Friday, May 10, 2013

adaptasi cerepen ke dalam drama


“ADAPTASI CERPEN LEGENDA WONGASU
KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
KE DALAM TEKS DRAMA”

(Tugas Akhir Menulis Kreatif)


Oleh :
Adis Rahmat Sukadis
2222070362

Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2011


“Legenda Wongasu”

1.      Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan dalam drama ini, antara lain sebagai berikut :  
1.      Sukab : Berwajah sangar, rambutnya cepak, berkumis tipis, berbadan tegap dengan tinggi badan kurang lebih 170 cm, berkulit hitam, mempunyai sifat sadis dan ambisius, umurnya kira-kira 30 tahun. Mengenakan celana pendek, kaos singlet yang dekil dan tidak memakai alas kaki.
2.      Istri Sukab : Berwajah bulat, berambut panjang, berkulit coklat, tubuhnya agak gemuk, tinggi badannya kurang lebih 140 cm, umurnya kira-kira 27 tahun, mempunyai sifat yang penyabar. Mengenakan kaos coklat dengan celana pendek yang kusut dan memakai sandal jepit.
3.      Anak Sukab 1 : Berwajah polos, rambutnya botak, kulitnya hitam, tubuhnya kurus kerempeng, tinggi dadannya kurang lebih 100 cm, umurnya kira-kira 10 tahun, mempunyai sifat keras kepala. Mengenakan kaos putih dekil, celana kolor warna hijau tanpa mengenakan alas kaki.
4.      Anak Sukab 2 : Wajahnya lonjong, rambutnya botak, kulitnya hitam, tubuhnya kurus kerempeng, tinggi badannya kurang lebih 85 cm, umurnya kira-kira 8 tahun, mempunyai sifat manja. Mengenakan kaos warna putih, celana pendek hitam yang sobek dan tidak mengenakan alas kaki.
5.      Penjaga warung : Wajahnya bulat, rambutnya pendek, kulitnya coklat, tubuhnya gemuk, tingi badannya kurang lebih 165 cm, umurnya 40 tahunan, wataknya baik hati namun tegas. Mengenakan kaos warna hitam, celana panjang dan mengenakan sandal hitam.
6.      Anak-anak : Wajahnya bulat, rambutnya ikal, kulitnya coklat tubuhnya gemuk, umurnya kira-kira 7 tahun, tinggi badannya sekitar 80 cm, mempunyai sifat iri hati dan suka membicarakan orang. Mengenakan celana pendek, kaos merah dan mengenakan sandal jepit.
7.      Penduduk 1 : wajahnya keriput, rambutnya beruban, kulitnya putih, tubuhnya kurus kerempeng, tingginya 150 cm, umurnya kira-kira 60 tahun, mempunyai sifat baik hati dan suka menolong sesama. Mengenakan kopeah, baju koko putih, sarung warna putih dan mengenakan sandal jepit.
8.      Penduduk 2 : Wajanya bulat, rambutnya lurus, kulitnya sawo matang, tubuhnya gemuk, tingginya 160 cm, umurnya 35 th, sifatnya iri, pendendam dan pemarah. Mengenakan kaos warna hitam, celana panjang hitam dan mengenakan sepatu warna hitam.
9.      Trantib : badanya tegap, berwajah sangar, rambunta pendek, tubuhnya gemuk, berkulit coklat, tinginya 165 cm, umurnya 32 th, sifatnya sadis dan tidak mempunyai belas kasihan. Mengenakan seragam rapih dengan tongkat di tangannya.
10.  Polisi : Badannya tegap, berwajah tampan, rambutnya cepak, berkulit sawo matang, umurnya 29 tahun, tingginya 178 cm, mempunyai sifat baik hati. Mengenakan seragam lengkap dengan sepatunya.
2.      Setting
Di gubug rumah Sukab dekat kali, Komplek Perumahan, rel kereta, Stasiun Kota, warung penjual olahan daging anjing, kolong jembatan, kantor polisi, dan di jalan pedagang kaki lima.


Malam hari di pinggir kali, tepatnya dalam gubug kardus tempat tinggal Sukab bersama istrinya.
Sukab                 : Untung masih banyak pemakan anjing di kota ini, sehingga kita masih bisa makan dari hasil menangkap anjing. (sambil mengelus-ngelus kepala anaknya).
Istri Sukab          : Iya Mas!!! Kalo di kota ini sudah tidak ada orang yang memakan anjing lagi, pasti aku sudah kembali melacur lagi di kolong jembatan dan anak-anak kita mengais makanan dari tempat sampah. (sambil menunduk dan memeluk anaknya).
Sukab                 : Sudahlah jangan ngomong seperti itu lagi. Aku tidak sanggup mendengarnya. Kau doakan saja supaya malam ini aku mendapatkan buruan yang banyak agar kalian bisa makan kenyang.
Istri Sukab          : Iya Mas…….!!!!
Anak Sukab 2    : Bapak lapar……..!!!
Sukab                 : Iya nak, sabar ya. Nanti bapa pulang bawa makanan. Kamu tunggu saja di rumah jaga Ibumu (sambil mencium kening anaknya).
Istri Sukab          : Mas…….!!! Kau jangan pulang dengan tangan hampa, anak-anak menantimu dengan perut keroncongan. (sambil melambaikan tangannya ke pada Sukab).
Sukab                 : Aku pergi dulu….!!! (sambil melangkah meniggalkan rumahnya, berjalan menuju rel kereta yang gelap dan hilang termakan oleh gelapnya malam).
Di komplek perumahan tempat sukab biasa menagkap anjing.
Sukab                 : Kemana perginya anjing-anjing ini, biasanya berkeliaran membuat kegaduhan yang mengganggu penghuni komplek. Tumben malam ini tak ada seekor pun yang keliatan. Apa mereka semua sedang mogok makan ya, sampai saat ini tidak nampak satu ekorpun (duduk melamun dan berbicara sendiri sambil menggaruk-garuk kepalanya).
Penduduk 1        : Ah… rupanya kau “Wongasu”. Dari jauh aku liaat kau melamun saja, memangnya ada apa?
Sukab                 : Nggak ko…. Aku hanya bingung saja. Kenapa malam ini anjing-anjing liar tidak ada seekor pun yang kelihatan. Apa mereka semua takut padaku.?
Penduduk 1        : Hahahaha . . . . ya tentu saja tidak kelihatan lagi. Lagi pula anjing-anjing di komplek sini kan  sudah kau tangkap semua. Emangnya anjing setiap hari bisa beranak terus dan langsung besar begitu saja. Dengan seenak jidatmu langsung bisa kau buru setiap hari. (sambil memegangi perut dan tertawa geli).
Sukab                 : Bukankah anjing memang seperti itu?
Penduduk 1        : Wongasu-wongasu….. otakmu memang tidak ada isinya!!! Mana ada anjing begitu melahirkan langsung dewasa dan bisa kau buru.
Sukab                 : Memangnya kenapa? (sambil menatap penuh dengan kebingungan).
Penduduk 1        : Hahahaha…… Dasar kau wongasu!!! Tidak ada bedanya kau dengan anjing buruanmu sama-sama tidak punya otak. Sudahlah aku mau pulang. Cari saja di rel kerata sana, pasti banyak. (sambil berjalan meninggalkan sukab tetawa tak henti-hentinya)
Sukab                 : Kalau malam ini aku tidak mendapatkan buruanku. Anak istriku pasti akan kelaparan, kasian mereka mengharap aku pulang membawa makanan. Kemana harus aku cari anjing-anjing ini. (sambil berjalan mencari buruannya).
Di sepanjang rel kereta, tidak jauh dengan warung penjual olahan daging anjing.
Sukab                 : Setelah lelah aku mencari, akhirnya aku temukan juga kau anjing brengsek. (tanpa banyak basa basi ia langsung menyergap anjing tersebut). Untung saja malam ini aku bisa menagkap kau, sehingga anak istriku bisa makan. Sebaiknya aku langsung jual saja. (sambil memasukan anjing ke dalam karung dan berjalan menuju warung yang menerima tangkapannya)
Penduduk 2        : Heh… apa yang kau bawa itu?
Sukab                 : Mau apa kau? Mau tau saja urusan orang. (sambil berjalan dengan terburu-buru)
Penduduk 2        : Dasar orang sinting! Di tanya malah marah-marah (merasa heran dan jengkel dengan sukab).
Di warung tempat menjual berbagai macam olahan daging anjing.
Sukab                 : Ini…. hasil tangkapanku! (sambil menjatuhkan karung di hadapan penjual olahan daging anjing)
Pemilik warung  : Berapa ekor yang kau tangkap? (sambil melihat isi karung)
Sukab                 : Cuma satu ekor. Malam ini anjing-anjing sedang mogok makan, tidak ada yang berkeliaran.
Pemilik warung  : Kau kira para buruh, ada acara mogok makan segala! Aneh-aneh saja kau ini. Kecil sekali anjing ini! (sambil melihat ke muka Sukab)
Sukab                 : Masih untung itu ada yang bisa aku tangkap. Sudah sini mana uangnya?
Pemilik warung  : Tungu sebentar aku ambil dulu (berjalan ke dalam warung) ini uangnya. Lain kali kau tangkap yang ukuran jumbo, jangan yang mungil-mungil kau tangkap. (sambil memberikan uang ke pada Sukab) Ini kepalanya bawa saja pulang (memotong kepala anjing tersebut).
Sukab                 : Ia, terima kasih! (sambil mengambil uang dan kepala anjing, lalu berjalan meninggalkan warung).
Di pinggir kali, gubug rumah Sukab.
Anak sukab 2     : Hore….!!! bapak sudah pulang.
Anak sukab 1     : Bapak pulang bawa apa? (sambil memegang tangan Sukab).
Sukab                 : Iya bapak pulang! Tu bapak bawakan kepala anjing buat makan kita (memberikan bungkusan plastik kepada istrinya).
Istri Sukab          : Kau sudah pulang. Bagaimana malam ini kau dapat banyak? (sambil melihat bungkusan plastik yang dibawa Sukab).
Anak sukab 2     : Hore…..!!! kita makan kepala anjing (berteriak dengan penuh semangat)
Sukab                 : Tidak, malam ini aku hanya dapat satu ekor. Anjing-anjing sekarang ini sudah malas berkeliaran, mungkin saja mereka sedang malas untuk jalan-jalan di kota. Atau mereka takut dengan keramaian kota, yang belakangan ini semakin ramai oleh para pedagang makanan pinggir jalan dan para penduduk kota yang hobi keluyuran tiap malam (sambil menunduk dan memasuki gubug).
Istri Sukab          : Ya sudah lah…. Mungkin hanya ini rejeki kita, yang bisa kita makan (sambil membawa bungkusan plastik yang berisi kepala anjing). Aku masak kepala anjing dulu.
Anak Sukab 1    : Cepetan Mak….!! Aku sudah lapar.
Istri Sukab          : Iya…..!!! tunggu sebentar.
Besok malamnya di pinggir kali, gubug kardus rumah Sukab.
Sukab                 : Malam ini kau mau ikut aku, berburu?
Istri Sukab          : Iya Mas….!!! (sambil mengangukan kepala).
Sukab                 : Ya sudahlah!!! Mari kita berangkat (sambil berjalan menuntun anaknya).
Istri Sukab          : Ayo….!!! Memangnya malam ini kita mau berburu ke mana? (sambil melihat muka sukab).
Sukab                 : Hutan dekat Statsiun Kota (sambil menegok kanan kiri).
Di hutan dekat Stasiun Kota.
Anak Sukab 1    : Itu pak!!! Ada anjing di sana (sambil menunjuk tangannya).
Sukab                 : Iya bapak liat!!! Tunggu sebentar bapak tangkap dulu (berjalan menghampiri dan menangkap buruannya). Ini bapak tangkap, anjingnya besar dan gemuk sekali (sambil memasukan buruannya ke dalam karung).
Anak Sukab 2    : Hore bapak dapat anjing lagi!!! (sambil bertepuk tangan).
Istri Sukab          : Ya sudah, mari kita jual anjingnya (sambil berjalan dan menggendong anaknya yang paling kecil).
Sukab                 : Iya!!! Ayo kita pergi (sambil berjalan dan menggendong hasil buruannya).
Anak-anak          : “Wongasu! Wongasu! Awas ada Wongasu!!!” (berteriak mengejek Sukab dan keluarganya)
Sukab                 : Heh…. Diam kau!!! Aku tangkap juga nanti kau. (sambil melotot kepada anak-anak kecil)
Anak-anak          : Eh liat mukanya mirip dengan anjing!!!
Penduduk           : Anak-anak!!! Kalian jangan menggangu orang (sambil menyuruh anak-anak pergi).
Anak-anak          : Habisnya mukanya mirip sekali dengan anjing. (sambil menunjuk ke arah muka sukab dan keluarganya)
Penduduk           : Masa sih.? (dengan herannya ia menatap wajah sukab dan keluarganya) Oh ia…. Wajahnya mirip sekali dengan anjing hihhh……. (berlari ketakutan melihat sukab dan keluarganya).
Anak-anak          : Awas wongasu marah! “Lariii! Larii!” (sambil berteriak dan berlari meninggalkan Sukab dan keluarganya).
Istri Sukab          : Mereka menyebut kita “Wongasu” memangnya ia, muka kita mirip dengan anjing? (dengan heranya dan menoleh ke arah muka Sukab).
Sukab                 : Coba sini aku liat!!! (sambil menengok dan memegang muka ke arah istri dan anaknya).
Istri Sukab          : Bagaimana mirip tidak?
Sukab                 : Ia benar!!! Muka kita mirip sekali dengan anjing (sambil meraba-raba mukanya sendiri).
Istri Sukab          : Bgaimana bisa muka kita mirip dengan anjing?
Sukab                 : Entahlah!!! Mungkin ini karma, karena aku sering membunuh anjing dan kita memakan kepala anjing (sambil memeluk anaknya).
Istri Sukab          : Lihat anak-anak kita juga mukanya mirip dengan anjing (sambil menunjuk ke arah muka anak-anaknya).
Sukab                 : Wa…Wa…Wa…. Waduh!!!(terkesima melihat wajah anak-anaknya) mengapa semuanya menjadi seperti ini?
Istri Sukab          : Aku tidak tahu. Lalu sekarang bagaimana?
Sukab                 : Ya sudah kamu pulang saja. Biar aku saja yang menujal anjing tangkapan kita ini (sambil menggendong karung).
Istri Sukab          : Baiklah….!!! Kau hati-hati ya (sambil menuntun anaknya pergi meningalkan Sukab).
Di warung tempat sukab menjual hasil buruannya.
Sukab                 : Ini anjing yang kau pesan!!! (sambil menjatuhkan karung di depan warung).
Pemilik warung  : Bagaimana, besar tidak? (berjalan keluar menghampiri Sukab).
Sukab                 : Iya besar sekali. Butuh 20 orang untuk menghabiskan daging anjing ini (sambil membuka karung).
Pemilik warung  : Masa iya….!!! Harus sebanyak itu untuk menghabiskan daging anjing ini (sambil tersenyum). Weitt…. Muka kau kenapa? Ko mirip sekali dengan anjing yang kau tangkap (melihat wajaah Sukab).
Sukab                 : Sudah tidak apa-apa. Cepat kau berikan saja uangnya (sambil melotot kepada pemilik warung).
Pemilik warung  : Iiiii…. Iya…. Ini uangnya (dengan tangan gemetar memberikan uang kepada Sukab).
Sukab                 : Terimakasih….. (sambil menunduk dan mengambil uang berjalan meninggalkan warung).
Di gubug tempat keluarga Sukab tinggal terjadi keributan, karena para penduduk merasa resah dengan sepak terjang sukab dan wajah keluarga Sukab yang tiba tiba berubah menjadi seperti anjing. Mereka melaporkannya kepada petugas kemananan.
Penduduk 2        : Sukab dan keluarganya kita usir saja dari kampung kita (sambil berteriak).
Penduduk 1        : Jangan begitu mereka juga manusia, sama seperti kita (memegang pundak penduduk 2, mencoba mendinginkan situasi).
Penduduk 2        : Biarkan saja. Orang seperti mereka jangan dikasihani. Aku sudah menyuruh keaamanan datang kemari, mereka akan membereskan Sukab dan keluarganya.
Penduduk 1        : Apa…. Kau sudah melaporkan ke aparat keamanan!!! Sungguh terlalu kau ini. Bukankah masalah ini bisa kita selesaikan baik-baik ( dengan nada membentak sambil mengelus-elus dadanya).
Penduduk 2        : Kau diam sajalah, jangan ikut campur. Dari pada mereka menakuti warga kampong kita, lebih baik kita usir mereka. Sebaiknya kau pulang saja, kaukan sudah tua mendingan kau banyak-banyak berdoa sebentar lagi kau akan mati. Itu dia keamanan sudah datang (sambil menunjuk ke arah mobil yang datang).
Trantib                : Mana tempatnya yang orang yang menggangu ketentraman umum itu? (dengan wajah yang sangar)
Penduduk 2        : Itu dia gubugnya. Angkut saja mereka.!!! (sambil menunjukan gubug tempat keluarga sukab tinggal).
Istri Sukab          : Jangan pak, kami tidak salah apa-apa. Jangan bawa kami (sambil meronta-ronta dan bergelimpangan di tanah).
Anak Sukab       : Tolong….. Tolong…… (sambil berteriak dan menangis).
Trantib                : Sudah diam saja kau. Ikuti saja perintah saya (tanpa belas kasihan menyeret wanita dan anak-anaknya). Dari pada kau hidup di sini mengganggu ketrentaman umum, lebih baik kau hidup di penampungan. Di sana kau akan banyak teman (terus berjalan meyeternya ke mobil anngkutan.
Istri Sukab          : Tolong pak, jangan bawa kami!!! (sambil memohon dan menagis).
Trantib                : Sudah diam kau….!!! (sambil berteriak dan mobilnya pun pergi).
Di kolong jembatan, ketika sukab di tengah perjalanan pulang ke gubugnya.
Penduduk 1        : “Heyyy…. Wongasu! Mereka mengangkut keluargamu!”
Sukab                 : “Siapa? Kemana?” (sambil berteriak)
Penduduk 1        : Petugas keamanan. Entahlah kau tanyakan saja sana!
Sukab                 : Ahhhhhhhh….. (sambil bertiak dan berlari).
Anak-anak          : “Awas! Wongasu lewat! Wongasu lewat!” Heran! Kenapa kepalanya bisa berubah menjadi kepala anjing? (sambil berbisik)
Penduduk 2        : Itulah karmapala seorang pembunuh anjing.
Dikantor polisi Sukab bertanya apakah mereka tahu akan adanya pengerangkengan tiada semena-mena sebuah keluarga di tepi kali.
Polisi                  : Ada apa kau tergesa-gesa kemari? (sambil duduk manis membaca Koran)
Sukab                 : Apakah kau tahu keluarga di kerangkeng di tepi kali, di bawa kemana? (dengan nafas terengah-engah).
 Polisi                 : Oh, itu. Bukan polisis yang mengangkut, tapi petugas trantib (tetap saja membaca Koran).
Sukab                 : Bagaimana kau ini. Kau kan penegak hukum, masa kau tidak tahu dan tidak peduli pada orang miskin. Dasar kau tidak punya rasa manusiawi (sambil berteriak dan memukul meja).
Polisi                  : Apa? Tidak manusiawi? Apa kau pikr makhluk seperti mereka manusia (sambil membentak).
Sukab                 : Mereka juga manusia, sama seperti bapak!
Polisi                  : Tidak!!! Saya tidak sudi disamakan dengan mereka! Mereka itu lain! Kau juga bukan manusia. Mana ada manusia yang mukannya muka anjing seperti kau. Lagi pula, kau bisa bayar berapa? (sambil menunjuk muka Sukab).
Sukab                 : Dasar kau manuisa hina! Lebih hina dari pada aku! (sambil berlari meninggalkan kantor polisi).
Sukab berjalan di kaki lima, tak tahu harus kemana mencari keluarganya.
Sukab                 : Aaaaaaaaaaaaarrrgh……. (berteriak sekencang-kencangnya dan mengamuk mengacak-acak semua yang ada dihadapannya).
Penduduk 2        : Awas!!! Liat Wongasu sedang mengamuk! Ayo kita tangkap (sambil membawa tongkat dan memukuli Sukab).
Trantib                : Cepat hajar dia!!! (tanpa ampun memukuli Sukab)
Polisi                  : Sudah cukup!!! Dia sudah tidak berdaya. Cepat bawa dia ke penampungan (memisahkan orang yang memukuli Sukab dan membawanya ke mobil).
Sukab                 : Tolong….. Tolong…… Kembalikan anak dan istriku (tergelepak tak berdaya).



2003. Cerpen Pilihan Kompas “Waktu Nayla”. Jakarta : Buku Kompas.

1 comment:

  1. Kami S128Cash selaku Bandar Betting Online Terbesar dan Terpercaya ingin mengajak Anda bergabung bersama kami.
    Hanya disini yang menggunakan sistem Terbaru untuk kenyamanan dan kemudahan bettor dalam melakukan Betting.
    Semua permaina Populer tersedia disini, seperti :
    - Sportsbook
    - Live Casino
    - IDN Poker
    - Sabung Ayam Online
    - Slot Games Online
    - Tembak Ikan Online
    - Klik4D

    PROMO BONUS S128Cash :
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!

    Tunggu apalagi? Segera daftarkan diri Anda !!
    Informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
    - Livechat : Live Chat Judi Online
    - WhatsApp : 081910053031

    Link Alternatif :
    - http://www.s128cash.biz

    Judi Bola

    Situs Judi Bola Resmi dan Terpercaya

    ReplyDelete

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...