Friday, May 10, 2013

proposal penelitian analisis isi


ANALISIS MAKSIM KESANTUNAN DALAM ACARA TALK SHOW KICK ANDY DI METRO TV DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS XI SMA

oleh
Adis Rahmat S

1.      Latar Belakang Masalah
Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia bahasa dapat di kaji secara internal maupun eksternal. Kajian secara internal bahasa itu saja seperti struktur fonologisnya, morfologisnya atau struktur sintaksisnya. Kajian secara internal ini akan mengahasilkan perian-perian bahasa itu saja tanpa ada kaitanya dengan masalah lain di luar bahasa. Sebaliknya kajian secara eksternal berarti kajian itu dilakukan terhadap faktor-faktor atau hal-hal yang berada diluar bahasa yang berkaitan dengan pemakian bahasa oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Salah satu alasan mengapa seseorang menggunakan bahasa pada dasarnya adalah sebagai alat berkomunikasi untuk melakukan sesuatu, meminta sesuatu, membuat janji, melaporkan suatu berita, memberi salam, meminta maaf, mencari informasi dan mengundang seseorang di suatu acara. Tindak tutur ini merupakan bagian dari suatu percakapan yang merupakan sesuatu hal yang kadang-kadang menimbulkan suatu masalah baik bagi penutur maupun petuturnya. Bahasa dalam penerapanya selalu diikuti dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh pengguna bahasa tersebut baik secara lisan maupun secara tertulis. Hal ini ditunjukan supaya penutur dan lawan tutur memeroleh kejelasan dalam menagkap informsai yang disampaikan oleh penutur sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Bahasa merupakan cerminan kepribadian sesorang. Bahkan bahasa merupakan cerminan kepribadian bangsa. Artinya melalui bahasa sesorang atau suatu bangsa dapat di ketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak mengungkapkan pikiran atau perasaannya melalui tindak bahasa baik verbal maupun non verbal.
Berbahasa atau berprilaku santun merupakan kebutuhan setiap orang, bukan sekedar kewajiban. Sesorang berbahasa atau berprilaku santun sebenarnya lebih dimaksudkan sebagai wujud aktualisasi diri. Jika ternyata aktualisaasi diri dengan berbahasa dan berprilaku santun dapat berkenaan dengan mitra tutur, sebenarnya hanya efek. Bukan tujuan semua orang harus menjaga kehormatan dan martabat diri sendiri. Hal ini dimaksudkan agar orang lain juga menghargainya. Inilah yang di maksud dengan hakekat bahasa secara santun.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan kulturalismenya yang menjunjung tinggi akan moral ketimuran. Serta memegang teguh kemurnian dan keaslian adat istiadat bangsa Indonesia. Mengakibatkan sifat-sifat seperti gotong royong, ramah tamah dan sopan santun menjadi prinsip dasar yang dipakai dalam melakukan interaksi dan komunikasi bertutur sapa antara masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh Keith Alan (1986), bahwa sesungguhnya aktifitas bertutur sapa itu merupakan kegiatan yang berdimensi sosial dan bercorak cultural.
Kesopan santunan pada umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua partisipan yang dapat sebagai diri sendiri dan orang lain. Dalam percakapan, diri sendiri biasanya dikenali sebagai pembicara dan orang lain sebagai penyimak tetapi para pembicara juga memperlihatkan kesopan santunan kepada kelompok-kelompok ketiga. Yang mungkin hadir atau tidak dalam situasi ujar tersebut.
Kegiatan berbicara merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Kegiatan berbicara memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia selain untuk berkomunikasi juga untuk saling bertukar pikiran, saling memberikan informasi, saling mengungkapkan perasaan dan sebagainya. Yang semuanya tidak terlepas dari keterampilan berbahasa. Dengan kegiatan tersebut, pembicara dan pendengar merupakan pihak-pihak yang saling terlibat.
Pada haikatnya berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan gagasan, dan pengalaman. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar (audibel) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah alat dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan ide-ide yang dikombinasikan (Tarigan 1981:15). Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan perasaan. Dengan demikian, penulis tidak berlebihan jika menyatakan bahwa kegiatan berbicara berhubungan erat dengan kegiatan mendengar dan untuk menjadi pembicara yang baik harus mengetahui prinsip-prinsip dalam melakukan suatu pembicaraan.
Saat ini TV merupakan sebuah media elektronik yang bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat sebagai alat hiburan dan sebagai alat untuk mendapatkan informasi. Dewasa ini acara TV semakin marak, banyak acara-acara TV yang tidak mendidik dan bahasa yang di pakaipun tidak mengandung unsur kesopanan yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia, sehingga kita harus cerdik memilih dan meyaring tayangan yang berkualitas untuk kita konsumsi sebagai tontonan dan hiburan. Walaupun demikian sesuai dengan fungsi televisi sebagai media informasi dan hiburan. Televisipun menyajikan program-program yang mendidik salah satunya  pada acara Kick Andy di Metro TV wacana tuturnya dapat dipahami dan lebih menarik dengan menggunakan bahasa yang variatif dan mengandung prinsip-prinsip kesopanan. Penggunaan bahasa yang digunakan penyiar pada saat siaran akan dipengaruhi latar belakang dan cultural adat istiadat daerahnya masing-masing. Selain itu latar belakang pendidikan yang menjadi acuan dalam melakukan interaksi komunikasi dengan mempertimbangkan kesopanan berbahasa yang menjadi parameter dalam berkeomunikasi. Oleh sebab itu berdasarkan cara kerja pragmatik maka dapat di analisis pemakaian maksim kesantunan dalam acara Kick Andy di Metro TV.
Sehubungan dengan hal itu, Keith Allan (1986) menyatakan bahwa dalam sebuah masyarakat secara relative universal dapat dikatakan berprilaku hormat dan sopan itu hakikatnya dapat dilakukan secara amat gampang dengan cara memperhitungkan dan mempertimbangkan muka (face) dari pihak si mitra tutur (bearer) di dalam keseluruhan aktivitas dalam proses bertutur. Tanpa memperhatikan muka sesorang, dapat di jamin bahwa pertuturan yang terjadi tidak akan berjalan secara baik dan bakal terdapat banyak berbenturan yang akhirnya banyak terjadi kesalah pahaman.
Kesantunan (politiness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan bersama oleh suatu masyarakat tertentu. Kesantunan menjadi prasyarat  yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantutnan ini biasa di sebut “tatakrama”.
Maksim adalah prinsip subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam mengambil sikap-sikap dan tindakan konkret (Kunjana, 2003:24). Dapat di lihat dalam tiga kata pertama dalam definisi tersebut yaitu “maksim adalah prinsif”. Lebih kusus lagi yaitu prinsif subjektif.
Prinsip berbahasa yang sampai saat ini paling lengkap, paling mapan dan paling komprehensif yang di sampaikan oleh Leech (1983) yaitu sebagai berikut (i) maksim kebijaksanaan, (ii) maksim kedermawanan, (iii) maksim penghargaan, (iv) maksim kesederhanaan, (v) maksim pemufakatan, dan (vi) maksim simpati.
Menurut Jacob (1983) pragmatik adalah ilmu bahasa yang memelajari pemakaian atau penggunaan bahasa yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakaknginya. Selanjutnya George (1996) telah menunjukan bahwa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya.
Agar menjadi pembicara atau pendengar yang baik, seorang pembicara atau pendengar harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Persiapan pembelajaran berbicara khususnya SMA telah disusun berdasarkan model kurikulum (KTSP).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, khususnya ditinjau dari aspek prgmatik terutama masalah maksim kesantunan penting dan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti memilih judul “ANALISIS MAKSIM KESANTUNAN DALAM ACARA TALK SHOW KICK ANDY DI METRO TV DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS XI SMA”.
2.      Kajian  yang Relevan
Untuk mendapatkan dan memperjelas posisi peneliti perlu dilakukan kajian terhadap penelitian sejenis yang berkaitan dengan masalah-masalah yang sudah diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Untung Isdianto (2008) Universitas Indonesia dengan judul “Pelangaran Maksim-Maksim Kesantunan dalam Naskah Drama Tuk”. Dalam penelitian tersebut di analisis penyimpangan-penyimpangan maksim kesantunan pada naskah drama Tuk karya Bambang Widoyo SP kemudian dicari faktor-faktor apa saja yang leatar belakangi terjadinya penyimpangan tersebut.
Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian tersebut adalah dalam hal sumber data. Dalam penelitian ini, dialog percakapan pembawa acara Kick Andy dengan nara sumber yang dijadikan sebagai sumber data, sedangkan Untung menggunakan dialog tokoh dalam naskah drama Tuk.
3.      Fokus Penelitian
Menurut Arikunto (2006, 22) menyatakan bahwa agar penelitian dapat dilakukan sebaik-baiknya, maka peneliti merumuskan masalah-maslah sehingga jelas dari mana harus mulai, harus pergi dan dengan apa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan agar ruang lingkup masalah penelitian ini tidak terlalu meluas. Penelitian ini perlu dibatasi yaitu hanya pada analisis maksim kesantunan yang terdapat pada dialog penyiar TV acar Kick Andy. Adapun komponen-komponen yang akan diteliti adalah sebagi berikut :
1.      Pelaksanaan dan pelanggaran prinsip-prinsip maksim kesantunan dalam dialog acara Kick Andy di Metro TV.
2.      Pelaksanaan dan pelanggaran kesantunan berdasarkan parameter kesantunan.
3.      Rencana persiapan pembelajaran maksim kesantunan dalam pembelajaran berbicara.


4.      Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersbut, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Adakah pelaksanaan dan pelanggaran prinsip-prinsip maksim kesopanan yang terdapat dalam dialog penyiar TV acara Talk Show Kick Andy di Metro TV?
2.      Bagaimana pelaksanaan dan pelanggaran maksim kesantunan berdasarkan parameter kesantunan?
3.      Dapatkah analisi penelitian ini dijadikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan maksim kesopanan dalam kemampuan berbicara dengan bahan acara Talk Show Kick Andy di Metro TV? 
5.      Tujuan Penelitian
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan selalu mengacu pada tujuan-tujuan, demikian juga dengan penelitian ini. Berdasarkan pada masalah yang telah disebutkan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dialog dalam acara Kick Andy di Metro TV mengandung prinsip kesantunan.
1.      Mendeskripsikan pelaksanaan dan pelangaran prinsip-prinsip kesantunan yang terdapat pada dialog penyiar TV acara Kick Andy di Metro TV.
2.      Mendeskripsikan pelaksanaan dan pelanggaran maksim kesantunan berdasarkan parameter kesantunan.
3.      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berbicara yang tepat sesuai dengan hasil analisis maksim kesantunan dalam acara Talk Show Kick Andy di Metro TV.
6.      Tinjuan Pustaka
6.1 Pengertian Pragmatik
Yule (1996:3 dalam terjemahan Idah), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Leech (dalam Nadar 2009:2) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.
Levinson (dalam Nadar 2009:4) yang mendefinisikan pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahas.
Menurut Verhaar dalam Kunjana (2003:10) pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang memelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dan lawan tutur, sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang dari ilmu linguistik yang berkaitan dengan makna antara penutur dan mitra tutur yang dikaitkan dengan konteks situasi masyarakat disekelilingnya.
Ditinjau dari segi ilmu pragmatik, penelitian ini menganalisis prinsip-prinsip sesantunan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur dalam konteks situasi kemasyarakatan. Maksudnya yaitu antara wacana tutur atau ujaran pembawa acara di televise dengan bintang tamu.
6.2 Maksim Kesantunan
Menurut KBBI maksim adalah pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran umum atau sifat-sifat manusia, aforisme pribahasa.
Menurut Imanuelkant maksim adalah prinsif subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam mengambil sikap-sikap dan tindakan kongkret (Magnis Suseno, 1997:146). Dapat dilihat dalam tiga kata pertama dalam definisi tersebut yaitu “maksim adalah prinsip”.
Menurut Mannur Muchlish kesantunan (politiness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan bersama oleh suatu masyarakat tertentu. Kesantunan menjadi prasyarat  yang disepakati oleh perilaku social. Oleh karena itu, kesantutnan ini biasa di sebut “tatakrama”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa maksim kesantunan adalah prinsip-prinsip bersikap atau bertingkah laku seseorang dalam melakukan suatu tindakan konkret disertai norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang disepakati secara bersama.
Lech memandang prinsip kesantunan sebagai “piranti” untuk menjelaskan mengapa penutur sering bertutur secara tidak langsung (indirect) dalam mengungkapkan maksudnya. Motivasi penggunaan tindak tutur tidak langsung dimaksudkan agar ujaran terdengar santun. Suatu tuturan dikatakan santun apabila dapat meminimalkan pengungkapan pendapat yang tidak santun. Prinsip-prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kemurahan (generosity maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur.
a. Maksim kebijaksanaan
Maksim ini diutarakan dalam tuturan impositif dan komisif. Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dalam hal ini Leech (dalam Nadar 2009 : 29) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Seperti pada contoh di bawah ini :
A    : “Silahkan makan saja dulu, nak! Tadi kami semua sudah pada mendahului lo. Bebas saja!”
B     : “Wah . . . saya jadi tidak enak bu!”
b. Maksim kemurahan
Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Dengan maksim kemurahan atau kedermawanan diharapkan para peserta tutur akan dapat menghormati orang lain dengan benar-benar baik. Penghormatan kepada orang lain dapat terjadi apabila orang dapat mengurangi kadar keuntungan bagi diri sendiri, dan memaksimalkan kadar keuntungan bagi pihak lain. Dengan sikap dermawan kepada pihak yang lain, yakni dengan cara mengutamakan dan mendahulukuan kepentingan bagi orang lain. Orang tersebut akan dipandang sebagai orang yang benar-benar santun di dalam suatu masyarakat tutur. Seperti pada contoh di bawah ini:
A    : “Mari saya cucikan baju kotormu. Pakian kotorku tidak banyak ko. Tidak apa-apa!”
B     : “Tidak usah mbak. Nanti siang saya akan memcuci juga ko”.
c. Maksim penerimaan
Maksim penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Orang akan dianggap santun di dalam masyarakat bahasa apabila di dalam praktik bertutur selalu berusaha untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada pihak lain secara optimal. Seperti pada contoh berikut :
A    : “Pak, tadi aku sudah memulai kuliah perdana untuk kelas bahasa German”.
B     : “Oya, tadi aku mendengar bahasa Germanmu jelas sekali”.
d. Maksim kerendahan hati
Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.orang yang di anggap santun dalam maksim ini adalah orang yang bersikap rendah hati. Maksim ini dituturkan dengan tuturan ekspresif dan sertif. Seperti pada contoh berikut :
A    : “Nanti ibu yang memberikan sambutan ya dalam rapat desa!”
B     :”Waduh. . . Nanti grogi aku. Jangan aku ah!”
e. Maksim kecocokan
Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Seperti pada contoh berikut :
A    : “Nanti malam kita makan malam bersama ya”.
B     : “Boleh. Saya tunggu di bambu resto aja!”
f. Maksim kesimpatian
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapat kesusahan, atau musibah penutur layak berduka, atau mengutarakan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian. Seperti pada contoh berikut :
A     : “Kakekku meninggal!”
B     : “Aku turut berduka cita”.    
6.3  Parameter Kesantunan
Pada model kesantunan Geoffery N. Lecch (1983) dijelaskan bahwa setiap maksim interpersonal di dalam kerangka pragmatik dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan dari sebuah tuturan. Berikut sekala kesantunan yang disampaikan oleh Lecch.
a.       Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur di dalam sebuah peristiwa pertuturan tertentu. Dampak dari sebuah tuturan tersebut merugikan diri bagi si penuturnya sendiri, maka cenderung semakin dianggap santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin tuturan tersebut menguntungkan bagi diri penuturnya sendiri dan merugikan bagi sang mitra tuturnya, akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu.
b.      Optionality scale atau skala pilihan. Skala kesantunan ini menunjukan kepada banyak atau sedikitnya alternatipe pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur dalam praktik bertutur yang sebenarnya. Semakin oertuturan memungkinkan si penutur atau mitra tutur itu menentukan pilihan yang banyak dan dengan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut.
c.       Indirectness sacle atau skala ketidaklangsungan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud dari sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung, to the point, apa adanya, tidak berbelit-belit, tidak banyak basa-basi akan cenderung dianggap semakin tidak santunlah tuturan yang demikian itu.
d.      Authority scale atau skala keotoritasan atau skala kekuasaan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk kepada hubungan status sosial antara si penutur dan si mitra tutur yang terlibat di dalam proses pertuturan tertentu. Ditegaskan dalam skala kesantunan berbahasa ini, bahwa semakin jauh distansi atau jarak peringkat sosial (rank rating) antara si penutur dan si mitra tutur. Tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin sopan dan kian santun.
e.       Social distance scale atau skala jarak sosial. Skala kesantunan ini menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara si penutur dan mitra tutur yang terlibat di dalam pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial diantara keduannya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu, demikian pula sebaliknya.
6.4  Televisi
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Selanjutnya menurut Wikipedia televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Sedangkan stasiun televisi merupakan suatu stasiun penyiaran yang menyebarkan siarannya dalam bentuk audio dan video. Berbagai teknologi dalam pertelevisian memang meiliki perbedaan yang spesifik. Namun tujuannya tetap sama yaitu :
Ø  Memberikan informasi
Ø  Menghibur
Ø  Mendidik
Ø  Memengaruhi khalayak ramai
Pada umumnya isi program siaran televisi maupun radio meliputi acara seperti diterangkan berikut dengan tentunya penggunaan berbagai nama benda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masing-masing. Meliputi acara laporan berita, talk show, call-in show, documentair, magazine, rural program, advertsiting, education atau instructional, art dan culture, music, soap operas, TV movies, game show dan komedi. Adapun fungsi dari media massa televisi yaitu :
Ø  Menyampaikan fakta
Ø  Menyajikan opini atau analisis
Ø  Melakukan investigasi
Ø  Hiburan
Ø  Control
Ø  Analisis kebijakan
6.5  Pemelajaran Berbicara
Pembelajaran bahasa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (GBPP 1994). Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Mulyasa, 2003:100). Selanjutnya pembelajaran menurut Wikipedia adalah bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran, tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Sedangkan menurut Hilgard (dalam Abin, 2004:157) pemelajaran adalah suatu proses perubahan perilaku atau peribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai bahasa kearah yang lebih baik melalui perubahan perilaku atau peribadi dalam memeroleh ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan gagasan, dan pengalaman. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar (audibel) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah alat dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan ide-ide yang dikombinasikan (Tarigan, 2008:3).
Adapun menurut Arsyad (1988:53) bahwa berbicara adalah mengungkapkan kalimat untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan atau pesan yang disampaikannya.
Menurut Keraf (2001:2) berbicara merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan bunyi ujaran yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata.
Sedangkan menurut KBBI berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuai yang dimaksudkan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan berbicara adalah suatu keterampilan yang dipelajari untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang menggunakan sejumlah otot atau jaringan tubuh manusia dan bunyi ujaran yang bersifat arbiter. Dengan demikian setelah peneliti meyimpulkan mengenai definisi pembelajaran dan berbicara, maka pada intinya pembelajaran berbicara merupakan keterampilan berbahasa. Dalam keterampilan berbahasa ada keterampilan berbicara, maka pembelajaran keterampilan berbicara adalah proses memeroleh keterampilan berbahasa yang didahului oleh keterampilan meyimak yang kemudian kemampuan berbicara dipelajari.
7.      Metode dan Teknik Penelitian
7.1 Metode Penelitian
Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Jadi metode penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memeroleh data penelitian. Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan metode kualitiatif yang bersifat deskriptif yakni sebuah pemecahan masalah dengan jalan menyusun, mengumpulkan data dan menganalisis tentang data tersebut.
Metode deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip maksim kesantunan pada acara Talk Show Kick Andy di Metro TV dengan memanfaatkan rancangan teori pragmatik. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian peneliti menyusun rencana pemelajaran yang tepat untuk pemelajaran berbicara dengan menyusun prinsip-prinsip kesantunan.
7.2 Teknik Penelitian
7.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian adalah sebuah cara atau alat untuk meyaring data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka dan teknik analisis. Untuk memeroleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Teknik Studi Pustaka, yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan bahan, informasi yang berhubungan dengan data atau masalah yang sedang diteliti atau dengan cara mencari, memelajari, menelaah pelbagai literatur yang berhubungan dengan aspek dalam penelitian ini.
2.      Teknik rekam, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel dalam penelitian. Teknik rekam dan simak cata akan digunakan dalam penelitian ini karena data yang digunakan berupa tayangan televisi pada acara Kick Andy di Metro TV, mengahruskan peneliti menyimak dan mencatatnya. Agar hasil simakan lebih dapat dipertanggung jawabkan maka dari itu peneliti memutuskan akan merekam hasil simakan dan kemudian mencatatnya.
7.2.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi. Sehubungan dengan hal itu, Bungin (2006:219) menyatakan teknik analisis isi (conten analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis ini berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis isi untuk menganalisis hasil rekaman acara Kick Andy berupa wacana dialog yang mengandung prinsip-prinsip kesantunan dalam pembicaraan antara pembawa acara dengan para bintang tamu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Data yang diperoleh dengan cara merekam tayangan acara Talk Show Kick Andy di Metro TV.
2.      Data yang telah terkumpul berupa hasil percakapan tayangan acara Talk Show Kick Andy diubah ke dalam bentuk wacana tulis.
3.      Menganalisis prinsip-prinsip maksim kesantunan yang terdapat dalam wacana tulisan.
4.      Mengklasifikasikan jenis prinsip-prinsip maksim kesopanan yang digunakan.
5.      Setelah mengklasifikasikan jenisnya kemudian dipersiapkan cara pemelajaran berbicara sesuai dengan KTSP yang berlaku.
6.      Menyimpulkan.
8.      Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek penelitian di mana data menempel. Sumber data berupa kesluruhan objek penelitian baik berupa benda atau gerak manusia maupun gejala-gejala yang mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Arikunto, 2006:145).
Berkaitan dengan itu sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil rekaman acara Kick Andy di Metro TV. Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai hanya 3 tayangan atau 3 episode saja. Sumber data lainya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah buku-buku atau literature-literatur yang menjelaskan tenteng teori maksim kesantunan.
9.      Jadwal Penelitian
No
Tahap

Kegiatan

Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
1
Persiapan
Ø Penetapan objek penelitian
Ø Pengajuan
Ø Seminar proposal
Ø Perbaikan proposal
Ø Pengesahan proposal
Ø Bimbingan intensif proposal
X

X
X
X
X
X





2
Penyusunan skripsi

Ø Pengumpulan data
Ø Analisis data
Ø Penyususnan skripsi
Ø Bimbingan Bab 1
Ø Bimbingan Bab 2
Ø Bimbingan Bab 3
Ø Bimbingan Bab 4
Ø Bimbingan Bab 5

X
X
X
X




X
X






X








X

3
Siding skripsi
Ø Penggandaan skripsi
Ø Pendaftaran ujian skripsi
Ø Presentasi hasil penelitian





X
X
X



10.  Daftar Pustaka
Ali, Lukman. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, MG dan Mukti. 1998. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://cucunguk bloger.blogspot.com/2009/03/kesantunan-berbahasa
Iskandar Muda. Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Nababan-Sri, Utari Subyanto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nadar, F.X. 2009. “Pragmatik dan Penelitian Pragmatik”. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pranomo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pealajar.
Rahardi, Kunjana. 2003. “Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik”. Malang : Dioma.
Subana. 2007. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Syamsuddin, Abin Makmun. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya.
Tarigan, HG. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan, HG. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.
Tirtarahardja, Umar. S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Yule, George. 1996. “Pragmatik (Di Terjemahan Oleh Indah Fajar Wahyuni)”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.   

No comments:

Post a Comment

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...