“Tiga Puluh Hari Mendapat Cinta”
oleh
Adis Rahmat Sukadis
Berawal dari kegiatan pengabdian masyarakat yang di adakan oleh
kampus. Seluruh pesertanya terdiri atas semua jurusan dari fakultas yang ada
dan satu angkatan denganku. Kebanyakan mereka adalah teman-teman baruku yang
sebelumnya belum pernah aku kenal. Aku tidak tau kepribadian semua angota
kelompokku itu. Hal itu membuat aku semakin canggung untuk bergaul dengan
teman-teman baru dikelompokku ini, karena semuanya terasa asing bagiku.
Ketika
dalam acara pembentukan susunan kepanitiaan dikelompokku. Pandanganku tertuju pada
satu sosok wanita yang menggetarkan hati. Dia sesosok wanita yang sempurna yang
selama ini aku cari. Ayu namanya, parasnya tidaklah terlalu cantik, tetapi
akhlah dan kebaikannya yang menjadikannya seorang wanita sempurna hingga
kebaikan hatinya menutupi kekurangan yang dia punya. Ternyata aku dan dia
dipertemukan di acara tersebut. Aku tak pernah menduga yang ternyata acara
tersebut bisa menjadi pencarian tambatan hatiku yang terakhir. Dia pun salah
satu teman baru yang aku kenal dari kegiatan tersebut. Walaupu baru aku kenal,
tapi aku merasa dia merupkan sosok seorang wanita sempurna yang telah lama aku
kenal. Sebelumya aku tidak pernah terpikir akan bertemu dengan sosok seorang
wanita sederhana seperti dia dalam acara ini.
Hari pertama, hari
kedua dan ketiga tanpa dia sadari semua tingkah lakunya selalu aku amati. Dengan
rasa penasaran aku selalu saja bertanya-tanya di dalam hatiku tentang sesosok
wanita itu. Walaupun dengan rasa was-was aku diam-diam memberanikan diri
melihat sms masuk dan menguping pembicaraannya jika ada telpon masuk ke Hand Phone dia. Apa pun yang dia lakukan
pasti aku tahu. Dalam benak aku selalu berharap bisa lebih dekat denganya selama
kegiatan ini berlangsung.
Rasa penasaran itu semakin
dalam tertanam di dalam hatiku. Ditambah lagi dengan resah hati yang selalu
menyelimuti ketika aku berhadapan dengannya membuat batin ini semakin tersiksa.
Sampai-sampai aku tidak bisa lagi berpikir normal, karena di dalam hatiku
selalu membayangkan sosok sederhana itu.
“Oh Tuhan mengapa perasaan seperti ini kau berikan kepada ku . . . !!”
“Samapi
kapan perasaan ini terus menyelimutiku . . . ??”
“Mengapa cinta ini Engkau
anugerahkan diantara kami, apakah ini yang memang Engkau harapkan terhadap
kami…?”
Aku sadar siapakah
diriku ini… sungguh aku tak pantas untuk mendapatkan cintanya, seorang wanita yang
taat beragama. Sedangkan diriku … hanyalah seorang laki-laki hina, yang selalu
saja meningalkan ajaran agama. Jauh berbeda dengan dia. Bukan aku tidak
memiliki rasa mencintai untuknya dan bukan pula sebuah batu yang hendak ia
runtuhkan sekalipun, aku hanya berpikir bagaimana ia kelak menerima aku yang
sama sekali hina di mata Tuhan.
Sempat aku berpikir bahwa
semua perasaan ini hanya nafsu sesaat, dam harus aku buang jauh-jauh persaan
ini. Tapi sunguh tak bisa. Yang terjadi aku malah semakin tersiksa dengan
persaan ini. Karena, aku merasa tidak sedikit pun dia menaruh perasaan yang
sama seperti yang aku rasakan. Lebih-lebih sampai saat ini, setelah satu mingu
kami tingal satu atap belum pernah ada kesempatan satu menit pun aku berbincang
dengannya. Setiap hari semua yang aku lakukan hanyalah untuk mencari kesempatan
bersama dia. Siang malam aku selalu berharap bisa bersamanya. Tetap saja
kesempatan itu tak kunjung tiba. Entah kapan kesempatan itu datang aku tak
tahu. Aku hanya bisa berharap semoga perasaan ini tidak berlaut-larut. Jujur
aku tidak sangup jika harus menangung semua ini.
Pagi hari yang cerah,
aku di bangunkan oleh teman satu kamar dia yang bernama Ica. Aku dimnta untuk
mengantarnya belanja kebutuhan dapur kami untuk satu minggu kedepan. Aku baru
sadar bahawa hari ini adalah jatah piketku. Pantas saja pagi-pagi sekali aku
dibangunkan. Dengan mata yang perih dan kepala yang berat aku pun langsung
bersiap mengantarkannya. Ketika kami hendak berangkat tiba-tiba ia mendadak
sakit perut. Dia pun menyuruh aku berangkat dengan Ayu orang yang selama ini
aku suka. Dengan reflek aku langngsung menjawab “iya cepat”. Akhirnya aku pun pergi bersamanya. Dari situlah aku
mulai dekat dan mengobrol dengan dia. Mungkin inilah jawaban dari doaku selama
ini.
Hari itu menjadi hari
bersejarah bagiku. Perasaan aku berbunga-bunga, setelah bersusah payah akhirnya
aku dapat berduaan bersama dia. Walaupun tidak lama, tapi itu sudah cukup
bagiku untuk dapat kenal lebih jauh dengan dia. Sampai-sampai setiap pagi aku
dan dia yang selalu pergi belanja untuk kebutuhan konsumsi kami. Aku dan dia
pun semakin dekat. Disetiap kegiatan aku pasti selalu berdampingan dengan dia. Dari
mulai kegiatan belanja, memasak, makan, mengajar, dan kegitan lainya aku selalu
bersamanya. Mungkin memang ini sudah jalannya, untuk aku lebih dekat dengannya.
Hari terus berganti. Canda
tawa selalu mengiringi kegiatan yang kami lakukan. Tak pernah sedikit pun kami
mengeluh dengan semua kegiatan yang dilaksanakan. Padahal kenyataannya kegiatan
yang kami lakukan sangatlah menguras tenaga, pikiran dan waktu. Siang hari kami
melaksanakan kegiatan, malam harinya kami merencanakan dan mempersiapkan untuk
agenda besok paginya.
Detik demi detik terus
berganti. Hari-hari yang aku lewati bersamanya membuat aku semakin dekat dengan
dia. Semua kegiatan yang dilaksanakan aku selalu saja berdampingan bersama dia.
Membuat aku semakin yakin dengan perasaanku ini. Tapi tidak tau dengan
perasaanya yang ia rasakan. Apakah sama dengan yang aku rasakan atau tidak?
Dari obrolan-obrolan
biasa itu akhirnya kita semakin dekat, sedikit demi sedikit aku mengetahui
banyak tentang dia, terutama sifat dan perilaku dia terhadap aku. Aku semakin
nyaman bersamanya, dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah ketika waktu makan
bersama tiba. Satu hal yang membuat hatiku bergetar ketika aku dan dia makan
satu piring berdua. Aku merasa dia telah
menjawab pertanyaanku selama ini.
Setelah lima belas hari lebih kegiatan berjalan. Perasaan aku
pun terbaca oleh salah satu teman kelompok aku. Ima namanya, dia orang pertama
yang mengetahui perasaan aku terhadapnya. Sebelumnya aku tidak pernah menceritakan
perasaanku ini pada orang lain. Sebenarnya aku malu perasaanku diketahui dia.
Aku pun hanya bisa tertunduk malu untuk mengakui perasaan ini. Tapi ya
sudahlah, mungkin dengan ini bisa membantuku membagi lara ini. Ia mulai bertanya-tanya
tentang sifatku yang berbeda pada Ayu.
“Sejak kapan kamu suka sama dia . .
. ??”
“Aku juga
bingung ma . . .!!! tiba-tiba saja perasaan ini muncul dengan hebatnya. Pertama
aku melihat dia, aku merasakan sesuatu yang beda dengan dia. Pembawaan sikap
dia yang kalem, ditambah lagi tutur katanya yang sopan kepada semua orang
membuat jantung aku berdebar-debar. Aku sungguh dibuat tak berdaya jika harus
berhadapan dengan dia”.
“Tenang ja, aku
ngerti kok dengan perasaan kamu. Setahu aku dia pun tidak punya pacar. Jadi
tidak ada salahnya jika kamu bisa jadian dengan dia. Aku pasti bantu kamu untuk
mengutarakan perasaanmu itu . . . .!!!!!hehehe”.
“Makasih ma . .
. .!!!!! aku mohon jangan sampai semua orang tahu tentang perasaan ini. Karena
aku takut anak-anak yang lain berpikir tidak-tidak tentang aku”.
Sedikit
demi sedikit aku ceritakan tentang perasaanku ini. Ima mulai memberi masukan
tentang perasaanku, ia berjanji akan membantuku untuk mengutarakan perasaanku
ini. Sebenarnya aku juga tidak terlalu berharap dengan janji Ima menegnai
perasaanku ini, karena aku teringat dengan kata-kata Ayu semalam. Ia berkata
padaku bahwa ia tidak akan mau untuk jatuh cinta dan pacaran selama kegiatan
ini berlangsung. Kata-kata itu selalu terniang di telingaku. Sampai-sampai aku
sempat berpikir untuk mengubur
dalam-dalam perasaanku ini. Tapi dengan semangat dan dukungan Ima, aku berpikir
mengapa tidak semua ini bisa terjadi. Toh tidak ada salahnya jika aku suka dan
sayang dengan dia.
Dua
puluh lima hari kegiatan ini berlangsung. Perasaanku kian tidak menentu, karena
yang terpikir di benakku hanyalah bagaimana caranya aku bisa mengutarakan
perasaanku ini. Aku
duduk bersandar dan aku merasa lemah sekali…., dan tidak tahu lagi harus
berbuat apa untuk membuktikan sebuah angan yang menjadi beban dalam kebisingan
otakku, aku tak tahu lagi bagaimana aku membuktikan apa yang kurasa pada
dirinya. Dia bagaikan batu yang harus kutembus dengan tetesan air sedikit demi
sedikit,….. dan akankah dirinya mampu menerimaku apa adanya…… ? Walaupun begitu, tetap saja keberanian ini
tidak kunjung tiba.
Dua
hari aku tak bertemu dengan Ayu. Ia izin untuk pulang kerumahnya. Pikiranku melayang
menahan semua kerinduan yang membuat dada ini semakin sesak, ketika hari
menjelang sore aku duduk disebuah taman depan bas campku. Dari kejauhan aku
melihat seseorang mendekati bas camp, aku terperangah saat aku tahu siapa dia
dengan lekas aku meloncat dari tempat dudukku dan menghampirinya. Ayu, rupanya
kamu sudah kembali “senang sekali rasanya
aku bisa melihat kamu kembali”. Sesaat ia terdiam lalu tertawa dan berkata “tak sadarkah kau apa yang kurasakan, aku
tak mampu membohongi diriku aku tak mampu berpisah dengan mu”. Entah benar
atau tidak dengan perkataannya, perasaanku senangnya buka main ketika ia
mengatakan itu. Aku seolah tak percaya apa yang ia katakana dan air mataku pun
perlahan menetes sambil menyaksikan ia masuk ke bas camp.
Dan suatu ketika malam hari hujan yang lebat anginpun sangat
kencang aku duduk bersandar di kursi depan bas campku, saat itu pula aku berniat
untuk memberanikan diri menyatakan bahwa selama ini aku larut dalam jiwa Ayu. Tapi
entah kenapa ia selalu menghindar ketika aku berusaha untuk mengobrol berdua
dengan dia. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkinkan ia sudah tau dengan maksudku
ini. Selang berapa lama, Hand Phone ku
bergetar dan langsung aku lihat. Rupanya sms yang datang adalah dari Ayu. Ia
berkata bahwa “tidak enak kalo kita
mengobrol berduaan di luar, sedangkan yang lainya rapat di dalam rumah”.
Dengan muka masam aku membalas sms itu “baiklah
. . . mungkin lain kali kita bisa melanjutkan obrolan ini”. Aku pun
langsung ke dalam dan bergabung bersama teman-teman yang lain.
Besok malamnya adalah malam terakhir sebelum kami
meninggalkan tempat kegiatan ini. Tepatnya sudah tiga puluh hari kami
melaksanakan kegiatan ini. Sampai saat itu aku tidak mempunyai kesempatan
mengungkapkan perasaan ini. Tapi jka melihat bahasa tubuh dia kepadaku tadi
siang, aku bisa membacanya bahwa dia telah membalas perasaanku ini. Aku tetap
saja masih merasa penasaran jika belum mendengar langsung dari mulut dia.
Ketika rapat terakhir ini, aku duduk berdampingan dengan Ayu.
Saat itu situasi kurang memungkinkan untuk aku bicara langsung dan mengutrakan
perasaan ini. Tapi apa boleh buat, karena hanya inilah kesempatan terakhir yang
aku punya. Dengan penuh rasa penasaran, melalui sms aku memberanikan diri untuk
mengutarakan semua perasaan yang telah aku pendam selama ini. “Ayu tak kusangka ternyata kau mampu
membuatku hanyut, kini aku sadar bahwa beginilah rasa mencintai dan maukah kau
menjadikan aku sebagai teman hidupmu…?” itulah kalimat yang aku ucapkan
padanya. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa aku telah mengutarakan perasaanku
ini. Di tengah-tengah rapat, di hadapan semua teman-teman aku mengutarakan isi
hatiku. Lama ia tidak membalas pertanyaanku itu. Dengan tatapan yang tajam dan
senyum yang indah, ia menoleh kearahku. Tiba-tiba sms yang aku tunggu-tunggu
itu datang juga. Dengan refleks aku langsung melihatnya. Ketika aku membacanya
sunguh aku tidak bisa berucap lagi
karena semua perjuangan yang aku lakukan selama ini tidak sia-sia. Setelah tiga
puluh hari aku melaksanakan kegiatan ini, aku pulang dengan membawa cinta di
hati.
Kami S128Cash selaku Bandar Betting Online Terbesar dan Terpercaya ingin mengajak Anda bergabung bersama kami.
ReplyDeleteHanya disini yang menggunakan sistem Terbaru untuk kenyamanan dan kemudahan bettor dalam melakukan Betting.
Semua permaina Populer tersedia disini, seperti :
- Sportsbook
- Live Casino
- IDN Poker
- Sabung Ayam Online
- Slot Games Online
- Tembak Ikan Online
- Klik4D
PROMO BONUS S128Cash :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!
Tunggu apalagi? Segera daftarkan diri Anda !!
Informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
- Livechat : Live Chat Judi Online
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.biz
Judi Bola
Situs Judi Bola Resmi dan Terpercaya