983) dijelaskan bahwa setiap maksim interpersonal di dalam kerangka pragmatik dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan dari sebuah tuturan. Berikut sekala kesantunan yang disampaikan oleh Lecch.
a.       Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur di dalam sebuah peristiwa pertuturan tertentu. Dampak dari sebuah tuturan tersebut merugikan diri bagi si penuturnya sendiri, maka cenderung semakin dianggap santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin tuturan tersebut menguntungkan bagi diri penuturnya sendiri dan merugikan bagi sang mitra tuturnya, akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu.
b.      Optionality scale atau skala pilihan. Skala kesantunan ini menunjukan kepada banyak atau sedikitnya alternatipe pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur dalam praktik bertutur yang sebenarnya. Semakin oertuturan memungkinkan si penutur atau mitra tutur itu menentukan pilihan yang banyak dan dengan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut.
c.       Indirectness sacle atau skala ketidaklangsungan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud dari sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung, to the point, apa adanya, tidak berbelit-belit, tidak banyak basa-basi akan cenderung dianggap semakin tidak santunlah tuturan yang demikian itu.
d.      Authority scale atau skala keotoritasan atau skala kekuasaan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk kepada hubungan status sosial antara si penutur dan si mitra tutur yang terlibat di dalam proses pertuturan tertentu. Ditegaskan dalam skala kesantunan berbahasa ini, bahwa semakin jauh distansi atau jarak peringkat sosial (rank rating) antara si penutur dan si mitra tutur. Tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin sopan dan kian santun.
e.       Social distance scale atau skala jarak sosial. Skala kesantunan ini menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara si penutur dan mitra tutur yang terlibat di dalam pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial diantara keduannya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu, demikian pula sebaliknya.
6.4  Televisi
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Selanjutnya menurut Wikipedia televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Sedangkan stasiun televisi merupakan suatu stasiun penyiaran yang menyebarkan siarannya dalam bentuk audio dan video. Berbagai teknologi dalam pertelevisian memang meiliki perbedaan yang spesifik. Namun tujuannya tetap sama yaitu :
Ø  Memberikan informasi
Ø  Menghibur
Ø  Mendidik
Ø  Memengaruhi khalayak ramai
Pada umumnya isi program siaran televisi maupun radio meliputi acara seperti diterangkan berikut dengan tentunya penggunaan berbagai nama benda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masing-masing. Meliputi acara laporan berita, talk show, call-in show, documentair, magazine, rural program, advertsiting, education atau instructional, art dan culture, music, soap operas, TV movies, game show dan komedi. Adapun fungsi dari media massa televisi yaitu :
Ø  Menyampaikan fakta
Ø  Menyajikan opini atau analisis
Ø  Melakukan investigasi
Ø  Hiburan
Ø  Control
Ø  Analisis kebijakan
6.5  Pemelajaran Berbicara
Pembelajaran bahasa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (GBPP 1994). Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Mulyasa, 2003:100). Selanjutnya pembelajaran menurut Wikipedia adalah bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran, tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Sedangkan menurut Hilgard (dalam Abin, 2004:157) pemelajaran adalah suatu proses perubahan perilaku atau peribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai bahasa kearah yang lebih baik melalui perubahan perilaku atau peribadi dalam memeroleh ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan gagasan, dan pengalaman. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar (audibel) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah alat dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan ide-ide yang dikombinasikan (Tarigan, 2008:3).
Adapun menurut Arsyad (1988:53) bahwa berbicara adalah mengungkapkan kalimat untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan atau pesan yang disampaikannya.
Menurut Keraf (2001:2) berbicara merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan bunyi ujaran yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata.
Sedangkan menurut KBBI berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuai yang dimaksudkan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan berbicara adalah suatu keterampilan yang dipelajari untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang menggunakan sejumlah otot atau jaringan tubuh manusia dan bunyi ujaran yang bersifat arbiter. Dengan demikian setelah peneliti meyimpulkan mengenai definisi pembelajaran dan berbicara, maka pada intinya pembelajaran berbicara merupakan keterampilan berbahasa. Dalam keterampilan berbahasa ada keterampilan berbicara, maka pembelajaran keterampilan berbicara adalah proses memeroleh keterampilan berbahasa yang didahului oleh keterampilan meyimak yang kemudian kemampuan berbicara dipelajari.
7.      Metode dan Teknik Penelitian
7.1 Metode Penelitian
Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Jadi metode penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memeroleh data penelitian. Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan metode kualitiatif yang bersifat deskriptif yakni sebuah pemecahan masalah dengan jalan menyusun, mengumpulkan data dan menganalisis tentang data tersebut.
Metode deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip maksim kesantunan pada acara Talk Show Kick Andy di Metro TV dengan memanfaatkan rancangan teori pragmatik. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian peneliti menyusun rencana pemelajaran yang tepat untuk pemelajaran berbicara dengan menyusun prinsip-prinsip kesantunan.
7.2 Teknik Penelitian
7.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian adalah sebuah cara atau alat untuk meyaring data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka dan teknik analisis. Untuk memeroleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Teknik Studi Pustaka, yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan bahan, informasi yang berhubungan dengan data atau masalah yang sedang diteliti atau dengan cara mencari, memelajari, menelaah pelbagai literatur yang berhubungan dengan aspek dalam penelitian ini.
2.      Teknik rekam, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel dalam penelitian. Teknik rekam dan simak cata akan digunakan dalam penelitian ini karena data yang digunakan berupa tayangan televisi pada acara Kick Andy di Metro TV, mengahruskan peneliti menyimak dan mencatatnya. Agar hasil simakan lebih dapat dipertanggung jawabkan maka dari itu peneliti memutuskan akan merekam hasil simakan dan kemudian mencatatnya.
7.2.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi. Sehubungan dengan hal itu, Bungin (2006:219) menyatakan teknik analisis isi (conten analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis ini berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis isi untuk menganalisis hasil rekaman acara Kick Andy berupa wacana dialog yang mengandung prinsip-prinsip kesantunan dalam pembicaraan antara pembawa acara dengan para bintang tamu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Data yang diperoleh dengan cara merekam tayangan acara Talk Show Kick Andy di Metro TV.
2.      Data yang telah terkumpul berupa hasil percakapan tayangan acara Talk Show Kick Andy diubah ke dalam bentuk wacana tulis.
3.      Menganalisis prinsip-prinsip maksim kesantunan yang terdapat dalam wacana tulisan.
4.      Mengklasifikasikan jenis prinsip-prinsip maksim kesopanan yang digunakan.
5.      Setelah mengklasifikasikan jenisnya kemudian dipersiapkan cara pemelajaran berbicara sesuai dengan KTSP yang berlaku.
6.      Menyimpulkan.
8.      Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek penelitian di mana data menempel. Sumber data berupa kesluruhan objek penelitian baik berupa benda atau gerak manusia maupun gejala-gejala yang mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Arikunto, 2006:145).
Berkaitan dengan itu sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil rekaman acara Kick Andy di Metro TV. Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai hanya 3 tayangan atau 3 episode saja. Sumber data lainya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah buku-buku atau literature-literatur yang menjelaskan tenteng teori maksim kesantunan.
9.      Jadwal Penelitian
No
Tahap

Kegiatan

Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
1
Persiapan
Ø Penetapan objek penelitian
Ø Pengajuan
Ø Seminar proposal
Ø Perbaikan proposal
Ø Pengesahan proposal
Ø Bimbingan intensif proposal
X

X
X
X
X
X





2
Penyusunan skripsi

Ø Pengumpulan data
Ø Analisis data
Ø Penyususnan skripsi
Ø Bimbingan Bab 1
Ø Bimbingan Bab 2
Ø Bimbingan Bab 3
Ø Bimbingan Bab 4
Ø Bimbingan Bab 5

X
X
X
X




X
X






X








X

3
Siding skripsi
Ø Penggandaan skripsi
Ø Pendaftaran ujian skripsi
Ø Presentasi hasil penelitian





X
X
X



10.  Daftar Pustaka
Ali, Lukman. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, MG dan Mukti. 1998. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://cucunguk bloger.blogspot.com/2009/03/kesantunan-berbahasa
Iskandar Muda. Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Nababan-Sri, Utari Subyanto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nadar, F.X. 2009. “Pragmatik dan Penelitian Pragmatik”. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pranomo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pealajar.
Rahardi, Kunjana. 2003. “Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik”. Malang : Dioma.
Subana. 2007. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Syamsuddin, Abin Makmun. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya.
Tarigan, HG. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan, HG. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.
Tirtarahardja, Umar. S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Yule, George. 1996. “Pragmatik (Di Terjemahan Oleh Indah Fajar Wahyuni)”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.   

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...