Friday, May 10, 2013

cerpenku



“Tiga Puluh Hari Mendapat Cinta”
oleh 
Adis Rahmat Sukadis
     Berawal dari kegiatan pengabdian masyarakat yang di adakan oleh kampus. Seluruh pesertanya terdiri atas semua jurusan dari fakultas yang ada dan satu angkatan denganku. Kebanyakan mereka adalah teman-teman baruku yang sebelumnya belum pernah aku kenal. Aku tidak tau kepribadian semua angota kelompokku itu. Hal itu membuat aku semakin canggung untuk bergaul dengan teman-teman baru dikelompokku ini, karena semuanya terasa asing bagiku.
Ketika dalam acara pembentukan susunan kepanitiaan dikelompokku. Pandanganku tertuju pada satu sosok wanita yang menggetarkan hati. Dia sesosok wanita yang sempurna yang selama ini aku cari. Ayu namanya, parasnya tidaklah terlalu cantik, tetapi akhlah dan kebaikannya yang menjadikannya seorang wanita sempurna hingga kebaikan hatinya menutupi kekurangan yang dia punya. Ternyata aku dan dia dipertemukan di acara tersebut. Aku tak pernah menduga yang ternyata acara tersebut bisa menjadi pencarian tambatan hatiku yang terakhir. Dia pun salah satu teman baru yang aku kenal dari kegiatan tersebut. Walaupu baru aku kenal, tapi aku merasa dia merupkan sosok seorang wanita sempurna yang telah lama aku kenal. Sebelumya aku tidak pernah terpikir akan bertemu dengan sosok seorang wanita sederhana seperti dia dalam acara ini.
Hari pertama, hari kedua dan ketiga tanpa dia sadari semua tingkah lakunya selalu aku amati. Dengan rasa penasaran aku selalu saja bertanya-tanya di dalam hatiku tentang sesosok wanita itu. Walaupun dengan rasa was-was aku diam-diam memberanikan diri melihat sms masuk dan menguping pembicaraannya jika ada telpon masuk ke Hand Phone dia. Apa pun yang dia lakukan pasti aku tahu. Dalam benak aku selalu berharap bisa lebih dekat denganya selama kegiatan ini berlangsung.
Rasa penasaran itu semakin dalam tertanam di dalam hatiku. Ditambah lagi dengan resah hati yang selalu menyelimuti ketika aku berhadapan dengannya membuat batin ini semakin tersiksa. Sampai-sampai aku tidak bisa lagi berpikir normal, karena di dalam hatiku selalu membayangkan sosok sederhana itu.
Oh Tuhan mengapa perasaan seperti ini kau berikan kepada ku . . . !!”
“Samapi kapan perasaan ini terus menyelimutiku . . . ??”
“Mengapa cinta ini Engkau anugerahkan diantara kami, apakah ini yang memang Engkau harapkan terhadap kami…?”
Aku sadar siapakah diriku ini… sungguh aku tak pantas untuk mendapatkan cintanya, seorang wanita yang taat beragama. Sedangkan diriku … hanyalah seorang laki-laki hina, yang selalu saja meningalkan ajaran agama. Jauh berbeda dengan dia. Bukan aku tidak memiliki rasa mencintai untuknya dan bukan pula sebuah batu yang hendak ia runtuhkan sekalipun, aku hanya berpikir bagaimana ia kelak menerima aku yang sama sekali hina di mata Tuhan.
Sempat aku berpikir bahwa semua perasaan ini hanya nafsu sesaat, dam harus aku buang jauh-jauh persaan ini. Tapi sunguh tak bisa. Yang terjadi aku malah semakin tersiksa dengan persaan ini. Karena, aku merasa tidak sedikit pun dia menaruh perasaan yang sama seperti yang aku rasakan. Lebih-lebih sampai saat ini, setelah satu mingu kami tingal satu atap belum pernah ada kesempatan satu menit pun aku berbincang dengannya. Setiap hari semua yang aku lakukan hanyalah untuk mencari kesempatan bersama dia. Siang malam aku selalu berharap bisa bersamanya. Tetap saja kesempatan itu tak kunjung tiba. Entah kapan kesempatan itu datang aku tak tahu. Aku hanya bisa berharap semoga perasaan ini tidak berlaut-larut. Jujur aku tidak sangup jika harus menangung semua ini.
Pagi hari yang cerah, aku di bangunkan oleh teman satu kamar dia yang bernama Ica. Aku dimnta untuk mengantarnya belanja kebutuhan dapur kami untuk satu minggu kedepan. Aku baru sadar bahawa hari ini adalah jatah piketku. Pantas saja pagi-pagi sekali aku dibangunkan. Dengan mata yang perih dan kepala yang berat aku pun langsung bersiap mengantarkannya. Ketika kami hendak berangkat tiba-tiba ia mendadak sakit perut. Dia pun menyuruh aku berangkat dengan Ayu orang yang selama ini aku suka. Dengan reflek aku langngsung menjawab “iya cepat”. Akhirnya aku pun pergi bersamanya. Dari situlah aku mulai dekat dan mengobrol dengan dia. Mungkin inilah jawaban dari doaku selama ini.
Hari itu menjadi hari bersejarah bagiku. Perasaan aku berbunga-bunga, setelah bersusah payah akhirnya aku dapat berduaan bersama dia. Walaupun tidak lama, tapi itu sudah cukup bagiku untuk dapat kenal lebih jauh dengan dia. Sampai-sampai setiap pagi aku dan dia yang selalu pergi belanja untuk kebutuhan konsumsi kami. Aku dan dia pun semakin dekat. Disetiap kegiatan aku pasti selalu berdampingan dengan dia. Dari mulai kegiatan belanja, memasak, makan, mengajar, dan kegitan lainya aku selalu bersamanya. Mungkin memang ini sudah jalannya, untuk aku lebih dekat dengannya.
Hari terus berganti. Canda tawa selalu mengiringi kegiatan yang kami lakukan. Tak pernah sedikit pun kami mengeluh dengan semua kegiatan yang dilaksanakan. Padahal kenyataannya kegiatan yang kami lakukan sangatlah menguras tenaga, pikiran dan waktu. Siang hari kami melaksanakan kegiatan, malam harinya kami merencanakan dan mempersiapkan untuk agenda besok paginya.
Detik demi detik terus berganti. Hari-hari yang aku lewati bersamanya membuat aku semakin dekat dengan dia. Semua kegiatan yang dilaksanakan aku selalu saja berdampingan bersama dia. Membuat aku semakin yakin dengan perasaanku ini. Tapi tidak tau dengan perasaanya yang ia rasakan. Apakah sama dengan yang aku rasakan atau tidak?
Dari obrolan-obrolan biasa itu akhirnya kita semakin dekat, sedikit demi sedikit aku mengetahui banyak tentang dia, terutama sifat dan perilaku dia terhadap aku. Aku semakin nyaman bersamanya, dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah ketika waktu makan bersama tiba. Satu hal yang membuat hatiku bergetar ketika aku dan dia makan satu piring berdua.  Aku merasa dia telah menjawab pertanyaanku selama ini.
     Setelah lima belas hari lebih kegiatan berjalan. Perasaan aku pun terbaca oleh salah satu teman kelompok aku. Ima namanya, dia orang pertama yang mengetahui perasaan aku terhadapnya. Sebelumnya aku tidak pernah menceritakan perasaanku ini pada orang lain. Sebenarnya aku malu perasaanku diketahui dia. Aku pun hanya bisa tertunduk malu untuk mengakui perasaan ini. Tapi ya sudahlah, mungkin dengan ini bisa membantuku membagi lara ini. Ia mulai bertanya-tanya tentang sifatku yang berbeda pada Ayu.
“Sejak kapan kamu suka sama dia . . . ??”
“Aku juga bingung ma . . .!!! tiba-tiba saja perasaan ini muncul dengan hebatnya. Pertama aku melihat dia, aku merasakan sesuatu yang beda dengan dia. Pembawaan sikap dia yang kalem, ditambah lagi tutur katanya yang sopan kepada semua orang membuat jantung aku berdebar-debar. Aku sungguh dibuat tak berdaya jika harus berhadapan dengan dia”.
“Tenang ja, aku ngerti kok dengan perasaan kamu. Setahu aku dia pun tidak punya pacar. Jadi tidak ada salahnya jika kamu bisa jadian dengan dia. Aku pasti bantu kamu untuk mengutarakan perasaanmu itu . . . .!!!!!hehehe”.
“Makasih ma . . . .!!!!! aku mohon jangan sampai semua orang tahu tentang perasaan ini. Karena aku takut anak-anak yang lain berpikir tidak-tidak tentang aku”.
Sedikit demi sedikit aku ceritakan tentang perasaanku ini. Ima mulai memberi masukan tentang perasaanku, ia berjanji akan membantuku untuk mengutarakan perasaanku ini. Sebenarnya aku juga tidak terlalu berharap dengan janji Ima menegnai perasaanku ini, karena aku teringat dengan kata-kata Ayu semalam. Ia berkata padaku bahwa ia tidak akan mau untuk jatuh cinta dan pacaran selama kegiatan ini berlangsung. Kata-kata itu selalu terniang di telingaku. Sampai-sampai aku sempat berpikir untuk  mengubur dalam-dalam perasaanku ini. Tapi dengan semangat dan dukungan Ima, aku berpikir mengapa tidak semua ini bisa terjadi. Toh tidak ada salahnya jika aku suka dan sayang dengan dia.
Dua puluh lima hari kegiatan ini berlangsung. Perasaanku kian tidak menentu, karena yang terpikir di benakku hanyalah bagaimana caranya aku bisa mengutarakan perasaanku ini. Aku duduk bersandar dan aku merasa lemah sekali…., dan tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk membuktikan sebuah angan yang menjadi beban dalam kebisingan otakku, aku tak tahu lagi bagaimana aku membuktikan apa yang kurasa pada dirinya. Dia bagaikan batu yang harus kutembus dengan tetesan air sedikit demi sedikit,….. dan akankah dirinya mampu menerimaku apa adanya…… ?  Walaupun begitu, tetap saja keberanian ini tidak kunjung tiba.
Dua hari aku tak bertemu dengan Ayu. Ia izin untuk pulang kerumahnya. Pikiranku melayang menahan semua kerinduan yang membuat dada ini semakin sesak, ketika hari menjelang sore aku duduk disebuah taman depan bas campku. Dari kejauhan aku melihat seseorang mendekati bas camp, aku terperangah saat aku tahu siapa dia dengan lekas aku meloncat dari tempat dudukku dan menghampirinya. Ayu, rupanya kamu sudah kembali “senang sekali rasanya aku bisa melihat kamu kembali”. Sesaat ia terdiam lalu tertawa dan berkata “tak sadarkah kau apa yang kurasakan, aku tak mampu membohongi diriku aku tak mampu berpisah dengan mu”. Entah benar atau tidak dengan perkataannya, perasaanku senangnya buka main ketika ia mengatakan itu. Aku seolah tak percaya apa yang ia katakana dan air mataku pun perlahan menetes sambil menyaksikan ia masuk ke bas camp.
Dan suatu ketika malam hari hujan yang lebat anginpun sangat kencang aku duduk bersandar di kursi depan bas campku, saat itu pula aku berniat untuk memberanikan diri menyatakan bahwa selama ini aku larut dalam jiwa Ayu. Tapi entah kenapa ia selalu menghindar ketika aku berusaha untuk mengobrol berdua dengan dia. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkinkan ia sudah tau dengan maksudku ini. Selang berapa lama, Hand Phone ku bergetar dan langsung aku lihat. Rupanya sms yang datang adalah dari Ayu. Ia berkata bahwa “tidak enak kalo kita mengobrol berduaan di luar, sedangkan yang lainya rapat di dalam rumah”. Dengan muka masam aku membalas sms itu “baiklah . . . mungkin lain kali kita bisa melanjutkan obrolan ini”. Aku pun langsung ke dalam dan bergabung bersama teman-teman yang lain.
Besok malamnya adalah malam terakhir sebelum kami meninggalkan tempat kegiatan ini. Tepatnya sudah tiga puluh hari kami melaksanakan kegiatan ini. Sampai saat itu aku tidak mempunyai kesempatan mengungkapkan perasaan ini. Tapi jka melihat bahasa tubuh dia kepadaku tadi siang, aku bisa membacanya bahwa dia telah membalas perasaanku ini. Aku tetap saja masih merasa penasaran jika belum mendengar langsung dari mulut dia.
Ketika rapat terakhir ini, aku duduk berdampingan dengan Ayu. Saat itu situasi kurang memungkinkan untuk aku bicara langsung dan mengutrakan perasaan ini. Tapi apa boleh buat, karena hanya inilah kesempatan terakhir yang aku punya. Dengan penuh rasa penasaran, melalui sms aku memberanikan diri untuk mengutarakan semua perasaan yang telah aku pendam selama ini. “Ayu tak kusangka ternyata kau mampu membuatku hanyut, kini aku sadar bahwa beginilah rasa mencintai dan maukah kau menjadikan aku sebagai teman hidupmu…?” itulah kalimat yang aku ucapkan padanya. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa aku telah mengutarakan perasaanku ini. Di tengah-tengah rapat, di hadapan semua teman-teman aku mengutarakan isi hatiku. Lama ia tidak membalas pertanyaanku itu. Dengan tatapan yang tajam dan senyum yang indah, ia menoleh kearahku. Tiba-tiba sms yang aku tunggu-tunggu itu datang juga. Dengan refleks aku langsung melihatnya. Ketika aku membacanya sunguh aku tidak  bisa berucap lagi karena semua perjuangan yang aku lakukan selama ini tidak sia-sia. Setelah tiga puluh hari aku melaksanakan kegiatan ini, aku pulang dengan membawa cinta di hati.


1 comment:

  1. Kami S128Cash selaku Bandar Betting Online Terbesar dan Terpercaya ingin mengajak Anda bergabung bersama kami.
    Hanya disini yang menggunakan sistem Terbaru untuk kenyamanan dan kemudahan bettor dalam melakukan Betting.
    Semua permaina Populer tersedia disini, seperti :
    - Sportsbook
    - Live Casino
    - IDN Poker
    - Sabung Ayam Online
    - Slot Games Online
    - Tembak Ikan Online
    - Klik4D

    PROMO BONUS S128Cash :
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!

    Tunggu apalagi? Segera daftarkan diri Anda !!
    Informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
    - Livechat : Live Chat Judi Online
    - WhatsApp : 081910053031

    Link Alternatif :
    - http://www.s128cash.biz

    Judi Bola

    Situs Judi Bola Resmi dan Terpercaya

    ReplyDelete

MATERI PEMBELAJARAN KELAS 9 BAB 1: MELAPORKAN HASIL PERCOBAAN

  MATERI PERTEMUAN KE 1 & 2 E-LEARNING KELAS IX MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh: Adis Rahmat S., M.Pd.     bab 1  melap...