ANALISIS
MAKSIM KESANTUNAN DALAM ACARA TALK SHOW KICK ANDY DI METRO TV DAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS XI SMA
oleh
Adis Rahmat S
1.
Latar
Belakang Masalah
Sebagai alat komunikasi
dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia bahasa dapat di kaji secara
internal maupun eksternal. Kajian secara internal bahasa itu saja seperti
struktur fonologisnya, morfologisnya atau struktur sintaksisnya. Kajian secara
internal ini akan mengahasilkan perian-perian bahasa itu saja tanpa ada
kaitanya dengan masalah lain di luar bahasa. Sebaliknya kajian secara eksternal
berarti kajian itu dilakukan terhadap faktor-faktor atau hal-hal yang berada
diluar bahasa yang berkaitan dengan pemakian bahasa oleh para penuturnya di
dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Salah satu alasan
mengapa seseorang
menggunakan bahasa pada dasarnya adalah sebagai alat berkomunikasi
untuk melakukan sesuatu, meminta sesuatu, membuat janji,
melaporkan suatu berita, memberi salam, meminta maaf, mencari informasi dan
mengundang seseorang di suatu acara. Tindak tutur ini merupakan bagian dari
suatu percakapan yang merupakan sesuatu hal yang kadang-kadang menimbulkan
suatu masalah baik bagi penutur maupun petuturnya. Bahasa
dalam penerapanya selalu diikuti dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh
pengguna bahasa tersebut baik secara lisan maupun secara tertulis. Hal ini
ditunjukan supaya penutur dan lawan tutur memeroleh kejelasan dalam menagkap
informsai yang disampaikan oleh penutur sehingga komunikasi dapat berjalan
dengan lancar.
Bahasa merupakan
cerminan kepribadian sesorang. Bahkan bahasa merupakan cerminan kepribadian
bangsa. Artinya melalui bahasa sesorang atau suatu bangsa dapat di ketahui
kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur apakah sesorang memiliki kepribadian
baik atau buruk jika mereka tidak mengungkapkan pikiran atau perasaannya
melalui tindak bahasa baik verbal maupun non verbal.
Berbahasa atau
berprilaku santun merupakan kebutuhan setiap orang, bukan sekedar kewajiban.
Sesorang berbahasa atau berprilaku santun sebenarnya lebih dimaksudkan sebagai
wujud aktualisasi diri. Jika ternyata aktualisaasi diri dengan berbahasa dan
berprilaku santun dapat berkenaan dengan mitra tutur, sebenarnya hanya efek.
Bukan tujuan semua orang harus menjaga kehormatan dan martabat diri sendiri.
Hal ini dimaksudkan agar orang lain juga menghargainya. Inilah yang di maksud
dengan hakekat bahasa secara santun.
Masyarakat Indonesia
terkenal dengan kulturalismenya yang menjunjung tinggi akan moral ketimuran.
Serta memegang teguh kemurnian dan keaslian adat istiadat bangsa Indonesia.
Mengakibatkan sifat-sifat seperti gotong royong, ramah tamah dan sopan santun
menjadi prinsip dasar yang dipakai dalam melakukan interaksi dan komunikasi
bertutur sapa antara masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh Keith Alan
(1986), bahwa sesungguhnya aktifitas bertutur sapa itu merupakan kegiatan yang
berdimensi sosial dan bercorak cultural.
Kesopan santunan pada
umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua partisipan yang dapat sebagai diri
sendiri dan orang lain. Dalam percakapan, diri sendiri biasanya dikenali
sebagai pembicara dan orang lain sebagai penyimak tetapi para pembicara juga
memperlihatkan kesopan santunan kepada kelompok-kelompok ketiga. Yang mungkin
hadir atau tidak dalam situasi ujar tersebut.
Kegiatan berbicara
merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Kegiatan berbicara memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia selain untuk berkomunikasi juga untuk saling bertukar
pikiran, saling memberikan informasi, saling mengungkapkan perasaan dan
sebagainya. Yang semuanya tidak terlepas dari keterampilan berbahasa. Dengan
kegiatan tersebut, pembicara dan pendengar merupakan pihak-pihak yang saling
terlibat.
Pada haikatnya berbicara merupakan
suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyampaikan gagasan, dan pengalaman. Sebagai perluasan dari
batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda yang
dapat didengar (audibel) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan
sejumlah alat dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan
ide-ide yang dikombinasikan (Tarigan 1981:15). Pendengar menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan perasaan. Dengan demikian,
penulis tidak berlebihan jika menyatakan bahwa kegiatan berbicara berhubungan
erat dengan kegiatan mendengar dan untuk menjadi pembicara yang baik harus
mengetahui prinsip-prinsip dalam melakukan suatu pembicaraan.
Saat ini TV merupakan
sebuah media elektronik yang bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat sebagai
alat hiburan dan sebagai alat untuk mendapatkan informasi. Dewasa ini acara TV
semakin marak, banyak acara-acara TV yang tidak mendidik dan bahasa yang di
pakaipun tidak mengandung unsur kesopanan yang merupakan ciri khas bangsa
Indonesia, sehingga kita harus cerdik memilih dan meyaring tayangan yang
berkualitas untuk kita konsumsi sebagai tontonan dan hiburan. Walaupun demikian
sesuai dengan fungsi televisi sebagai media informasi dan hiburan. Televisipun
menyajikan program-program yang mendidik salah satunya pada acara Kick Andy di Metro TV wacana
tuturnya dapat dipahami dan lebih menarik dengan menggunakan bahasa yang
variatif dan mengandung prinsip-prinsip kesopanan. Penggunaan bahasa yang
digunakan penyiar pada saat siaran akan dipengaruhi latar belakang dan cultural
adat istiadat daerahnya masing-masing. Selain itu latar belakang pendidikan
yang menjadi acuan dalam melakukan interaksi komunikasi dengan mempertimbangkan
kesopanan berbahasa yang menjadi parameter dalam berkeomunikasi. Oleh sebab itu
berdasarkan cara kerja pragmatik maka dapat di analisis pemakaian maksim
kesantunan dalam acara Kick Andy di Metro TV.
Sehubungan dengan hal
itu, Keith Allan (1986) menyatakan bahwa dalam sebuah masyarakat secara
relative universal dapat dikatakan berprilaku hormat dan sopan itu hakikatnya
dapat dilakukan secara amat gampang dengan cara memperhitungkan dan
mempertimbangkan muka (face) dari
pihak si mitra tutur (bearer) di
dalam keseluruhan aktivitas dalam proses bertutur. Tanpa memperhatikan muka
sesorang, dapat di jamin bahwa pertuturan yang terjadi tidak akan berjalan
secara baik dan bakal terdapat banyak berbenturan yang akhirnya banyak terjadi
kesalah pahaman.
Kesantunan (politiness), kesopansantunan atau
etiket adalah tatacara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan bersama oleh suatu
masyarakat tertentu. Kesantunan menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh
karena itu, kesantutnan ini biasa di sebut “tatakrama”.
Maksim adalah prinsip
subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam mengambil sikap-sikap
dan tindakan konkret (Kunjana, 2003:24). Dapat di lihat dalam tiga kata pertama
dalam definisi tersebut yaitu “maksim
adalah prinsif”. Lebih kusus lagi yaitu prinsif subjektif.
Prinsip berbahasa yang
sampai saat ini paling lengkap, paling mapan dan paling komprehensif yang di
sampaikan oleh Leech (1983) yaitu sebagai berikut (i) maksim kebijaksanaan,
(ii) maksim kedermawanan, (iii) maksim penghargaan, (iv) maksim kesederhanaan,
(v) maksim pemufakatan, dan (vi) maksim simpati.
Menurut Jacob (1983)
pragmatik adalah ilmu bahasa yang memelajari pemakaian atau penggunaan bahasa
yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam
masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakaknginya.
Selanjutnya George (1996) telah menunjukan bahwa pragmatik sesungguhnya adalah
ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia
dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya.
Agar menjadi pembicara
atau pendengar yang baik, seorang pembicara atau pendengar harus mempersiapkan
diri sebaik mungkin. Persiapan pembelajaran berbicara khususnya SMA telah
disusun berdasarkan model kurikulum (KTSP).
Berdasarkan uraian
tersebut di atas, khususnya ditinjau dari aspek prgmatik terutama masalah
maksim kesantunan penting dan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti
memilih judul “ANALISIS MAKSIM KESANTUNAN DALAM ACARA TALK SHOW KICK ANDY DI
METRO TV DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBICARA DI KELAS XI SMA”.
2.
Kajian yang Relevan
Untuk mendapatkan dan
memperjelas posisi peneliti perlu dilakukan kajian terhadap penelitian sejenis
yang berkaitan dengan masalah-masalah yang sudah diteliti. Penelitian yang
dilakukan oleh Untung Isdianto (2008) Universitas Indonesia dengan judul
“Pelangaran Maksim-Maksim Kesantunan dalam Naskah Drama Tuk”. Dalam penelitian
tersebut di analisis penyimpangan-penyimpangan maksim kesantunan pada naskah
drama Tuk karya Bambang Widoyo SP kemudian dicari faktor-faktor apa saja yang
leatar belakangi terjadinya penyimpangan tersebut.
Perbedaan penelitian
peneliti dengan penelitian tersebut adalah dalam hal sumber data. Dalam penelitian
ini, dialog percakapan pembawa acara Kick Andy dengan nara sumber yang
dijadikan sebagai sumber data, sedangkan Untung menggunakan dialog tokoh dalam
naskah drama Tuk.
3.
Fokus
Penelitian
Menurut Arikunto (2006,
22) menyatakan bahwa agar penelitian dapat dilakukan sebaik-baiknya, maka
peneliti merumuskan masalah-maslah sehingga jelas dari mana harus mulai, harus
pergi dan dengan apa.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang ada dan agar ruang lingkup masalah penelitian ini tidak
terlalu meluas. Penelitian ini perlu dibatasi yaitu hanya pada analisis maksim
kesantunan yang terdapat pada dialog penyiar TV acar Kick Andy. Adapun
komponen-komponen yang akan diteliti adalah sebagi berikut :
1. Pelaksanaan
dan pelanggaran prinsip-prinsip maksim kesantunan dalam dialog acara Kick Andy
di Metro TV.
2. Pelaksanaan
dan pelanggaran kesantunan berdasarkan parameter kesantunan.
3. Rencana
persiapan pembelajaran maksim kesantunan dalam pembelajaran berbicara.
4. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan
fokus penelitian yang telah ditetapkan tersbut, maka pertanyaan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah
pelaksanaan dan pelanggaran prinsip-prinsip maksim kesopanan yang terdapat
dalam dialog penyiar TV acara Talk Show Kick Andy di Metro TV?
2. Bagaimana
pelaksanaan dan pelanggaran maksim kesantunan berdasarkan parameter kesantunan?
3. Dapatkah
analisi penelitian ini dijadikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan maksim kesopanan dalam kemampuan berbicara dengan bahan acara Talk
Show Kick Andy di Metro TV?
5.
Tujuan
Penelitian
Tujuan adalah sesuatu
yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan selalu mengacu pada tujuan-tujuan,
demikian juga dengan penelitian ini. Berdasarkan pada masalah yang telah
disebutkan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dialog
dalam acara Kick Andy di Metro TV mengandung prinsip kesantunan.
1. Mendeskripsikan
pelaksanaan dan pelangaran prinsip-prinsip kesantunan yang terdapat pada dialog
penyiar TV acara Kick Andy di Metro TV.
2. Mendeskripsikan
pelaksanaan dan pelanggaran maksim kesantunan berdasarkan parameter kesantunan.
3. Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran berbicara yang tepat sesuai dengan hasil
analisis maksim kesantunan dalam acara Talk Show Kick Andy di Metro TV.
6.
Tinjuan
Pustaka
6.1
Pengertian Pragmatik
Yule (1996:3 dalam terjemahan Idah), misalnya, menyebutkan
empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2)
bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian
tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau
terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi
menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan
tertentu.
Leech (dalam Nadar 2009:2) melihat pragmatik
sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik.
Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian
dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari
pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai
dua bidang yang saling melengkapi.
Levinson (dalam Nadar 2009:4) yang mendefinisikan pragmatik merupakan
kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau
terkodifikasi dalam struktur bahas.
Menurut Verhaar dalam
Kunjana (2003:10) pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang memelajari dan
mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat
komunikasi dan interaksi antara si penutur dan lawan tutur, sebagai pengacuan
tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa.
Dari pengertian para
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang dari ilmu
linguistik yang berkaitan dengan makna antara penutur dan mitra tutur yang
dikaitkan dengan konteks situasi masyarakat disekelilingnya.
Ditinjau dari segi ilmu
pragmatik, penelitian ini menganalisis prinsip-prinsip sesantunan yang terjadi
antara penutur dan mitra tutur dalam konteks situasi kemasyarakatan. Maksudnya
yaitu antara wacana tutur atau ujaran pembawa acara di televise dengan bintang
tamu.
6.2
Maksim Kesantunan
Menurut KBBI maksim
adalah pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran umum atau sifat-sifat
manusia, aforisme pribahasa.
Menurut Imanuelkant
maksim adalah prinsif subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati orang dalam
mengambil sikap-sikap dan tindakan kongkret (Magnis Suseno, 1997:146). Dapat
dilihat dalam tiga kata pertama dalam definisi tersebut yaitu “maksim adalah prinsip”.
Menurut Mannur Muchlish
kesantunan (politiness),
kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat atau kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan bersama oleh
suatu masyarakat tertentu. Kesantunan menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku social. Oleh
karena itu, kesantutnan ini biasa di sebut “tatakrama”.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa maksim kesantunan adalah prinsip-prinsip bersikap atau bertingkah laku
seseorang dalam melakukan suatu tindakan konkret disertai norma-norma yang
berlaku di dalam masyarakat yang disepakati secara bersama.
Lech memandang prinsip
kesantunan sebagai “piranti” untuk menjelaskan mengapa penutur sering bertutur
secara tidak langsung (indirect) dalam mengungkapkan maksudnya. Motivasi
penggunaan tindak tutur tidak langsung dimaksudkan agar ujaran terdengar
santun. Suatu tuturan dikatakan santun apabila dapat meminimalkan pengungkapan
pendapat yang tidak santun. Prinsip-prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim yaitu maksim kebijaksanaan (tact
maxim), maksim kemurahan (generosity maxim), maksim penerimaan (approbation
maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement
maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan
ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan
orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan
tutur.
a. Maksim kebijaksanaan
Maksim ini diutarakan
dalam tuturan impositif dan komisif. Maksim ini menggariskan setiap peserta
pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan
bagi orang lain. Dalam hal ini Leech (dalam Nadar 2009 : 29) mengatakan
bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu
untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang
diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan
tuturan yang diutarakan secara langsung. Seperti pada contoh di bawah ini :
A :
“Silahkan makan saja dulu, nak! Tadi kami semua sudah pada mendahului lo. Bebas
saja!”
B :
“Wah . . . saya jadi tidak enak bu!”
b. Maksim kemurahan
Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan
rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang
lain. Dengan
maksim kemurahan atau kedermawanan diharapkan para peserta tutur akan dapat
menghormati orang lain dengan benar-benar baik. Penghormatan kepada orang lain
dapat terjadi apabila orang dapat mengurangi kadar keuntungan bagi diri
sendiri, dan memaksimalkan kadar keuntungan bagi pihak lain. Dengan sikap
dermawan kepada pihak yang lain, yakni dengan cara mengutamakan dan mendahulukuan
kepentingan bagi orang lain. Orang tersebut akan dipandang sebagai orang yang
benar-benar santun di dalam suatu masyarakat tutur. Seperti pada contoh di
bawah ini:
A : “Mari
saya cucikan baju kotormu. Pakian kotorku tidak banyak ko. Tidak apa-apa!”
B : “Tidak
usah mbak. Nanti siang saya akan memcuci juga ko”.
c. Maksim penerimaan
Maksim penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Maksim
ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi
diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Orang akan dianggap santun di dalam masyarakat bahasa apabila di dalam praktik
bertutur selalu berusaha untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada
pihak lain secara optimal. Seperti pada contoh berikut :
A : “Pak, tadi aku sudah memulai kuliah perdana
untuk kelas bahasa German”.
B : “Oya, tadi aku mendengar bahasa Germanmu
jelas sekali”.
d. Maksim kerendahan hati
Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut
setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri
sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.orang
yang di anggap santun dalam maksim ini adalah orang yang bersikap rendah hati.
Maksim ini dituturkan dengan tuturan ekspresif dan sertif. Seperti pada contoh
berikut :
A : “Nanti ibu yang memberikan sambutan ya
dalam rapat desa!”
B :”Waduh. . . Nanti grogi aku. Jangan aku
ah!”
e. Maksim kecocokan
Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk
memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di
antara mereka. Seperti pada contoh berikut :
A : “Nanti malam kita makan malam bersama ya”.
B : “Boleh. Saya tunggu di bambu resto aja!”
f. Maksim kesimpatian
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim
kesimpatian mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa
simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur
mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan
selamat. Bila lawan tutur mendapat kesusahan, atau musibah penutur layak
berduka, atau mengutarakan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian.
Seperti pada contoh berikut :
A : “Kakekku meninggal!”
B : “Aku turut berduka cita”.
6.3 Parameter Kesantunan
Pada
model kesantunan Geoffery N. Lecch (1983) dijelaskan bahwa setiap maksim
interpersonal di dalam kerangka pragmatik dapat dimanfaatkan untuk menentukan
peringkat kesantunan dari sebuah tuturan. Berikut sekala kesantunan yang
disampaikan oleh Lecch.
a. Cost-benefit
scale atau skala kerugian dan keuntungan. Skala kesantunan berbahasa ini
menunjuk pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh
sebuah tindak tutur di dalam sebuah peristiwa pertuturan tertentu. Dampak dari
sebuah tuturan tersebut merugikan diri bagi si penuturnya sendiri, maka
cenderung semakin dianggap santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya,
semakin tuturan tersebut menguntungkan bagi diri penuturnya sendiri dan
merugikan bagi sang mitra tuturnya, akan semakin dianggap tidak santunlah
tuturan itu.
b. Optionality scale
atau skala pilihan. Skala kesantunan ini menunjukan kepada banyak atau
sedikitnya alternatipe pilihan (options) yang
disampaikan si penutur kepada mitra tutur dalam praktik bertutur yang
sebenarnya. Semakin oertuturan memungkinkan si penutur atau mitra tutur itu
menentukan pilihan yang banyak dan dengan leluasa, akan dianggap semakin
santunlah tuturan tersebut.
c. Indirectness sacle atau
skala ketidaklangsungan. Skala kesantunan berbahasa ini menunjuk kepada
peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud dari sebuah tuturan. Semakin
tuturan itu bersifat langsung, to the
point, apa adanya, tidak berbelit-belit, tidak banyak basa-basi akan
cenderung dianggap semakin tidak santunlah tuturan yang demikian itu.
d. Authority scale atau
skala keotoritasan atau skala kekuasaan. Skala kesantunan berbahasa ini
menunjuk kepada hubungan status sosial antara si penutur dan si mitra tutur
yang terlibat di dalam proses pertuturan tertentu. Ditegaskan dalam skala
kesantunan berbahasa ini, bahwa semakin jauh distansi atau jarak peringkat
sosial (rank rating) antara si
penutur dan si mitra tutur. Tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi
semakin sopan dan kian santun.
e. Social distance scale atau
skala jarak sosial. Skala kesantunan ini menunjuk kepada peringkat hubungan
sosial antara si penutur dan mitra tutur yang terlibat di dalam pertuturan. Ada
kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial diantara keduannya,
akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu, demikian pula sebaliknya.
6.4 Televisi
Televisi
merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang ditemukan dengan
karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Selanjutnya menurut Wikipedia
televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Sedangkan stasiun
televisi merupakan suatu stasiun penyiaran yang menyebarkan siarannya dalam
bentuk audio dan video. Berbagai teknologi dalam pertelevisian memang meiliki
perbedaan yang spesifik. Namun tujuannya tetap sama yaitu :
Ø Memberikan
informasi
Ø Menghibur
Ø Mendidik
Ø Memengaruhi
khalayak ramai
Pada umumnya isi
program siaran televisi maupun radio meliputi acara seperti diterangkan berikut
dengan tentunya penggunaan berbagai nama benda sesuai dengan keinginan stasiun
televisi masing-masing. Meliputi acara laporan berita, talk show, call-in show,
documentair, magazine, rural program, advertsiting, education atau
instructional, art dan culture, music, soap operas, TV movies, game show dan
komedi. Adapun fungsi dari media massa televisi yaitu :
Ø Menyampaikan
fakta
Ø Menyajikan
opini atau analisis
Ø Melakukan
investigasi
Ø Hiburan
Ø Control
Ø Analisis
kebijakan
6.5 Pemelajaran Berbicara
Pembelajaran
bahasa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (GBPP 1994).
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik (Mulyasa, 2003:100). Selanjutnya pembelajaran menurut Wikipedia adalah
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan penguasaan kemahiran, tabiat serta pembentukan sikap dan
kepercayaan peserta didik. Sedangkan menurut Hilgard (dalam Abin, 2004:157)
pemelajaran adalah suatu proses perubahan perilaku atau peribadi seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Berdasarkan definisi para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa pemelajaran diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk menguasai bahasa kearah yang lebih baik melalui
perubahan perilaku atau peribadi dalam memeroleh ilmu dan pengetahuan
penguasaan kemahiran.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan gagasan, dan
pengalaman. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar (audibel) dan yang kelihatan (visible)
yang memanfaatkan sejumlah alat dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan ide-ide yang dikombinasikan (Tarigan, 2008:3).
Adapun menurut Arsyad (1988:53) bahwa berbicara
adalah mengungkapkan kalimat untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi,
gagasan atau pesan yang disampaikannya.
Menurut Keraf (2001:2) berbicara merupakan suatu
sistem komunikasi yang mempergunakan bunyi ujaran yang bersifat arbiter, yang
dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata.
Sedangkan menurut KBBI berbicara adalah beromong,
bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuai yang dimaksudkan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
berbicara adalah suatu keterampilan yang dipelajari untuk menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan yang menggunakan sejumlah otot atau jaringan tubuh manusia
dan bunyi ujaran yang bersifat arbiter. Dengan demikian setelah peneliti
meyimpulkan mengenai definisi pembelajaran dan berbicara, maka pada intinya
pembelajaran berbicara merupakan keterampilan berbahasa. Dalam keterampilan
berbahasa ada keterampilan berbicara, maka pembelajaran keterampilan berbicara
adalah proses memeroleh keterampilan berbahasa yang didahului oleh keterampilan
meyimak yang kemudian kemampuan berbicara dipelajari.
7.
Metode dan Teknik
Penelitian
7.1 Metode Penelitian
Arikunto (2006:160)
menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Jadi metode penelitian adalah
langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memeroleh data penelitian.
Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan metode kualitiatif yang
bersifat deskriptif yakni sebuah pemecahan masalah dengan jalan menyusun,
mengumpulkan data dan menganalisis tentang data tersebut.
Metode deskriptif ini
digunakan untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip maksim kesantunan pada acara
Talk Show Kick Andy di Metro TV dengan memanfaatkan rancangan teori pragmatik.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian peneliti menyusun rencana pemelajaran
yang tepat untuk pemelajaran berbicara dengan menyusun prinsip-prinsip
kesantunan.
7.2 Teknik Penelitian
7.2.1 Teknik Pengumpulan
Data
Teknik penelitian adalah sebuah cara atau alat untuk
meyaring data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka dan teknik analisis.
Untuk memeroleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Teknik
Studi Pustaka, yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan bahan, informasi yang
berhubungan dengan data atau masalah yang sedang diteliti atau dengan cara
mencari, memelajari, menelaah pelbagai literatur yang berhubungan dengan aspek
dalam penelitian ini.
2. Teknik
rekam, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel dalam
penelitian. Teknik rekam dan simak cata akan digunakan dalam penelitian ini
karena data yang digunakan berupa tayangan televisi pada acara Kick Andy di
Metro TV, mengahruskan peneliti menyimak dan mencatatnya. Agar hasil simakan
lebih dapat dipertanggung jawabkan maka dari itu peneliti memutuskan akan
merekam hasil simakan dan kemudian mencatatnya.
7.2.2
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi. Sehubungan dengan hal
itu, Bungin (2006:219) menyatakan teknik analisis isi (conten analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel),
dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis ini berhubungan
dengan komunikasi atau isi komunikasi.
Dalam penelitian ini
digunakan teknik analisis isi untuk menganalisis hasil rekaman acara Kick Andy
berupa wacana dialog yang mengandung prinsip-prinsip kesantunan dalam
pembicaraan antara pembawa acara dengan para bintang tamu. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Data yang diperoleh dengan cara merekam
tayangan acara Talk Show Kick Andy di Metro TV.
2.
Data yang telah terkumpul berupa hasil
percakapan tayangan acara Talk Show Kick Andy diubah ke dalam bentuk wacana
tulis.
3.
Menganalisis prinsip-prinsip maksim
kesantunan yang terdapat dalam wacana tulisan.
4.
Mengklasifikasikan jenis prinsip-prinsip
maksim kesopanan yang digunakan.
5.
Setelah mengklasifikasikan jenisnya
kemudian dipersiapkan cara pemelajaran berbicara sesuai dengan KTSP yang
berlaku.
6.
Menyimpulkan.
8.
Sumber
Data Penelitian
Sumber
data adalah subjek penelitian di mana data menempel. Sumber data berupa
kesluruhan objek penelitian baik berupa benda atau gerak manusia maupun
gejala-gejala yang mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Arikunto,
2006:145).
Berkaitan
dengan itu sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil rekaman
acara Kick Andy di Metro TV. Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai
hanya 3 tayangan atau 3 episode saja. Sumber data lainya yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah buku-buku atau literature-literatur yang menjelaskan
tenteng teori maksim kesantunan.
9.
Jadwal
Penelitian
No
|
Tahap
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
|||
1
|
Persiapan
|
Ø Penetapan
objek penelitian
Ø Pengajuan
Ø Seminar
proposal
Ø Perbaikan
proposal
Ø Pengesahan
proposal
Ø Bimbingan
intensif proposal
|
X
X
X
X
X
X
|
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan
skripsi
|
Ø Pengumpulan
data
Ø Analisis
data
Ø Penyususnan
skripsi
Ø Bimbingan
Bab 1
Ø Bimbingan
Bab 2
Ø Bimbingan
Bab 3
Ø Bimbingan
Bab 4
Ø Bimbingan
Bab 5
|
|
X
X
X
X
|
X
X
|
X
|
X
|
|
3
|
Siding
skripsi
|
Ø Penggandaan
skripsi
Ø Pendaftaran
ujian skripsi
Ø Presentasi
hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
X
X
X
|
10. Daftar Pustaka
Ali,
Lukman. 1993. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
Arsjad,
MG dan Mukti. 1998. Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://cucunguk
bloger.blogspot.com/2009/03/kesantunan-berbahasa
Iskandar Muda. Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung:
Rosdakarya.
Keraf,
Gorys. 2001. Komposisi Sebuah Pengantar
Kemahiran Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Nababan-Sri,
Utari Subyanto. 1993. Metodologi
Pengajaran Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nadar, F.X. 2009. “Pragmatik dan Penelitian Pragmatik”.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pranomo. 2009. Berbahasa
Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pealajar.
Rahardi, Kunjana.
2003. “Berkenalan dengan Ilmu Bahasa
Pragmatik”. Malang : Dioma.
Subana.
2007. Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Syamsuddin,
Abin Makmun. 2004. Psikologi
Kependidikan. Bandung : Rosdakarya.
Tarigan,
HG. 2008. Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan,
HG. 2009. Pengajaran Pragmatik.
Bandung : Angkasa.
Tirtarahardja,
Umar. S.L. La Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Yule, George. 1996.
“Pragmatik (Di Terjemahan Oleh Indah
Fajar Wahyuni)”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment